Mas Muadzin

6 1 1
                                    

"Ra udah adzan itu ayo ke masjid"

"iya bunda"

Zahra segera menaruh buku yang sedari tadi dibacanya di nakas dan masuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelah selesai Zahra mengambil mukena di lemari lalu turun ke bawah dan melihat bundanya telah menunggu.

"Lama banget, udah hampir telat nih" omel Nia-bunda Zahra-

"Astagfirullah bunda belum selesai juga itu Adzannya"

"halah kamu mah. udah ah ayo keburu telat"

"iya bunda"

Zahra dan bundanya berjalan kaki k/ masjid karena memang jarak rumah mereka dengan masjid tidak terlalu jauh, hanya beberapa blok.

"Ra, kok yang Adzan suaranya beda ya?" tanya Nia sembari berjalan

"beda gimana bun? perasaan sama aja deh" jawab Zahra bingung

"ish kamu mah! dengerin itu beda suaranya. kalo suaranya pak Mamat ga kaya gitu Ra" kekeuh Nia

"atuh Zahra kan ga tau bundaa"

"aish kamu mah"  Nia mendengus lalu berjalan mendahului Zahra

"lah bun kok Zahra ditinggal?" teriak Zahra melihat bundanya yang sudah berjalan jauh

"salah aing?"  gumam Zahra lalu menyusul bundanya yang sampai duluan di masjid.

Zahra mengambil tempat disamping bundanya dan segera memakai mukena karena sudah Iqomah.

____

Setelah melaksanakan Sholat Isya' dan mendengarkan ceramah sebentar Zahra dan bundanya melipat mukena dan bersiap untuk pulang.

"mbak Nia udah mau pulang?"

Zahra dan bundanya yang sudah bersiap pulang terhenti karena tetangga depan rumah mereka menyapa.

"iya nih mbak kita udah mau pulang. mbak Dewi mau pulang juga?" tanya Nia

"iya mbak tapi saya masih nunggu anak saya, belum keluar juga dari tadi" jawab Dewi sambil celingukan

"lho anak mbak yang mana?" tanya Nia penasaran. karna setahunya tetangga depan rumahnya ini hanya hidup berdua dengan suaminya.

"Anak saya yang di Jogja mbak, dari kecil sampe sekarang kerja di Jogja ikut neneknya. dia  baru pulang kemarin"

Zahra hanya diam mendengarkan obrolan ibu-ibu didepannya dan memilih melihat sekeliling. Kegiatannya terhenti saat netranya tak sengaja menatap sosok yang membuatnya terdiam. Zahra terus memperhatikan sosok itu sampai tidak sadar jika sosok yang sedari tadi diperhatikannya telah berada didepannya, disamping Tante Dewi.

"Nahh ini dateng juga anaknya" Ucap Dewi sambil menarik lengan seorang pemuda untuk mendekat.

"Maaf Ma tadi Azka ngobrol dulu sebentar sama bapak-bapak didalem" ucap pemuda itu sambil tersenyum kecil.

"pantes lama banget. mbak Nia sama Zahra kenalin ini anak saya yang tadi saya ceritain, namanya Azka"

"Assalamualaikum... nama saya Azka" ucap Azka memperkenalkan diri kepada Zahra dan bundanya.

"Waalaikumsalam"  jawab Zahra dan bundanya

Zahra terdiam menatap pemuda didepannya-Azka-

"Masya Allah ganteng banget kamu" puji Nia pada Azka yang dibalas dengan senyum manis

"hehe tante bisa aja"

"lho tante beneran kok, kamu emang ganteng, ya kan Ra?"  Nia menyenggol Zahra pelan

"hah? apa bun?" jawab Zahra gelagapan.

"Ish kamu tuh dari tadi ngapain sih? ngelamun aja" omel Nia

"ih enggak bundaaa" elak Zahra

"halah ka-"

"Lho ibu-ibu belum pada mau pulang?" tiba-tiba pak Ustadz datang dan menyela omelan Nia

"eh pak Ustadz Adam, sebentar lagi pulang kok pak" jawab Nia

"oh ya sudah kalo begitu."  pak Adam menoleh pada Azka "Nak Azka besok kalo bisa jadi Muadzin lagi ya, suara Nak Azka merdu sekali saat mengumandangkan Adzan"

Azka tersenyum  "Insya Allah kalo besok saya bisa, saya akan menjadi Muadzin lagi pak"

"Alhamdulillah.. Ya sudah kalo begitu ibu-ibu, nak Azka dan nak Zahra saya pamit pulang duluan. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawab mereka serentak

"lho jadi yang tadi Adzan itu nak Azka ya? pantes suaranya beda dari biasanya terus enak lagi" puji Nia

Azka tersenyum kecil "iya tante, terima kasih. Alhamdulillah kalo suara saya nyaman didengar saat mengumandangkan Adzan"

"sama-sama nak Azka, memang beneran enak, ya kan Ra?"

Zahra yang sedari tadi diam menyimak tiba-tiba bingung,  "hah? oh.. iya bun enak" jawab Zahra meskipun dia tidak tau apa yang dimaksud bundanya.

Nia geleng kepala melihat Zahra yang lolanya melebihi siput sawah. "Ya sudah mbak Dewi, nak Azka kita pamit pulang duluan ya"

"iya mbak, hati-hati" ucap Dewi

"iya tante" ucap Azka sambil tersenyum kecil

"Assalamualaikum.." pamit Nia dan Zahra

"Waalaikumsalam" jawab Dewi dan Azka

Zahra dan bundanya berjalan pulang ke rumah.
"Ra, Azka ganteng ya" ucap Nia tiba-tiba

mendengar ucapan bundanya barusan Zahra seketika menatap bundanya horor

"Bunda mau duain Ayah?  gak Zahra ga setuju!"

Nia yang gemesh sama otak Zahra yang lemot menjitak kepala Zahra.

"Aduh! bunda sakit tau!" Zahra mengusap kepalanya yang baru saja dijitak bundanya

"sukurin! makanya jangan lemot! maksud bunda tuh Azka ganteng terus sholeh lagi, cocok jadi menantu idaman bunda"  ucap Nia sambil senyum-senyum sendiri

"duhh bundaaa mana mungkin dia mau sama Zahra"

"iya juga ya.. secara kamu tuh lemot, mageran, bangunnya siang lagi. ga banget jadi istri idaman" ucap Nia melihat Zahra dari ujung kepala sampai kaki

"bunda kok nistain anak sendiri sih bun?" Zahra sewot tidak terima

"lah kan emang bener Ra" Nia tertawa melihat Zahra menekuk wajahnya karna kesal.

"Ah udah ah Zahra mau pulang aja duluan" Zahra berjalan sambil menghentakan kakinya

"loh Ra kok bunda ditinggal?"

"biarin!"

Nia tertawa melihat Zahra yang merajuk kemudian menyusul Zahra.











































sorry for typo

(*kebanyakan bunda X Azka yak wkwk)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AZKARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang