Mengenal Bintang Bumantara.

30 3 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pukul dua belas malam.

Lampu meja masih menyala menyorot buku-buku yang terbuka untuk Bintang.

Baru satu jam lalu laki-laki itu mengirim pesan pada Kinar untuk segera tidur agar tak lekas sakit. Namun, berbalik padanya yang justru mengangkat selimut, berpindah pada meja belajar ternyaman-nya. Lalu, belajar.

Beberapa minggu lagi akan ada Ujian Kenaikan Kelas, sebelum pentas Kartini, Bintang akan menyuarakan hasil keringatnya dikelas sebelas seperti tahun lalu, untuk Mama, dan Papa-nya.

Dua belas, lewat satu menit.

Laki-laki itu melepas pulpen biru digenggamannya, melebarkan ruas-ruas jari, merentangkan lengan sambil menggerakkan lehernya yang terasa pegal.

Atensi Bintang teralih, buku usang coklat yang ukurannya hampir lebar dari ukuran buku gambar A4. Milik Papanya, yang tersisa.

Januar Bumantara, 1998.

Bintang meraih ponsel, hendak membuka sesuatu untuk mengalihkan perhatian, namun sepertinya, ia tak bisa lagi jauh dari buku Papanya.

Laki-laki itu dengan cepat mengambil buku itu, membuka lembaran pertama, mendapati hasil coretan Papanya tentang perkerjaanya.

Dokter Bedah Umum, di Berlin.

Laki-laki itu tanpa sadar terus mendalami isi buku, bukan sekedar ingin tahu, tapi juga mencoba memahami tulisan bersambung Papanya yang terlihat akan luntur.

Maklum. Buku ini ditemukan hampir tenggelam di selokan. Kalau bukan karena Mamah Alin menemukan dan menyimpannya begitu khusus, Bintang mungkin tak bisa merasakan usapan jari-jemari Papanya yang dulu rasanya tak bisa ia ingat bagaimana.

Mata Bintang mengerjap, merasakan hawa aneh didalam tubuhnya.

Detik berikutnya menguap lebar tanpa ingin. Laki-laki itu berdecak, agak kesal manusia harus butuh istirahat disaat asyik begini.

Mau tak mau, ia menutup buku Papa, menaruhnya dengan hati-hati ditempat semula. Tanpa merapikan buku dimeja, cowok itu langsung terlelap menundukkan kepala beralas lipatan tangan dan buku-buku.

Tak peduli besok akan merasakan sakit punggung ketika akan jogging pagi dengan Kinar.





—Mou Nara.

16-02-2022.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SempurnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang