"Yo!" Seseorang menepuk pundak pemuda bersurai pink di depannya. Pemuda tampan itu menoleh dengan raut tak senang. "Ngapain Lo?" Bentaknya dengan kesal, jika saja teman bodohnya ini tidak menepuk pundaknya, maka dia tidak akan kalah bermain game. "gue denger denger ada murid baru" ucap temannya antusias. "Ga peduli" ucapnya lugas dan segera menyambar ponselnya lagi. "Bener? Manis loh murid barunya, gue liat barusan" ucap temannya lagi. "Gue ga peduli Jeno!" Bentak pemuda bersurai pink itu.
"Ck ga seru Lo, belum move on?" Ucapnya menantang teman karibnya itu. "Karena dia cuma 1" jawabnya dengan santai. "na Jaemin sadar! Orang yang Lo suka udah mati" pekik Jeno membuat pemuda bersurai pink atau Jaemin itu menggeram marah. "gue ga peduli" jawabnya lagi. Jaemin memandang sekeliling kantin dengan tajam, memperingati setiap murid yang berada disana untuk tidak mengungkit tentang hal itu lagi. Namun sebuah tangan menyentuh surai pink nya dari belakang dan memekik girang.
"Permen kapas!!" Jaemin menoleh merasa familiar dengan suara itu. Semua murid berkeringat dingin termasuk Jeno, sedangkan pemuda manis yang memekik terlihat senang. Jaemin hampir saja menumpahkan air matanya di tempat. "Permen kapas!" Lagi lagi pemuda itu memekik girang sembari mengusap surai pink Jaemin. "Hyuckie suka permen kapas" ucapnya dengan cengiran khas di wajahnya.
Tumpah sudah air mata Jaemin, memeluk pemuda mungil di depannya dengan erat. "Hum? Kenapa?" Tanyanya panik ketika melihat Jaemin menangis tersedu-sedu di pelukannya. "Haechan!" Pekiknya dengan kencang di sela tangisannya. Semuanya menahan nafas mendengar satu nama itu. Nama yang tabu diucapkan semenjak Jaemin pindah ke sekolah mereka. "Haechan? bukaaan! Ini hyuckie bukan Haechan" ucap pemuda manis itu dengan cemberut.
Namun Jaemin tetap menangis, memeluk dengan erat seakan pemuda manis itu akan menghilang jika ia melepas pelukannya. Setelah beberapa saat, Jaemin akhirnya tenang dan terus memandang hae--- ah salah, 'hyuckie'. "Hyuckie?" Tanya Jaemin pelan sambil menatap 'hyuckie' Lamat. "uhum!!" Ucapnya dengan semangat juga senyum khas. Jaemin tersenyum dan kembali memeluk pemuda manis itu erat. Sedangkan yang di peluk hanya terlihat bingung.
"Haechan, terimakasih" gumamnya lirih membuat 'hyuckie' kembali mengernyit bingung. "Dimana Chenle dan haera?" Ucapnya tiba tiba. "Ruang OSIS" jawab Jeno seadanya, masih shock dengan tangis Jaemin. "Ikut aku" ucap Jaemin kemudian menarik 'hyuckie' menuju ruang OSIS. "ZHONG CHENLE!" pekiknya kala sampai di ruang OSIS. Di dalam ruang OSIS terlihat sepasang kekasih tengah berdiskusi dengan serius. "Ada ap-----" "wuahhh princess" belum sempat Chenle berbicara, seseorang memotong ucapannya.
Seorang pemuda manis bersurai caramel muncul dari balik punggung Jaemin. Wajah yang bulat, alis yang tebal, mata yang bulat dan sedikit berair memancarkan binar takjub. Hidung mungil, bibir berbentuk hati yang merah. Tingginya hanya sampai leher Jaemin juga rambut caramel nya yang terus saja bergerak mengikuti sang empu yang bergerak. Kulit Tan eksotis yang mengkilap disinari cahaya mentari. Jangan lupa tangan lentiknya yang sedang menggenggam lengan baju Jaemin dengan erat.
Chenle dan haera tertegun dan membisu dalam sunyi sedangkan pemuda manis itu berjalan dengan perlahan ke arah haera masih dengan binar takjub. "Princess!" Pekiknya girang membuat Chenle dan haera tersadar dari lamunannya. "Siapa?" Nada suara haera yang terkesan dingin membuat 'hyuckie' bergetar pelan dan menyadari ketidaksopanannya. "Ah, Lee Donghyuck imnida" ucapnya sambil membungkuk kemudian tersenyum dengan cerah. Chenle tetap terdiam, menganalisis Donghyuck dengan seksama. Sedangkan yang ditatap hanya bingung dan sedikit tidak nyaman. "oppa" suara haera terdengar bergetar, tangannya mencoba meraih Donghyuck namun kembali di tariknya dengan enggan.
"Princess?" Panggil Donghyuck pelan kemudian dengan senyum lebar menggenggam tangan haera dengan lembut dan penuh kasih sayang. Menggenggam tangan mungil haera dengan kedua tangannya dan diletakan di dadanya. Memejamkan mata dengan perlahan dan bersenandung dengan damai. Suara yang indah dan menawan terdengar menggema di keheningan ruang OSIS. Kedua kelopak indah itu perlahan terbuka seiring dengan selesainya senandung yang Donghyuck keluarkan dari bibir mungilnya. "Itu senandung fairy yang hyuckie buat sendiri" ucapnya dengan semangat dan tetap menggenggam tangan haera.
"Fairy?" Tanya haera pelan, berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menangis. "Uhum! Karena haera cantik sekali seperti putri dalam dongeng yang ditemani oleh peri peri mungil" jawabnya lugas. Bagaikan adegan di komik, di sekitar Donghyuck terlihat bunga imajiner juga cahaya mentari yang menyilaukan di belakangnya. 'kenapa princess? Karena adiknya oppa terlihat seperti putri dari dunia khayalan anak anak yang cantik juga bersinar serta dikelilingi oleh para peri baik hati'
Pertahanan haera runtuh, air mata mulai mengalir dengan deras. Menggumamkan kata terimakasih berulang-ulang. Chenle memalingkan wajahnya berusaha menahan tangisnya. "Oh!" Pekik Donghyuck ketika melihat Chenle. "Porselen yang indah" pekiknya senang. 'tidak bisa Chenle! Kamu adalah porselen berhargaku, aku tidak ingin kamu terluka' Chenle meluruh, menangis tersedu dan memanggil nama Haechan berkali kali. Donghyuck panik, matanya berair siap menumpahkan muatannya. "Kenapa?" Tanyanya linglung.
Chenle terkekeh kemudian bangkit dan segera merangkul haera. "Tidak apa-apa, hanya saja tunanganku menangis jadi aku terbawa" jawabnya tenang. Donghyuck segera bertepuk tangan dengan riang. "Porselen yang indah bersama dengan putri dari dunia dongeng! Kalian serasi" pekiknya lagi sambil menatap Jaemin untuk meminta persetujuan. Yang ditatap hanya mengangguk. "Seo haechan brengsek" maki Chenle ketika ucapan yang sama dilontarkan pemuda mungil di depannya.
'Porselen yang indah akan semakin terlihat indah jika sang putri mendampinginya, kalian serasi, lagipula kalian saling menyukai' haera berdecih, dalam diam mengutuk kakaknya yang membuat dia mengingat kembali sosok yang sudah lama pergi. "Aku belum melupakanmu oppa" ucapnya dengan agak cemberut di sela sela Donghyuck terus mengoceh. Sungguh kakaknya licik sekali, setelah satu tahun membuatnya menderita, kini mengirimkan seseorang dengan wajah yang persis.
'tak apa! Oppa yang ini versi lebih imut' girang haera dalam hati. "Kau tinggal dimana?" Tanya Chenle dengan perlahan. "Um... Hyuckie belum menemukan apartemen, sepulang sekolah akan langsung mencarinya, jadi untuk sekarang hyuckie tidak tau tinggal dimana" jawabnya dengan lucu. Ah! Haera tidak kuat dengan kegemasan Donghyuck. "Bagaimana kalau tinggal denganku?" Sambar Jaemin cepat kala melihat Chenle ingin menawarkan tempat tinggal.
"TIDAK!" pekik Chenle dan haera bersamaan membuat Donghyuck terkejut. "Tinggal bersamaku, uang sewa kita bagi dua" ucap Jaemin lagi tak menghiraukan tatapan sengit dari Chenle dan haera. "Apa boleh?" Tanya Donghyuck hati hati. "tentu saja" jawab Jaemin sambil tersenyum dengan lembut. "Okay!" Ucap Donghyuck senang dan refleks memeluk Jaemin erat. "YAK!!" Pekik haera tak terima melihat Jaemin tersipu ketika dipeluk reinkarnasi (?) Mendiang kakaknya.
"Oppa peluk aku jugaaa" rengek haera sambil menepuk bahu Donghyuck. "Jangan gangguin gue" ucap Jaemin dengan tatapan tajam. "Oppa lihat Jaemin oppa menakutiku" adu haera membuat Jaemin gelagapan. "Jaemin tidak bolehh!" Ucap Donghyuck sambil merenggut kemudian memeluk haera erat dan mengusap surainya. Haera yang dipeluk menjulurkan lidahnya mengejek ke arah Jaemin. "Hyuck lihat haera mengejekku" adu Jaemin. "Jaemin jangan ganggu princess" ucap Donghyuck dengan raut marah yang lucu. Dan berakhirlah hari itu dengan Donghyuck diperebutkan oleh Jaemin dan haera.
KAMU SEDANG MEMBACA
deja Vu - jaemhyuck 🔞
Fanfiction- bxb - jaemhyuck - hyuckjaem - multiple personality - Lee Donghyuck (dom/sub) - na Jaemin (dom/sub) - Lil bit BDSM - warn🔞