Bagian 1

3.7K 66 30
                                    

        Dengan 2 kapal Phinisi kebangaan Majapahit dan iringan 1.000 pasukan. Patih Gajah Mada berangkat dengan restu sang raja. Mengarungi lautan yang sama sekali asing bagi mereka, namun itu semua bukanlah halangan bagi bangsa pelaut seperti orang-orang Majapahit ini. Setelah perjalanan berhari-hari atau kurang lebih 26 hari, tibalah rombongan Majapahit ini disuatu wilayah yang mataharinya tidak begitu terik dan bayang-bayang tak pernah tepat ditengah.

            “Inikah wilayah bumi tengah itu? Sungguh berbeda sekali kondisinya dengan negeri kita yang cerah. Tanah ini seperti dinaungi kegelapan.” Berkata punggawa Majapahit kepada lainnya.

            “Mada, menurut peta navigasi suku bugis kita sudah menginjakkan kaki dibumi tengah. Sekarang apa yang harus kita lakukan?” Tanya Nala, Laksamana AL Majapahit.

            “Kita istirahat dulu, Nala. Setelah kekuatan kita pulih kita akan mencari tahu kondisi tanah ini.” Jawab Gajah Mada.

            “Ya, aku pun sudah lelah. Prajurit, segera dirikan perkemahan, Kita istirahat disini!”Titah sang Laksamana pada prajuritnya.

            “Baik Tuan.” Titah sang Laksamana segera dilaksanakan prajurit tersebut. Tak berselang lama perkemahan telah berdiri. Seluruh rombongan Majapahit diistirahatkan.

            Setelah 2 hari beristirahat, Patih Gajah Mada memerintahkan untuk segera melakukan ekspedisi pengenalan wilayah. Pasukan dibagi menjadi 4 bagian sama besar. Pasukan ke-1 dipimpin sendiri oleh sang Patih menuju ke arah barat, pasukan ke-2 dipimpin oleh Laksamana Nala pergi ke arah Utara, dan pasukan ke-3 pimpinan Mpu Sina  tangan kanan Patih Gajah Mada menuju ke arah selatan. Sedangkan pasukan yang dipimpin Dyah Singlar  ke-4 berjaga di area pantai tempat kapal berlabuh.

            Setengah hari perjalanan pasukan ke-1 belum juga menemukan tanda-tanda kehidupan. Gajah Mada terus memerintahkan pasukannya bergerak jauh ke utara. Sampai akhirnya mereka bertemu dengan rombongan orang-orang yang berlari ketakutan.

            “Wahai kisanak, apakah yang gerangan terjadi? Kenapa kalian semua berlari ketakutan?” Bertanya Gajah Mada pada salah satu dari rombongan tersebut.

            “Tuan, bahasa anda sangat berbeda. Siapakah tuan dengan pasukan sebanyak ini?” orang tersebut balik bertanya.

            “Hai, orangtua. Sebutkan namamu saat berbicara dengan Patih agung Majapahit!” Hardik salah seorang prajurit Majapahit.

            “Majapahit? Sungguh saya belum pernah mendengar nama kerajaan tuan-tuan sekalian. Mohon ampun jika ucapan saya lancang. Saya hanyalah rakyat desa biasa yang tak tahu apa-apa tuan.” Jelas orang tersebut.

            “Sudahlah, jadi siapa namamu kisanak? Dan apa yang sedang terjadi disini?” Tanya Gajah Mada.

            “Nama saya Elurian putra Elturop tuan. Ayah saya adalah seorang kepala desa. Saat ini desa kami sedang diserang gerombolan orc dari Mordor. Ayah saya telah tewas dalam pertempuran, dan saya memimpin para penduduk ini menuju Helm’s Deep untuk meminta perlindungan.” Terang Elurian.

            “Elurian, cepat lari! Mereka sedang menuju kesini.” Teriak salah satu rombongan penduduk pimpinan Elurian.

            “Elurian putra Elturop, maukah kau membuat kesepakatan denganku. Jika aku berhasil membabat habis gerombolan makhluk yang kau sebut orc itu. Bawalah aku ke tempat yang kau sebut Helm’s Deep itu dan pertemukan aku dengan pemimpin tertinggi dari wilayah tuan.”

            “Saya bisa saja membawa anda ke Helm’s Deep. Tapi untuk bertemu Raja, saya tak bisa janji tuan.” Kata Elurian.

            “Tak apa, itu sudah cukup. Pasukan, tumpas habis makhluk jelmaan iblis itu! Seraang!” Perintah keluar dari mulut Sang Patih di ikuti gerak maju seluruh pasukan. Dari kejauhan para penduduk desa melihat dengan raut wajah ketakutan.

            “Elurian, siapakah mereka? Kulit mereka tak hitam namun juga tak putih, lebih cenderung coklat kekuningan namun menawan. Langkah mereka tegap dan gagah namun sopan sekali bertutur kata. Katakan padaku darimana mereka berasal, Elurian?” Tanya salah satu penduduk.

            “Sungguh aku pun tak tahu Glick. Mereka bilang dari suatu kerajaan bernama Majapahit, itu saja. Yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah percaya pada mereka. Kalaupun mereka berniat jahat sudah sejak awal kita semua dibunuh.”

            “Ya, kau benar. Aku sudah tak peduli lagi asalkan kita selamat.”

            Dimedan tempur pasukan Majapahit pimpinan Gajah Mada dengan gagah berani membabat habis semua pasukan musuh. Tiada satupun bersisa, dan tak satupun pasukan ke-1 gugur. Para penduduk desa yang melihat itu terkagum-kagum.

            “Kau lihat itu, Elurian. Tiada satupun dari mereka yang gugur.” Teriak salah seorang warga desa sambil menunjuk kearah pasukan Majapahit. Sementara pasukan Majapahit mulai mendekat ke arah penduduk desa. Elurian lalu mendekati mereka.

            “Sesuai janjiku, tuan. Aku akan mengantar kalian menuju kota Helm’s Deep.” Ujar Elurian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ekspedisi Majapahit Ke Bumi TengahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang