"Maksudnya?"
Dino masih menodongkan payungnya pada orang yang asing yang tiba-tiba muncul begitu dirinya membuka pintu kamar. Tingkat kewaspadaannya masih tinggi, bahkan tas yang seharusnya sudah ia taruh di kasur begitu masuk kamar masih bertengger dipunggungnya dengan setia. "Explain yourself, gimana bisa lo masuk kamar gue?"
"Gue dapet akses."
Alis Dino kontan berkerut. Pikirannya bertanya-tanya, akses apa yang dimaksud? Apakah kunci serep yang dimiliki oleh ibu kosnya? Atau apa? Dan dengan tidak sabarnya, Dino kembali mengajukan pertanyaan, "Akses gimana?"
"Ya, akses," jawabnya. Orang yang ada di hadapannya kemudian berdiri dan mengitari kamar kos Dino yang bisa dibilang kecil. "Lo tau arti kata akses, kan?"
Dino mengendurkan todongan payungnya dan mengangguk.
"Jadi gue di sini karena punya akses. Lo yang lagi ulang tahun, itu akses gue."
Bukan, ini bukan jawaban yang masuk akal, setidaknya itu yang Dino pikirkan. Kepalanya kemudian menggeleng, menolak menerima pernyataan orang yang masih mengitari kamarnya.
"Dan sebelum lo tanya lebih lanjut, gue bukan manusia."
Genggamannya pada payung langsung mengeras dan matanya otomatis melirik pada kaki makhluk itu. Menapak. Seharusnya ia manusia, kecuali jika orang yang ada di depan Dino melayang.
"I know, susah buat diterima akal lo, tapi please stop mikir aneh-aneh karena otak gue juga jadi penuh sama pertanyaan lo."
Jadi orang ini bisa baca pikiran? Tanya Dino tanpa mengeluarkan suaranya.
Makhluk yang sekarang sedang membuka-buka buku di rak Dino menghembuskan napas kasar. "Bisa, Dino. Gue bisa baca pikiran lo. Ada lagi yang mau ditanyain?"
Dino bisa melihat lawan bicaranya tersenyum terpaksa, tapi senyuman paksa itu tidak akan membuat Dino melunak, justru akan semakin banyak pertanyaan yang akan ia ajukan. Dino memejamkan matanya sebentar dan membukanya ketika sebuah pertanyaan terbesit, ada bukti buat nunjukkin kalau lo bukan manusia?
Lagi-lagi Dino bertanya tanpa suara.
"Gini, lho, Dino," lawan bicara Dino perlahan menghampirinya, "gue sekarang berwujud manusia karena otak lo menafsirkan kalau gue manusia. Coba lo tutup mata lo sebentar dan pikirin gue sebagai apa pun selain manusia."
Dino kemudian memejamkan matanya dan melemparkan payungnya ke sembarang arah begitu makhluk yang harusnya ada di depannya menghilang ketika ia membuka matanya.
"Halo?" Dino tidak tahu harus memanggil makhluk tadi dengan apa karena seingatnya tidak ada perkenalan nama saat bertemu tadi, hanya mahluk tadi yang mengenalinya sebagai Dino dan seenaknya memanggil-manggil namanya. "Lo beneran berubah? Lo di mana sekarang?"
Suara Dino sedikit bergetar, otaknya pun mencoba untuk memroses apa yang barusan terjadi. Masih mencerna apakah kejadian tadi hanya halusinasinya belaka atau kejadian nyata yang memang tidak bisa diterima akalnya.
"Gue di belakang lo. Coba puter badan."
Dengan langkah kaki yang gemetar, Dino memutar badannya dan menemukan makhluk tadi sedang terbang. Sesuai dengan bayangannya, makhluk yang beberapa menit lalu adalah manusia sudah berubah menjadi nyamuk kecil. "Jadi, lo beneran bukan manusia?"
Sepersekian detik kemudian, makhluk itu kembali berubah menjadi manusia. Rasanya sedikit aneh jika harus mengobrol dengan nyamuk karena selama ini, Dino tidak pernah sekalipun berbicara dengan binatang. Akan terasa lebih masuk akal jika lawan bicara berwujud manusia seperti saat awal mereka bertemu meski jantung Dino tetap tidak dapat berdetak normal.
Makhluk itu mengulum bibirnya dan lagi-lagi menghembuskan napas kasar. "Udah, kalau bahas ini terus, nggak akan ada abisnya. Lo dan akal lo nggak akan menerima penjelasan gue, jadi mending sekarang lo siap-siap karena hari ini hari ulang tahun lo.
"Dan kita akan menjelajah waktu."
e s c a p i n g
11 Februari 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Escaping
FantasyDi hari ulang tahun yang ke-23, Dino mendapat kesempatan untuk menjelajah waktu dengan makhluk yang tiba-tiba muncul di kamar kosnya. Dan hari itu pula Dino berusaha kabur dari hidupnya. - Cover from template on Canva