BAB 1

26 2 2
                                    

" Dia kekasihku"

Senyum miris mulai terbentuk di bibirku. Untuk kesekian kalinya aku mencintai seseorang yang tidak mencintaiku kembali. Selalu begitu hingga aku mulai terbiasa melihat orang-orang yang kucintai menemukan kebahagiaannya masing-masing. Hal itu terdengar begitu menyedihkan namun disisi lain juga melegakan, melihat kebahagian yang terpancar diantara dua manusia yang tengah jatuh cinta satu sama lain.

" Selamat atas hubungan kalian, aku ikut berbahagia " ucapku dengan tulus.

Dapat kulihat dengan jelas cinta terpancar dari sorot matanya untuk gadisnya. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku cemburu dengan gadis itu. Akulah orang pertama yang mengenalnya dan mencintainya tetapi dia adalah orang baru yang memenangkan hatinya. Cihhh takdir yang menyedihkan.

Tidak ingin berlama-lama dihadapan dua orang yang tengah jatuh cinta itu aku memutuskan untuk pamit.

Menyusuri malam yang dingin berusaha menegarkan hatiku. Aku memang selalu mencintai seseorang yang tidak mencintaiku tetapi itu tidak berarti aku baik-baik saja setiap hal itu terjadi. Meskipun bukan kali pertama aku mengalaminya tetapi rasa sakitnya tetaplah sama.

Aku terus berjalan mengabaikan udara dingin menusuk setiap inci tubuhku. Hingga akhirnya aku menghentikan langkahku dan pada detik itu juga seluruh pertahanan yang kubuat runtuh bersama rintikan salju yang jatuh menghiasi langit. Salju pertama yang seharusnya menjadi hal yang paling membahagiakan kini terasa sangat menyesakkan bagiku. Menangis seorang diri ditengah hujan salju bukankah itu sangat menyedihkan?

Hal-hal tertentu memang selalu ditakdirkan untuk terjadi. Sekeras apapun mereka menolaknya hal yang sudah ditakdirkan akan tetap terjadi. Sosok laki-laki berdiri tidak jauh dari gadis malang itu. Dia hanya mengamatinya, tidak lebih tepatnya dia berusaha untuk mengabaikannya. Dia melihat semua yang terjadi sejak awal, saat gadis itu bertemu orang yang dicintainya hanya untuk mengetahui bahwa dia telah memiliki seorang kekasih. Tetapi tidak sekalipun senyum hilang darinya. Dan bagaimana dia pergi meninggalkan mereka, Dia terlihat baik-baik saja tetapi tidak. Semua yang dilihatnya membuatnya semakin yakin bahwa takdir benar-benar tidak adil.

Aku terlalu mendalami kesedihanku hingga kurasakan sebuah tangan hangat menggenggam tangan dinginku. Aku berbalik hanya untuk berhadapan dengan seorang lelaki tinggi, dengan jarak yang cukup dekat, dia sangat tampan. Wajahnya tidak memiliki ekspresi apapun hanya tatapan dingin yang diberikan padaku.

" Siapa kamu?" Aku bertanya dengan gugup berusaha menutupi semua ketakutan yang tiba-tiba hinggap.

" keajaiban yang kamu inginkan"

" Apa? " Tanyaku bingung.

" Bukankah takdir selalu tidak adil? "

Aku semakin bingung bukannya menjawab pertanyaanku dia justru bertanya balik padaku. Karena kebingungan yang menyelimuti, aku memilih tetap diam. Memperhatikan setiap gerakannya tanpa menjawab pertanyaan yang diajukan.

" Selalu mencintai seseorang yang tidak pernah mencintai mu kembali. Bukankah itu terdengar sangat menyedihkan? Tetapi bagaimana bisa hal menyedihkan itu terjadi berulang kali dalam hidupmu? Apakah hidupmu benar-benar berjalan tanpa pernah merasa dicintai seseorang? "

Mendengar perkataannya yang cukup kasar membuatku marah. Air mata yang sendari tadi menghiasi mataku kini berganti dengan kilatan amarah. Bagaimana bisa dia mengatakan itu dengan mudah. Aku berusaha melepaskan genggamannya padaku tetapi semakin aku mencobanya genggaman itu terasa semakin kuat, aku sedikit meringis merasa sakit akibat genggamannya.

" Aku akan mencintaimu " katanya masih dengan raut wajah dinginnya. Tatapan matanya seakan bisa membunuhku detik itu juga. Aku tidak mengerti bagaimana dia bisa dengan mudahnya mengatakan akan mencintaiku ketika kita bahkan baru saja bertemu denganku untuk pertama kalinya.

" kamu gila " ketus ku.

" Tidak, Aku tidak gila. Hanya saja aku merasa kasihan padamu selalu mencintai tanpa pernah tahu bagaimana rasanya dicintai. Jadi mulai sekarang aku putuskan akan menjadi orang yang mencintai mu "

" Aku tidak butuh rasa kasihan dan cintamu itu. Aku yakin ada orang yang akan mencintaiku"

" baiklah, buktikan padaku bahwa ada orang yang mencintaimu. Tetapi jika kamu gagal membuktikannya maka aku yang akan mencintaimu"

Dengan itu dia mengakhiri percakapan ini, meninggalkanku sendirian dengan kebingungan yang dia ciptakan.

" Keajaiban? Apakah dia benar- benar gila? Bagaimana bisa keajaiban berwujud begitu menyebalkan"

Sepanjang perjalan pulang tiada waktu yang terlewatkan dari mengutuknya. Hari ini terasa begitu melelahkan. Melihatnya dengan kekasihnya saja sudah cukup menguras energi ku ditambah lagi tiba-tiba bertemu 'dia' orang aneh yang mengaku dirinya sebagai keajaiban.

Disisi lain, seorang wanita berusia kurang lebih 30 tahun berdiri mengamati sebuah pohon. Pohon yang berdiri dengan gagah ditengah hujan salju dan dihiasi dengan bunga-bunga yang indah. Seakan-akan terdapat sesuatu yang istimewa dari pohon tersebut. Wanita itu tersenyum.

" Sangat indah " ucapnya singkat tetapi jelas terlihat dari raut wajahnya bahwa kalimat singkat itu memiliki arti yang dalam seperti kehidupan seseorang.

THE SUNSET IS BEAUTIFUL? ISN'T IT?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang