Hai, namaku Momoko Sakura. Ya, kalian mengenalku 'kan? Oh ya, sekarang aku sudah menduduki kelas 3 SMA. Di sekolah menengah atas ini, ya ... aku murid yang biasa saja. Dari 40 siswa biasanya aku meraih peringkat ke 30. Seengganya aku bisa mengalahkan 10 orang di kelasku 'kan?
Kau juga kenal kakakku? Sakiko Sakura memang terlahir pintar. Ia kini belajar di luar negeri yang ia raih dengan beasiswa. Sekolahnya berada di Sydney, Australia. Kini ia tidak terlalu dekat denganku. Terakhir kali kita bertemu di saat ia berangkat ke Australia.
Kau kenal kakek-nenekku? Ya ... aku juga merindukan mereka. Mereka semua telah tiada dan tenang di alam sana. Mereka meninggal memang karena faktor umur. Awalnya, mereka tiba-tiba butuh perawatan rumah sakit. Namun, seminggu kemudian mereka meninggalkan kami.
Ayahku juga telah pergi meninggalkanku. Ia menderita penyakit jantung karena kelebihan mengonsumsi minuman beralkohol. Tak ku sangka itu menjadi sesuatu yang merenggut nyawanya.
***
"Ibu?"
Tak sengaja ku menyebut namanya saat aku bangun dari tidur. Ya, tidak akan ada jawaban. Ibu kini menjadi tulang punggung keluarga setelah kepergian ayah. Ibuku hanya berpesan padaku bahwa aku harus fokus pada sekolahku.
Ya, ia bekerja di luar kota demi gaji yang harus digunakan untuk membayar sekolah. Ku harap ibu di sana baik-baik saja. Setidaknya di rumah ini menjadi tenang dibanding waktu lalu. Ibu selalu memarahiku jika aku sedang bermalas-malasan.
Aku juga sudah cukup berubah. Meski aku selalu kesulitan saat mengerjakan PR, aku kini rajin membereskan rumah dan memasak. Setidaknya sudah cukup mandiri untuk hidup seorang diri.
***
Aku pun siap-siap untuk berangkat sekolah. Setelah mandi, aku harus memasak terlebih dahulu untuk sarapan. Tak lama aku pun berangkat sekolah sebelum terlambat.
Oh, ya, kalian merindukan Tamae? Ya, aku juga sangat merindukannya. Ia berbeda sekolah denganku. Tenang saja, kini semua sudah serba digital. Meski kita sudah tidak pernah bertemu, kita masih saling berkomunikasi lewat aplikasi chat.
Tak hanya itu, sosial media juga semua orang memakainya. Kalian tetap bisa melihat aktivitas Hanawa, Migiwa, Maruo, dan yang lainnya. Yah ... aku tak banyak memposting sesuatu. Tak banyak hal indah yang bisa aku potret dengan estetik.
Aku hanya menyimak unggahan mereka tentang kehidupannya yang beragam. Terkadang aku meninggalkan komentar-komentar lucu di unggahan mereka. Yah, seperti itulah.
***
Aku bersekolah yang sama dengan Fujiki, Ono, dan Maruo. Kau tahu? Ono sangat populer di sini. Entah mengapa semua perempuan suka sekali mengejarnya. Tak hanya itu, mereka sering sekali repot-repot membeli hadiah untuk menyatakan cinta.
Aku sangat heran. Di penglihatanku dia sama sekali biasa saja. Ia mungkin sedikit lebih keren saat memenangkan basket tingkat nasional. Di mataku ia benar-benar biasa.
Ngomong-ngomong, kini tidak ada lagi yang memanggilku dengan sebutan Maruko. Hanya teman SDku saja yang masih memanggil begitu. Mereka semua berada di kelas yang berbeda, termasuk dengan diriku. Yah, hal itu tidak perlu dipikirkan, sih.
"Hai, Momoko"
"Oh, hai, Sora."
Ia sahabat baruku. Namanya Marina Sora. Sama seperti Tamae, kita selalu bersama-sama berdua. Sama sepertiku, ia juga cukup kesulitan dengan pelajaran di sekolah ini. Kita berjanji akan terus bersama, tak peduli apa pun yang terjadi.
"Hei, Momoko. Apa kau sudah mulai terpikir siapa suami impianmu?"
"Hah, suami impian?"
"Ya. Salah satu yang pernah kamu temui pasti merupakan suamimu. Apa kau terpikir mungkin siapa kah ia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Chibi Maruko Grown-Up
FanfictionHai, namaku Momoko Sakura atau biasa dipanggil Maruko. Ya, itu panggilan yang sering teman-temanku gunakan saat masih SD. Sekarang aku sedang menempuh pendidikan SMA dan sedang bingung akan masa depanku. Kini semuanya sudah cukup berbeda. Ngomong-ng...