Happy reading, jangan lupa like, komen dan baca
*******
"Kalian bisa gak sih sekali aja perhatiin saya?" tanya gadis itu dengan sorot mata yang sudah memerah menahan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.
Gadis itu menghela nafasnya sedikit, "Apa lagi yang saya harus lakukan biar kalian bangga punya putri seperti saya? Disaat prestasi yang saya dapat pun tidak mampu membuat kalian merasa bangga pada saya seperti orang tua lainnya,"
"Yang selalu saya dengar kalian selalu saja mempersalahkan kesalahan kecil yang saya perbuat. Apa kalian gak pernah mikirin perasaan saya,hah? Kalian pikir saya ini apa sampai saat harus selalu sempurna"
Gadis yang diperkirakan usianya sekitar tujuh belas tahun itu menatap penuh kepedihan pada dua manusia yang tengah memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Saya cape mah, pah, kalian gak seperti yang saya harapkan, saat pertama kali saya mendapatkan juara yang menurut saya itu amat sangat membanggakan pun kalian tidak pernah mengatakan jika kalian bangga pada saya!" teriak gadis itu.
"Venus!" panggil wanita setengah itu tak mampu mengehentikan langkah gadis yang pergi meninggalkannya, gadis itu merasa ia tidak berguna.
********
Seorang gadis tiba-tiba saja ia terjatuh dari atas tempat tidurnya, ntah sedang bermimpi apa sehingga membuatnya sampai terjatuh, alhasil pagi pagi buta ia harus mencium dinginnya ubin.
"Aduh!" pekiknya.
"Ah sial, pagi pagi udah jatoh aja," cicitnya sebal.
Dan ia tiba-tiba terdiam dan terbayang-bayang sesuatu yang membuat dirinya kembali merasa kecewa pada takdir yang telah mengirim dirinya pada semua ketidak adilan ini.
"Gue benci! Gue benci!" teriak gadis itu membuat seseorang yang tak sengaja mendengarnya langsung berhenti didepan pintu kamar gadis itu.
"Dek," panggilnya.
Lelaki itu nampak cool dengan balutan kemeja putih dan celana jeans yang melekat ditubuhnya.
"Dek ini gue, buka dong pintunya," pinta lelaki itu.
Tok
Tok
Lelaki itu terus saja mengetuk pintu kamar bercat putih itu, berharap orang didalamnya mau membukanya.
Ceklek
"Mau ngapain sih ka?" tanya gadis itu yang membuat lelaki didepannya tidak langsung menjawab, namun ia memperhatikan penampilan gadis kecil dihadapannya yang nampak tidak baik-baik saja.
"Lo abis nangis?" tanyanya.
"Enggak," jawab gadis itu jutek.
"Dek, kan gue udah bilang lo masih punya gue. Gue yang selalu bangga punya adik berprestasi kaya lo, jadi gue mohon jangan ngerasa lo gak punya siapa-siapa oke," tutur lelaki itu panjang lebar.
Gadis itu hanya menunduk,"Gue gak butuh kata-kata manis dari lo ka," tekan gadis itu yang langsung menutup pintu kamarnya.
Lelaki itu nampak kecewa dengan ucapan sang adik yang amat menusuk hatinya. Ia sangat menyayangi adiknya, ia selalu mencari cara untuk mengembalikan adiknya yang selalu ceria dan hangat.
"Maafin gue ka," gumam gadis itu dibalik pintu kamarnya.
*******
"Venus!" teriak seorang wanita setengah baya yang tengah mengejar-ngejar gadis berseragam SMA yang tengah mencoba melarikan diri dari hukuman.
"Cewek itu siapa sih?" tanya seorang gadis yang sama-sama memakai seragam SMA seperti gadis yang tengah berlari-lari menyusuri koridor yang ramai.
"Dia Venus," jawab temannya.
"Venus?" tanya gadis itu merasa tidak pernah mendengar nama itu.
Venus Chessa Al-Ghifari, dia gadis dingin yang jarang sekali bergaul. Venus selalu menutup diri dari siapapun kecuali Fatan Alexsa Mahendradatta, lelaki yang sangat dekat dengan gadis dingi itu. Fatah selalu ada disamping Venus, Fatah begitu terlihat sangat menyayangi gadis berdarah blasteran Indonesia-Arab.
~bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Venus
Short Storyseorang gadis yang memiliki banyak prestasi, namun tidak pernah merasa yang ia dapatkan itu mampu membuat orang-orang disekitarnya merasa bangga padanya. orang tuanya yang terlampau tidak pernah peduli membuat gadis itu beranjak dewasa dengan penuh...