Momoko segera menenangkan Sora meski kepalanya sakit karena pukulan yang ia terima, ditambah peluru mainan yang sempat Sora sudutkan pada kepalanya.
Ia mencoba memeluk Sora. Ia pun memberikan sahabatnya itu pilihan dengan menceritakan keluh kesahnya di rumahnya.
Ternyata, hingga saat ini Akira belum menikahinya. Akira menghilang bahkan setelah kelulusan sekolah. Dirinya seperti yang paling dirugikan. Sudah dikeluarkan, ia harus mengalami persalinan seorang diri bersama ibunya.
Akira yang ia harus cari pun tidak tahu harus mencari kemana. Sora pun mengatakan bahwa ekonominya sedang sangat sulit. Banyak barang harus ia beli untuk menghidupi anaknya, dirinya, dan ibunya.
Rasanya dia ingin pergi atau memulai di mana saat dirinya jatuh hati kepada Akira. Hidupnya sangat hancur setelah jatuh hati kepada siswa yang nakal itu. Cinta yang ia terima tak pernah ia rasakan lagi.
Dirinya butuh pertolongan sekaligus iri dengan sahabatnya yang bisa hidup tanpa gangguan seperti biasanya.
"Aku iri sekali denganmu, Momoko," ujar Sora setelah dirinya tenang di kediaman Sakura.
"Ah, tidak juga. Aku juga memiliki masalah, namun aku memilihnya untuk menyimpannya sendiri," ucap Momoko.
"Tidak. Hidupmu sederhana, namun penuh dengan ketenangan," ucap Sora menyangkal.
Padahal Sora hanya tidak tahu, apa yang dirinya lalui hingga saat ini. Dari perjuangan untuk mendapatkan jurusan kuliah, hingga saat ini setelah dirinya mendapat pekerjaan. Dirinya pun sudah mengubur impiannya itu dengan ingin meneruskan kerja saja.
Ia memilih jalan yang tidak biasa dilalui orang, yang biasanya masih mengejar nilai dibanding mencari uang untuk biaya hidup.
Hingga akhirnya, Momoko bersedia untuk memangkas setengah dari gajinya untuk membantu Sora untuk membiayai anaknya. Hal ini akan ia lakukan setiap bulan sampai Sora menemui Akira dan meminta pertanggung jawaban.
Uang yang Momoko terima memang tidak seberapa. Namun, Sora lebih membutuhkan uang itu karena ada bayi kecil yang harus dipenuhi kebutuhannya.
Momoko masih bersyukur ada uang saku dari Sakiko yang ia kirimkan setiap bulan dari Australia. Ya, Sora lebih membutuhkan uangnya itu karena menghidupi anak memanglah tidak mudah.
***
Satu tahun kemudian, waktu masih berlalu dengan tidak banyak perubahan. Dirinya masih bekerja menjadi guru di pelatihan tersebut bersama Fujiki. Tamae masih menjalani kuliah di tahun ke-2nya.
Momoko masih mengirimkan setengah gajinya untuk Sora karena ia masih belum juga menemui Akira. Sakiko mulai menabung untuk biaya pernikahan yang akan ia selenggarakan segera dan berkata ia tidak bisa memberinya uang saku sementara waktu dulu.
Momoko masih menjalani hubungannya bersama Fujiki, meski ia masih belum tahu apakah perasaannya itu sebuah cinta atau bukan. Fujiki pun sama. Ia masih ragu dan hanya nyaman satu sama lain. Apakah ia harus mulai menabung untuk biaya pernikahan juga?
Momoko bangun dan tidur lagi karena ini adalah hari Minggu. Hari Minggu adalah hari favoritnya. Hari ini biasa ia gunakan untuk istirahat dan bermalas-malasan. Ia tidak menghabiskan waktu bersama Fujiki karena ia lebih nyaman sendiri.
Yah, mungkin ia termasuk introvert? Mungkin seperti itu. Momoko pun membalikan badan ke kanan dan kiri di kasur untuk mencari posisi nyaman untuk tidur. Ia tak sengaja menemui benjolan kecil di belakang kepalanya.
"Apa ini? Sebelumnya tidak ada benjolan di sekitar sini," ucap Momoko yang segera bangun setelah mendapati benjolan di kepalanya tersebut.
Benjolan itu keras, namun ukurannya masih kecil. Momoko yakin benjolan itu sebelumnya tidak ada di sana sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chibi Maruko Grown-Up
Fiksi PenggemarHai, namaku Momoko Sakura atau biasa dipanggil Maruko. Ya, itu panggilan yang sering teman-temanku gunakan saat masih SD. Sekarang aku sedang menempuh pendidikan SMA dan sedang bingung akan masa depanku. Kini semuanya sudah cukup berbeda. Ngomong-ng...