Chapter 1

770 154 0
                                    

*

*

CHAPTER SATU

Terbangun dengan kaget, Taehyun langsung merenggut jubahnya kemudian berlari keluar. Fajar belum muncul namun suara ribut itu langsung menembus dinding-dinding tipis pondok bahkan Taehyun takut akan bergoyang bahkan rubuh. Suara apa sih? Ada apa?

Kakek Lu tak terlihat di mana pun, dan tidak siapa pun waktu Taehyun membuka pintu. Namun matanya melebar waktu mendapati seseorang berbaring di bawah pohon itu, terlihat pucat dan tergores di dekat lengan dan sisi wajah. Taehyun langsung mendekat, dan berkata, "Si—siapa kau? Apa yang kau lakukan..." Ia mendongak, daun-daun anggur itu bergerak bagaikan kanopi lembut. "Di sini..."

Wajah pria itu tampan—rahang tegas, hidung mancung, bibir tipis yang mirip bibir perempuan, dan rambutnya berwarna gelap bak arang. Dia terlihat memukau, kalau saja tak ada luka di pipi kirinya. Dia masih memejamkan mata seolah menahan sakit. Ketika Taehyun memapahnya agar bangkit, tinggi pria itu melebihi tinggi badan Taehyun bahkan bobotnya cukup berat. Pakaiannya utuh namun dia terlihat masih sempoyongan dan agak robek di bagian dekat pergelangan kaki.

Sebetulnya tak baik mengajak orang asing masuk. Tapi orang ini terlihat seperti tersesat, tak punya tempat tinggal dan kehabisan bahan makanan. Apalagi dia terlihat pucat dan seperti nyaris mirip mayat.Baunya... Taehyun agak mengeryit sewaktu mendapati bau yang mistis tersebut—bau dedaunan basah namun menyengat. Namun dia tak berkata apa pun dan tetap membawanya masuk.

"Berbaringlah." Di ranjang Taehyun, dia dibaringkan hati-hati. Sosoknya mengaduh pelan, dan Taehyun mencopot alas kakinya, kemudian membetulkan letak bantal yang menyangga belakang kepala pria itu. "Aku akan ambilkan minum sebentar."

"Ya..." Suaranya terputus-putus.

Taehyun berdebar bukan main. Tidak pernah dia dekat dengan pria dari desa mana pun, dan tak pernah melihat pria ini di mana pun. Taehyun berjalan setengah panik ke dapur, mencari kotak obat dan kembali dengan benda itu sekaligus segelas air. Dengan satu tangan dia menyerahkan gelas itu dan agak membantu si pria agar terduduk.

Pria itu terbatuk pelan, kemudian membuka matanya. Bulu matanya terlihat panjang dan lebat, memmbuat wajahnya cantik namun maskulin, apalagi dengan tatapan seintens itu. "Terima kasih."

Taehyun mengangguk, lantas mulai mengobati pipi dan lengan si pria.

"Sebenarnya kau dari mana? Apa yang kau lakukan di samping rumahku, di bawah pohonku?"

"Hm, aku tak ingat," katanya serak.

Taehyun menaruh gelas di nakas, kemudian membantu si pria agar berbaring lagi. "Baiklah, kau boleh istirahat di sini. Nanti kalau sudah pagi, akan kubangunkan dan kau bisa pergi."

"Hm, sepertinya aku pun tak ingat tujuanku." Pria itu tak melepaskan pandangan dari Taehyun. "Apakah memungkinkan jika aku tinggal di sini? Aku merasa... aku merasa tak punya tempat tinggal."

"Begitukah?"

Pria itu merogoh saku celananya, seraya mengeluarkan satu emblem yang ternyata cukup berat di sakunya itu. "Aku hanya punya ini. Kau tahu apa ini?" Itu lambang kerajaan, terukir antik dan terbuat dari emas dan logam. Taehyun mengeryit. "Tapi aku tak ingat dapat dari mana..."

"Mungkinkah... kau pangeran?"

Pria itu tambah bingung, dan melempar pandangan seolah lebih terkejut akan ucapan Taehyun. "Entahlah."

Taehyun menyerahkan emblem itu lagi, wajahnya agak gelisah. "Aku tak mungkin menampungmu lebih lama. Tetangga akan curiga dan mereka mungkin tak nyaman. Jika benar kau keluarga kerajaan, pasti banyak yang mencarimu jadi kau harus kembali."

"Aku tak ingat," jawabnya lemah. Pria itu memengangi kepalanya, nampak kesakitan. Jadi Taehyun cepat memberikannya obat pereda sakit kepala dan membiarkannya istirahat. Taehyun tak mengantuk sama sekali, kepalanya ribut. Saat dia menengok keluar jendela, tepat pada pohon anggur yang rindang, hatinya menjadi risau.

Mengapa pangeran terdampar di bawah pohonku?

[]

HARD TO CHASE | beomtae ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang