☆☆☆
“Teeettt....tetttt....tettt,” didetik-detik yang menegangkan Calma berucap syukur saat berhasil memasuki gerbang sekolah SMA ANGKASA. Walau harus terdorong oleh cowo tinggi, besar dan ganteng mungkin? Peduli amat yang terpenting dirinya selamat di hari pertama masuk di SMA ANGKASA.
“Sorry,” ujar cowo tinggi, besar dan? Ok! Ganteng banget. Tapi percuma permintaan maaf yang terdengar datar membuat Calma sedikit terintimidasi. “Gak apa-apa kok..kak?” balas Calma ragu. Bukan karna wajahnya ganteng makanya Calma tidak marah-marah. Sungguh dirinya sempat terdorong cukup keras. Sekali lagi membuat masalah dengan kakak kelas rasanya bukan hal keren yang ingin Calma lakukan. Wajar kan namanya juga menyelamatkan diri dari hukuman, apalagi dihari pertama sekolah.
Langkah kakinya yang mungil membuat Calma harus lebih ekstra mengeluarkan tenaganya untuk menyusuri koridor yang ramai dan harus berdesakan karna bel masuk sudah berbunyi, ditambah ternyata X MIPA 2 ada di lantai 3. Saat Calma memasuki kelas ternyata hanya tersisa 2 bangku di pojok kanan paling belakang pula.
“Kenalin gue Aruna.”
“Calma,” dengan nafas masih ngos-ngosan Calma membalas uluran cewe cantik didepannya.
“Jeselyn.”
“Calma.”
“Hampir aja lo telat.... kayaknya ada yang telat deh,” raut wajah Jeselyn tampak kasihan mengingat bangku dibelakang Calma masih tampak kosong. Saat Calma mengangguk setuju karena ikut merasa kasihan, tiba-tiba banyak pekikan histeris dari para gadis.
“jirr...ganteng banget.”
“Calon imam gue.”
“Ck! Alis gue gak ada harga dirinya sama tuh cowo.”
“Aduhhh mas suami kok telat sih.” Merasa geli dengan ucapan “Mas suami,” Calma menoleh kedepan, gadis yang duduk paling depan barisan kedua sebelah pintu sungguh menggelikan. Alih-alih jaga image dihari pertama Calma sungguh speechless saat gadis itu dengan percaya diri mengklaim orang baru sebagai suaminya.
Saat bola mata Calma yang berwarna hazel bertemu padang dengan bola mata yang setajam burung elang, segera saja ia memalingkan pandangannya. “Astaga tuh cowo seumuran Dengannya?” batin Calma terkejut.
“Kenapa masih berdiri?” tanya seorang guru yang tegas tapi cantik sekali. Kini gantian siulan para buaya yang terdengar.
“Bidadari surga.”
“Nikmat mana yang kamu dustakan...cuitt...cuiit.”
“Geeerrr.”
Cuitan receh cowo dikelasnya tidak bisa mencairkan aura menegangkan ketika cowo yang kini melangkah kearah Calma lebih tepatnya dibangku belakangnya. Gila ya auranya benar-benar membuat Calma merasa terintimidasi. Padahal ia tak punya salah, apa kabar sama orang yang buat masalah sama tuh cowo?
“Selamat pagi.”
“Pagiii.”
“Lebih semangat lagi, SELAMAT PAGI.”
“PAAGIII,” jawab serentak anak X MIPA 2, apalagi yang cowo beuhhh jangan ditanya lagi. Terutama Cowo dengan gaya rambut keriting, tubuh kurus dan ocehan julid tanpa saringan. Cocok tuh! Gabung sama lambe turah.“Perkenalkan nama saya Ajeng Arandita yang akan menjadi wali kelas kalian, dan saya yang akan mengajar mata pelajaran Kimia,” serempak banyak cowo yang pura-pura mengeluh. Mereka menyayangkan mengapa bidadari secantik bu Ajeng tidak mengajar mapel bahasa Indonesia saja, Ehh.. malah mengajar mapel kimia. Ternyata realita keras bos! Welcome anak MIPA yang banyak gak suka ngitung tapi tetep nekat ngambil jurusan MIPA.
“Tak kenal maka tak sayang, sebelumnya selamat datang dan selamat telah diterima di SMA ANGKASA.”
“Saya tak kenal sama bu Ajeng nyatanya langsung sayang.”
“Huuuu.... dasar biji ketumbar.”
“Iri bilang bosss.”
“Jir cowo dikelas ini gak ada yang jelas,” adu Jeselyn pada Calma dan Aruna.
“Mari kita mulai perkenalan dari kamu yang tadi hampir telat.”
“Tau aja yang paling bening bu, bu Ajeng tegaaa,” suara tawa memenuhi kelas hanya karena lelucon receh yang sedikit mengelikan.
“Sudah.....ayo yang duduk dipojok kanan mulai perkenalkan diri,” sahut bu Ajeng tegas, kenapa ya guru MIPA kebanyakan orangnya serius dan garang-garang?
“Nama Dama Pranaja Arganta panggilan Dama,” suara datar, singkat, padat dan super jelas.
Seketika anak X MIPA 2 menjadi hening! Dama Pranaja Arganta cowo yang mempunyai alis lebat dan super duper rapi, hidung mancung seperti prosotan, bulu mata yang lentik dan bisa-bisanya tampak mempesona dengan bola mata yang datar nan tajam. Kulitnya yang sedikit gelap sungguh serasi dengan tubuhnya yang tinggi besar. Kalau anak sekarang menyebutnya pelukable. Jadi tidak herankan? Ketika banyak pasang mata yang menahan nafas. Tanpa malu-malu banyak pasang mata siap menerkamnya?
Aura orang ganteng memang beda ya? Doi diam kaya tugu pahlawan saja banyak yang lemah imun apalagi senyum.
☆☆☆
SMA ANGKASA adalah sekolah swasta yang bertaraf Internasional dikota Surabaya, kumpulan anak konglomerat dengan semua barang branded yang melekat pada diri mereka menjadi ajang pamer bagi beberapa siswa yang haus ketenaran. Tetapi yang paling penting adalah reputasi Alumni SMA ANGKASA hampir 93 persen siswanya dengan mudah dapat beasiswa kuliah diluar negeri. So, Calma tidak heran jika kakeknya memasukkan dirinya di SMA ini.
Calma itu manis, kulitnya putih pucat, hidungnya mancung tapi mungil, rambutnya panjang sepinggang dan sedikit curly ditambah bola matanya yang berwarna hazel. Meskipun tumbuhnya mungil sekitar 154 cm tidak membuat Calma menjadi cewe lemah. Baginya jika berlari itu membuat kakinya berdarah setidaknya berjalan membuatnya belajar banyak bersabar, bukankah apapun yang terjadi pada kita adalah takdir?
“Gue kira cowo paling ganteng disekolah ini tuh kak Bhista tau gak? Eh...ternyata Dama ganteng banget jirr! Cocok jadi calon suami!” cerocos Lubna semangat! Ingat tidak cewe yang mengklaim Dama sebagai mas suaminya. Itu namanya Lubna cewe yang sedang cerita menggebu-gebu padahal sedang di kantin.
“Kan kita udah sepakat Dama milik bersama? Gimana sih Lub?” tanya Aruna tidak terima.
“Lub...Lub...panggil Lubna Run! Kalau gak Na!”
“Gak usah ngeles! Kita lagi bahas bahwa Dama milik bersama ya Lub! Sesuai hasil musyawarah Dama itu milik cewe X MIPA 2 titik!” peringat Jeselyn nyolot.
“Kata lo cowo dikelas kita gak ada yang jelas Jes?” tanya Calma mengingatkan ucapan gadis itu tadi pagi. Jeselyn menyeruput es jeruknya dengan semangat, lalu menatap Calma dengan senyum yang sengaja diimutkan.
“Salahin Dama Cal yang gantengnya gak pake assalammualaikum! Dia ngomong pasti gak ngucap bismillah!”
“Korelasi assalamualaikum sama bismillah apa njir?” sahut Aruna bingung. Jeselyn memutar bola matanya, jengah dengan kelemotan temannya.
“Lo juga gak tau Lub?”
“Ck! Gue gak suka dipanggil Lub! Kalian kenapa sih lidahnya kampungan?” kesal Lubna.
“Ck! Kalian gak bosen bahas Dama mulu?” decak Calma mulai bosan, ajaib sekali teman barunya. Cowo ganteng emang pemersatu bangsa sekali ya! Calma dan ketiga temannya bisa langsung akrab hanya karna cowo ganteng.
“GAK!” ketiga temannya kompak meneriakki Calma, sedangkan Calma hanya menghela nafas.
“Calm down please! Astaga, semua ngelihat ke kita tau gak?”
“Ok, gini ya girls. Sadar gak sih Dama itu ganteng, cool gimana gitu. Ibarat bertamu, doi tuh gak pake assalammualaikum! Kan gak sopan banget ya? bikin jantung anak gadis jedak-jeduk. Coba pegang jantung kalian, pegang Calma!” perintah Jeselyn seperti emak-emak nyuruh anaknya segera mandi. Begonya kedua temannya manut aja dengan perintah Jeselyn, yang ngeselin tuh muka mereka yang mendengarkan penjelasan Jeselyn dengan khidmat. Dengan terpaksa Calma ikut memegang dadanya.
“Gimana? Jedak-jeduk kan?” lanjut Jeselyn dengan serius.
“Pastilah! orang gue masih nafas!” protes Calma tidak terima dengan teori Jeselyn.
“CALLLLMAAA!” peringat ketiga temannya memberi ultimatum keras pada Calma untuk menurut saja.
“Fine! Gue diem kaya Dama biar kaya tugu pahlawan!”
“Gak...boleh! Dama milik gu-...maksud gue milik bersama Jes, Run! Ngelihatnya biasa aja. Gak usah melolot!” Lubna menatap Jeselyn dan memberi kode Jeselyn untuk melanjutkan musyawarah dadakan ini.
“Ok, trus pas Dama ngomong gue tebak doi gak ngucap bismillah! Soalnya setan-setan pada nyuruh gue kawinin doi masa?”
“Bener banget! Dasar setan, masa gue juga dirayu disuruh bersender di dadanya yang pelukable.” Lanjut Aruna membenarkan ucapan Jeselyn.
“Setuju, malah pertama kali gue ketemu Dama kayaknya emaknya setan deh yang ngehasut gue, soalnya dipenglihatan gue Dama tuh jadi Suami gue dimasa depan!” jelas Lubna menggebu.
“Masa lo gak diganggu setannya Dama Cal?” tanya Aruna serius.
“Gak lah! Soalny gue CSny-....”
“SETANNN?” Calma rasanya ingin mengumpati ketiga temannya yang gak tau ahlaknya ketinggalan dimana?
“Bercanda Cal! Eh Dama kok gak kelihatan ya? Masa dia gak kekantin sih!” tanya Aruna serius, matanya menyusuri kantin tapi tidak menemukan orang yang dicarinya.
“Kak Bhista ganteng bangetttt!” pekik Jeselyn saat matanya yang bulat menyadari kak Bhista si ketua osis SMA ANGKASA memasuki kantin.
“Kak Gema manis juga ya?” tanya Lubna entah ke siapa?.
Calma memilih melanjutkan memakan baksonya yang belum tersentuh sama sekali, menanggapi mereka bertiga harus dengan tenaga ekstra. Apalagi jika sudah membahas kumpulan cowo ganteng SMA ANGKASA. Tidak akan ada habisnya. Abhista Dario Abrisam Anak XII IPS 1 cowo ganteng, tinggi dan berkulit putih. Anak tunggal dari pemilik rumah sakit “Dario Hospital” ketua osis yang terkenal murah senyum dan keramahannya. Jadi tidak heran jika masuk jajaran most wanted disekolah ini. Ganteng check, ketua osis check, anak tunggal kaya raya check. Kabar baiknya doi jomblo! Yang mau mendaftar harus legowo, tahu sendiri kan resiko suka sama cowo friendly?
Sedangkan Gema Putra Federick, anak XII IPS 3 juga masuk jajaran most wanted. Si ketua basket yang berhasil membawa timnya juara 1 tingkat nasional tahun lalu. Bayangkan cowo tinggi yang memiliki lesung pipi kala bicara atau tersenyum nyatanya terkenal dengan julukan bad boy. Tetapi berhasil membungkam guru dan siswa SMA ANGKASA dengan prestasi yang luar biasa. Saran sih jangan cari masalah dengan seorang Gema, meskipun wajahnya manis tetapi Sudah menjadi rahasia umum jika sudah bermasalah dengannya banyak yang berakhir patah tulang. Meskipun sudah ada pawangnya, anak XI MIPA 1 Princess Grizelle Falisha. Cewe cantik yang langganan juara olimpiade beredar kabar bahwa mereka hanya pura-pura pacaran?
Luar biasa kan informasi yang dibeberkan ketiga temannya? Ini baru sehari sekolah disini dan mereka sudah mendapatkan informasi sedetail ini, bagaimana jika sebulan? Atau setahun? Rasanya semua gosip di SMA ANGKASA akan menjadi jurnal yang super tebal yang pastinya mereka hafal diluar kepala setiap detailnya.
“Gue Lagi ngehalu! Dama, kak Bhista sama kak Gema berdiri didepan gue, trus mereka ngajak pacaran. Sumpah gue bingung harus milih siapa?” celetuk Lubna tanpa beban.
“Bangun Lub! Ambil air wudhu. Kayaknya yang nempel di lo kakeknya setan! Bukan emaknya setan!” saran Jeselyn serius.
“Tapi gue Kristen,” aku Lubna polos.
“Yaudah lo doa sesuai kepercayaan lo Lub?” ujar Calma pengertian.
“Tapi gue hafal ayat kursi kok,” lanjut Lubna tersenyum tanpa dosa. Calma, Aruna begitupun Jeselyn menatap Lubna cengo. Ajaib sekali temannya yang satu ini. Sampai membuat semuanya kehabisan kata-kata.
☆☆☆
Berhubung ini hari pertama masuk sekolah jadi belum ada tugas sekolah. Hanya pembagian piket, pemilihan pengurus kelas dan pembagian jadwal mapel sekolah.
Ada yang mengusik Calma saat pembagian formulir ekskul. Mata hazelnya menatap sendu kertas formulir yang sekarang ia pegang, ingin sekali ia mengambil ekskul musik tetapi percuma mamanya tidak akan setuju. Bahkan ketika genknya semangat mengajak Calma masuk ekskul dance atau cheerleaders supaya menjadi anak hits yang siapa tau akan masuk dalam jajaran anak famous di SMA ANGKASA. Tanpa pikir panjang Calma kekeh menolak selain tak ada minat menjadi anak famous rasanya pasion-nya tidak dikedua ekskul tersebut.
“Calma?” saat Calma sedang berjalan sendiri dikoridor yang mulai sepi karna memang sekolah sudah bubar 30 menit lalu, matanya melolot ketika tiba-tiba ada cowo memanggilnya.
Seketika jantungnya berdebar kencang, langkahnya mundur beberapa langkah kebelakang. Sekujur tubuhnya merinding seperti ada aliran listrik yang menyetrum keseluruh tubuhnya. Kenapa dirinya harus takut? Mengapa dirinya merasa terintimidasi? Dirinya tidak salah kan? Dan point paling penting dirinya tidak pernah mencari masalah!
“Belum pulang?” tanyanya tenang.
Tapi kenyataanya Calma gugup setengah mati. Mencoba tenang dengan menarik nafas pelan-pelan. Rasanya dirinya lupa bernafas sangking gugupnya.
“Y-..a... ya?” jawabnya tak yakin, dirinya benar-benar menahan nafas saat tangan besar itu menepuk kepalanya beberapa kali dengan lembut.
“Kenapa belum pulang?”
“Kata Pak Min bannya bocor!” jelas Calma berusaha tenang, sembari berdoa semoga segera mendapatkan telepon dari supirnya.
“Gue anter!”
“Gak usah, beneran pak Min udah mau sampek!” terang Calma jujur.
“Gak ada penolakan!” perintahnya tanpa menerima penolakan.
Namun Calma tetap diam ditempat, tidak berminat untuk menurut ataupun mengejar, membiarkan dirinya tertinggal beberapa langkah. Hingga siempu menyadari bahwa tidak ada pergerakan sama sekali dari seorang Calma. Alisnya terangkat satu sebagai bentuk protesnya.
“Dreeet...dreet,”
“Ya pak Min, oh didepan? Iya gak apa-apa pak. Ok,” Calma merasa lega, untung pak Min menelepon tepat waktu.
“Duluan ya? Pak Min udah didepan.”
“Gue anter sampai depan!” astaga mengapa cowo didepannya sangat keras kepala.
“Gak perlu, kan parkirannya beda arah!”
“Gue anter sampai depan atau gue yang anter pulang?” Calma sadar bahwa kali ini dirinya harus menurut atau malah perdebatan tak penting ini membuatnya semakin lama tertahan lebih lama dengan cowo ini.
“Ok, fine!” kesal Calma, karna tidak pernah berhasil mendebat cowo didepannya.
“Gadis manis, tidak berubah ternyata? selalu menjadi anak penurut!”
“Sejak kapan kak Gema di Surabaya?”
☆☆☆
KAMU SEDANG MEMBACA
Calma Anak Pelakor?
Teen FictionMenurut kalian anak pelakor pantes bahagia gak sih?