Bagian 12 : Kala Jarak Menggoda

476 67 36
                                    

Bukan Iblis, Dia Malaikat!

Shingeki no Kyoujin © Isayama Hajime

Rivaille Ackerman x Eren Jaeger
#Riren#

Rate : M

Warning : Shounen-ai, BL, Yaoi, bahasa amburadul, typo bertebaran, mengandung unsur dewasa dan kekerasan, homophobic jangan baca!!!







'Kala Jarak Menggoda'








Detik jam samar-samar terdengar, derasnya air hujan yang menghujam kaca jendela terdengar sangat keras karena suasana ruangan yang hening. Beruntung tidak ada guntur yang menyambar, meski kencangnya angin patut diwaspadai.

Manik biru itu menyorot datar bagian ruang pribadinya yang terbuat dari kaca, kerasnya hantaman tetes air hujan bahkan bisa ia dengar dengan jelas meski kaca itu tergolong sangatlah tebal. Sejauh mata memandang hanya terlihat awan putih kehitaman, gedung-gedung pencakar langit disekitar yang biasa terlihat jelas menjadi tersamarkan.

Indera pendengarnya yang tergolong cukup tajam menangkap suara ketukan pintu, ia mengalihkan pandangannya kearah pemuda mungil bersurai pirang yang tengah menatap kearah pintu masuk.

“Sir, ada yang mengetuk pintu. Mungkin itu Mike-san dan Hanji-san.”, ujar Armin.

Erwin mengangguk pelan, “Masuk.”

Pemuda kelebihan tinggi bersurai pirang menyembul dari balik pintu, ia langsung nyelonong masuk dan duduk di sofa single sebelah Armin tanpa diminta. Erwin yang semula melamun sambil menatap hujan juga ikut duduk di sofa single yang berseberangan dengan Mike.

“Kemana Hanji?”

“Sebentar lagi menyusul, ia melupakan ponselnya di mobil.”, jawab Mike seadanya.

Belum sempat Erwin menanggapi, seorang wanita berkacamata masuk ke ruangannya dengan sangat heboh. Hanji menutup pintu kayu itu dengan tendangan kaki, kedua tangannya masing-masing mengapit sebuah laptop dan map coklat, ponsel pintarnya terselip diantara kedua bibirnya.

Erwin menggelengkan kepalanya pasrah, “Melihat Hanji seperti itu membuatku teringat Rivaille.”

Mike mendengus geli, ia membantu kekasihnya itu menurunkan bawaanya ke meja. Kedua matanya sempat melebar sekilas saat Hanji mendaratkan kecupan singkat di pipinya.

“Pasti dia akan mengeluarkan komentar pedasnya.”, sahut Mike geli.

Mengabaikan dua pria pirang yang tengah membicarakan tentangnya, Hanji terlihat sibuk dengan laptopnya. Ia tengah menyambungkan laptop itu di proyektor di ruangan Erwin, bahan pertemuan mereka hari ini.

“Ngomong-ngomong tentang si Cebol, bagaimana keadaannya? Bukankah ini rekor, kau sudah menguncinya sejak semalam kan. Keajaiban kalau si Kuntet Sialan itu masih ditempatnya saat ini.”, celoteh Hanji.

Setelah Rivaille kembali ke rumahnya semalam, ternyata Erwin sudah disana terlebih dahulu. Iblis Lonceng itu sempat mengamuk karena Erwin mencegahnya yang ingin pergi menyelamatkan Eren, ia sempat kuwalahan menangani anak buahnya yang satu itu.

Berkat obat bius yang ia peroleh dari Hanji, ia bisa membuat Rivaille tenang untuk sementara. Ia memutuskan membawa Rivaille ke markas Pasukan Pengingai, mengunci pria Ackerman itu di ruang khusus dengan rantai dan borgol yang melilit tubuhnya.

Bukan Iblis, Dia Malaikat! || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang