Selamat membaca!
•••
'Jangan lupa ya besok.'
Ara menghela nafas. Sejak pertama telfon tersambung, teman-temannya tidak berhenti mengingatkan acara untuk besok. "Iya, gue gak lupa."
'Gue percaya, awas aja besok kesiangan,' Oliv menggeram diseberang sana. Sahabatnya ini memang tidak ada sabar-sabarnya.
"Tenang aja tenang, gue udah pasang alarm."
'Tapi Ra, minggu lalu lo juga pasang alarm masih aja telat datang. Apa perlu gue jemput?' Abi mengingatkan. Mungkin sahabatnya itu juga khawatir mengingat daya ingatnya yang benar-benar payah.
"Gue berangkat sendiri aja, lo kan gak searah sama gue."
'Yaudah sama gue deh.' Dilan ikut mengusulkan.
Ara menghela nafas sedikit kesal. Memangnya dia sepayah itu ya? Sampai-sampai teman-teman pada frustasi. "Gue bisa minta tolong Nathan. Besok dia latihan basket, jadi bisa sekalian. Kalian gak usah khawatir deh! Beneran, gue pasang alarm banyak banget." Gadis itu tengkurap di atas ranjang. Tangan lentiknya meraih bantal pisang kesayangannya.
'Duh Ra, sorry nih. Tapi si Nathan juga gak ada bedanya sama lo.' Alma mengingatkan. Pacar sekaligus adik dari sahabatnya memang tidak ada bedanya dari sang kakak. Dulu, sewaktu mereka pertama kali berkencan. Laki-laki itu saja telat sepuluh menit. Alasannya adalah lupa.
'Gue ke rumah lo dua puluh menit sebelum berangkat,' kata Mila pada akhirnya. Ara meringis kecil, dia selalu saja merepotkan Milla. Gadis itu sangat baik padanya. Dia jadi tidak enak. "Mil...."
'Gak ada penolakan.'
'Yaudah pada tidur gih, kita telfon begini cuma mau ngingetin lo doang Ra.' Mendengarnya Ara mendengus kesal.
'Kalian keluar duluan, gue ada yang mau diomongin sama Ara,' kata Milla sebelum semua mematikan sambungan.
"Kenapa?"
'Gue putus.'
Dua kata yang benar-benar membuat Ara terkejut. Mereka berdua terdiam untuk beberapa saat hingga Ara ber dahem pelan. "Kenapa?"
'Lo tau penyebabnya.' Ara mengangguk meski Milla sudah pasti tidak melihatnya.
Beberapa minggu yang lalu, sahabatnya ini bercerita kalau pacarnya sudah agak berubah. Mulai kasar dan tidak sehangat dulu. Dua hari sebelumnya pun, Ara sempat memergoki pacar Milla sedang berjalan berdua dengan seorang perempuan.
Saat itu, Ara pikir dia saudara Erick ternyata tidak. Terbukti dari laki-laki itu yang tiba-tiba mencium kening sang wanita. Ara sempat kaget, tapi dia tidak berani untuk menghampiri mereka. Hingga akhirnya, Milla tau semuanya. Dari Abi.
Mereka-Abi, Dilan, Alma, Milla, Oliv, dan tentu saja Ara-adalah teman semasa mereka kecil. Berada dalam satu komplek, sampai mereka satu persatu pindah mengikuti orang tua masing-masing. Di pertemukan kembali disaat SMA.
"Sorry Mill."
'Gak apa, ini lebih baik. Dari pada gue terus-terusan di kasarin.'
Senyum Ara mengembang senang. "Lo bisa buka hati lo untuk Abi."
Di sana Milla berdecak. Baru saja dia putus, masa langsung beralih pada laki-laki lain. 'Dia sahabat kita Ra.'
"Loh, ya terus kenapa? Gue setuju tau, kalau lo sama Abi. Sholeh gitu orangnya."
'Ck, gue tutup. Malam Ra.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Reoccur
FantasyAra terjebak di dunia sihir. Entah bagaimana dia bisa ada disana. Dia hanya sedang berjalan-jalan di taman kota bersama teman-temannya. Lalu ada seekor kucing mendekatinya, membawanya menuju tempat yang bahkan Ara sendiri tidak tau kalau ada tempat...