Kritis

1.8K 263 27
                                    

Dear Atsumu - Kritis

Kedua tanganku gemetar dengan hebatnya. Meskipun begitu, aku buru-buru menghubungi bala bantuan. Kukirim lokasi tempat ini kepada Suna Rintaro dan Kita Shinsuke. Keduanya berkata, bahwa mereka akan datang secepat mungkin.

 Keduanya berkata, bahwa mereka akan datang secepat mungkin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hatiku pilu, ketakutan dikalau Atsumu tidak dapat bertahan sampai kedua temannya tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hatiku pilu, ketakutan dikalau Atsumu tidak dapat bertahan sampai kedua temannya tiba. Tiap detik berlalu, dan aku masih mendengar suara pertengkaran itu.

Aku memberanikan diri untuk mengintip, lalu mendapati Oikawa yang buru-buru melayangkan tinjunya kepada Atsumu. Hampir saja aku berteriak, tapi Atsumu bisa menghindari serangan tersebut dengan cepat.

Kemudian, tangan Atsumu bergerak- ia meraih salah satu tangan Oikawa lalu memelintirnya tanpa ampun. Oikawa dibuat berteriak sangat nyaring.

Teman-temannya yang lain memandang Atsumu dengan penuh rasa kesal.

"Dimana mereka?" Pertanyaan itu segera membuatku berbalik arah. Aku mendapati kedua orang yang baru saja datang menghampiriku- sepertinya aku pernah berpapasan dengan mereka beberapa kali di lingkungan sekolah.

"Di pojok jalan itu, please tolongin kakak gw!!" Aku menunjuk tempat dimana Atsumu sedang berkelahi.

Suna dan Shinsuke mengangguk bersamaan, kemudian segera melewatiku begitu saja. Keduanya mengambil barang-barang yang ada di sekitar situ sebagai senjata.

Begitu sampai, Suna menghantam seseorang disana dengan sebilah kayu. Sayangnya kayu tersebut patah- jadi Suna melanjutkan perkelahian dengan tangan kosong.

"Gapapa, bro?" Teriak Shinsuke kepada Atsumu.

"Aman!" Jawab Atsumu yang masih fokus menahan serangan orang di hadapannya. Ia menggunakan kursi kayu tadi sebagai tameng, juga senjata.

Jika di analisis, Atsumu dan kedua temannya memiliki kekuatan yang lebih unggul daripada berandal-berandal itu. Tapi, mereka kalah dalam jumlah anggota. Jika perkelahian ini terus berlanjut dalam waktu yang lama, mereka bertiga sangat tidak diuntungkan- karena akan kehabisan tenaga.

Kedua mataku terpaku kepada Atsumu. Ada darah yang terus menetes dari tangan kanannya. Aku sampai lupa, kalau luka jahit pada tangannya itu masih jauh dari kata sembuh. Cidera yang dialami Atsumu bisa semakin parah.

Dear Atsumu [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang