Bab 2

14 1 0
                                    

" NAYA! cepatlah buka matamu atau aku akan menyeretmu ke kamar mandi sekarang juga " teriakan Rayna memenuhi seisi ruangan. Tetapi hal itu tidak mempengaruhi gadis yang tengah tertidur dengan seluruh tubuh tertutup selimut. Rayna merasa kesal melihat temannya yang tidak bergerak sedikitpun. Dengan kesabaran yang habis ia menarik selimut yang menutupi tubuh Naya dan memaksanya untuk duduk. Namun pemandangan yang ada didepannya sungguh mengejutkan Rayna. Pasalnya penampilan Naya sangat kacau, tetapi bukan kacau karena bangun tidur melainkan kacau dengan mata merah dan bengkak. Rayna tidak buta, ia tahu Naya menangis sepanjang malam.

" Apa yang terjadi padamu ? " tanya Rayna khawatir. 

" Tidak ada " jawab nanya dengan wajah mengantuk.

" Apa maksudmu tidak ada? lihat matamu, itukah yang kamu sebut tidak terjadi apa-apa? sekarang jujurlah padaku, katakan apa yang membuatmu menangis sepanjang malam" Oceh Rayna.  

" Aku baik-baik saja. Mata bengkak ini akibat aku banyak menangis selama menonton drama tadi malam. Jadi jangan terlalu berlebihan." 

Sejujurnya Rayna sedikit tidak percaya. pasalnya Naya bukanlah tipe orang yang akan menangis hanya karena sebuah drama. Bagaimana mungkin sebuah drama bisa membuatnya menangis ketika dia bisa tetap tersenyum melihat orang yang dicintainya bersama orang lain? Tidak perlu terkejut dengan itu, meskipun Naya tidak pernah menceritakan langsung kepada Rayna tetapi dia tahu bagaimana temannya selalu tercebak dalam cinta sepihak. Walaupun mengetahuinya Rayna tidak pernah terlalu ikut campur, terkadang ia hanya sebatas menghibur atau sekedar memberi nasehat pada Naya tanpa membahas mengenai hubungannya lebih jauh. 

Rayna bergabung dengan Naya duduk di atas tempat tidurnya. Menatap Naya dengan penuh kasih serta senyum tulus diwajahnya.

" Baiklah kalau begitu, tetapi jika suatu saat kamu mengalami masa-masa sulit berbagilah denganku Nay, jangan memendamnya sendiri. Bukankah kamu menganggapku seperti kakakmu? "

Naya tersenyum mendengar kalimat penghiburan Rayna. Ia memang tidak pernah berubah selalu menjadi kakak serta teman terbaik bagi Naya.

" Ya, aku akan " balas Naya.

 Keduanya tersenyum satu sama lain hingga Rayna kembali bersikap cerewet kepada Naya menyuruhnya untuk segera mandi. Pasalnya Naya sudah berjanji pada Rayna akan menemaninya seharian penuh. Dan sekarang Naya sedikit menyesali janjinya itu.

Setelah semua kerusuhan yang terjadi di rumah Naya sekarang di sinilah Mereka, Grand Shop. Salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Seoul. Menjelajahi seluruh mall, Naya hanya mengikuti Rayna dengan malas. Jika Dia tahu akan berakhir seperti ini lebih baik dia  menghabiskan waktu dirumah bersama tempat tidur kesayangannya. setelah berkeliling sekitar satu setengah jam Rayna akhirnya memutuskan untuk mengakhiri sesi belanjannya dan pergi menuju kedai makanan. Naya menghela nafas lega, akhirnya seluruh penderitaannya berakhir juga dia bisa mengisi perutnya yang sudah sangat lapar.

Memasuki salah satu toko makanan cepat saji Naya memutuskan untuk mencari tempat duduk dan Rayna bertugas memesan makanan. Setelah selesai memesan makanan Rayna pergi duduk diseberang Naya. Mereka sesekali membicarakan hal acak sembari menunggu makanan yang dipesan datang. 

Setelah makan siang Naya dan Rayna memutuskan untuk meninggalkan Mall. Rayna baru saja akan menghentikan salah satu taksi ketika tiba-tiba Naya menarik tangannya menuju sebuah toko bunga diseberang Mall. Memasuki toko harum bunga semerbak dimana-mana. Meninggalkan Rayna didekat pintu Naya bergegas pergi menuju kesalah satu rak yang dipenuhi dengan bunga favoritnya, peony. Namun sebelum mencapai bunga itu da melihat seorang pria berdiri disana, dia terasa tidak asing bagi Naya. Tapi siapa? dan dimana? Naya berusaha mengingatnya. Hingga ingatan malam itu terlintas, pria itu keajaiban yang mengaku akan mencintainya batin Naya. Dia mengawasi sosok tersebut memastikan apakah itu pria yang sama. Dan benar dia si keajaiban gila tapi sebelum Naya bisa bereaksi sosok tersebut telah terlebih dulu menoleh padanya. Terkejut akan hal itu Naya segera bersembunyi, mencoba menghindari pria gila itu.

" apa yang kamu lakukan disini?" tanya Rayna dengan bingung.

" Yaaa! kamu mengejutkanku" 

"Bukankah kamu ingin membeli peony?lalu dimana pe...." 

Naya membungkam Rayna, menyeretnya keluar dari toko tersebut. Tetapi rupanya takdir tidak berpihak kepada Naya, baru saja mereka akan berbalik untuk meninggalkan toko tetapi sebuah suara terdengar. Suara yang sangat familiar baginya.

" Hallo!" sapanya dengan senyum yang menjengkelkan dimata Naya.

" ahhh Hai! apakah kamu memanggil kita?" tanya Rayna. 

Sementara itu Naya berusaha sekuat mungkin untuk menyembunyikan wajahnya tanpa menyadari sosok didepannya memperhatikannya. Melihat tingkah Naya sosok tersebut tersenyum geli. Rayna menatap bolak-balik dua manusia itu, bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.

" apakah kalian berdua saling mengenal?" tanya Rayna tiba-tiba mengejutkan Naya.

" Tidak!"

" Ya"

Jawab meraka bersamaan. Naya menatap sengit pria didepannya.

" Jadi?" tanya Rayna sekali lagi berusaha mencari jawaban sebenarnya.

" Aku tidak mengenalnya, benar-benar tidak mengetahuinya. kukira dia salah orang jadi lebih baik kita pulang saja" Jawab Naya sedikit gugup.

Naya hendak berbalik ketika sebuah tangan menahannya. 

" Jangan pergi dulu, aku hanya ingin memberimu ini" 

Naya menatap peony yang disodorkan padanya dengan heran, tidak berniat mengambil peony tersebut. Hingga sebuah tarikan tangan mengejutkannya ketika pria itu memberikan peony itu padanya. 

" Peony, Bunga favoritmu" 

Naya terkejut dengan ucapannya. Bagaimana dia mengetahuinya? mereka hanya bertemu sekali pikir Naya.

" Dan kita bukan orang asing" lanjutnya dengan senyum puas.

Naya hendak memprotes ketika Rayna tiba-tiba berbicara.

" ahh kalian saling mengenal? Kalau begitu perkenalkan saya Rayna sahabat Naya"

pria itu tersenyum ramah, membalas sodoran tangan Rayna.

" Kanagara, kekasih Naya"

Naya melotot mendengar apa yang baru saja dikatakan pria didepannya. Begitu juga dengan Rayna yang merasa terkejut dengan hal itu, dia diam-diam melirik Naya meminta penjelasan atas semuanya. Naya hanya menggelengkan kepalanya sebagai tanda bahwa itu tidak benar. Tetapi rupanya Rayna tidak mempercayainya. sebuah suara menginterupsi keduannya.

" Ku kira aku harus segera pergi ada urusan penting yang harus kukerjakan, sampai jumpa lagi Rayna dan sampai bertemu lagi nanti malam sayang"

Gara pergi meninggalkan dua sahabat itu. Sebelum keluar dari toko Gara menoleh kebelakang hanya untuk melihat Naya yang berusaha menjelaskan semuanya kepada Rayna, senyum kecil tanpa sadar menghiasi bibirnya.

" menggemaskan" gumamnya tanpa sadar hingga sebuah suara menyardarkannya.

" Benarkah?" 

Gara membeku ditempatnya mendengar suara itu. Dia ada disini, seseorang yang bertanggungjawab atas semua rasa sakitnya. Seseorang yang akan selalu memegang kendali atas dirinya.

"Mira..." panggilnya lirih.

Wanita itu tersenyum, senyum yang selalu menyebalkan bagi Gara. 

" Bukankah kamu baru saja melihat sesuatu yang menggemaskan? apa itu? " tanyanya.

" tidak ada, kamu salah dengar." 

Gara meninggalkan wanita itu, dia tidak ingin melihatnya dan juga Gara tidak ingin Mira mengetahui perihal Naya. Sementara itu mira menatap kedalam toko, pada seorang gadis yang tengah membujuk temannya dengan bunga peony ditangannya. 

" Awal dari akhir  telah dimulai" Ucap mira sebelum meninggalkan toko bunga itu.

takdir telah memilih jalannya semua yang sudah seharusnya terjadi akan terjadi. Sebuah kisah yang menyedihkan telah dimulai. Kisah yang akan sangat disesali setiap pelakunya. Cinta (yang) akan bersemi dan gugur pada saat bersamaan.













Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE SUNSET IS BEAUTIFUL? ISN'T IT?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang