Pertemuanku pertama kali dengannya ketika aku masih duduk di bangku SMA. Arka, anak lelaki yang membuatku jatuh hati pada pandangan pertama. Dia berpenampilan biasa saja tapi sangat menarik perhatianku, payahnya aku kurang berani untuk mengajaknya bicara, hanya melihatnya saja sudah merasa malu. Mungkin ini hanya sekedar cinta monyet, gumamku dalam hati saat itu.
Sejak itu aku mulai menulis namanya di buku harianku. Aku menumpahkan rasa kekecewaanku di sana. Nama Arka selalu menghiasi buku harianku setiap saat, setiap waktu, jika aku sedang merasakan rindu padanya. Hati ini masih belum berani untuk mencoba mencari tahu bagaimana hatinya secara langsung. Buku hariankulah penampung segalanya.
Ketika lulus SMA aku memutuskan untuk kuliah di luar kota dan menjalani kehidupanku sebagai seorang mahasiswa di kota lain. Aku mulai terbiasa dengan aktivitas baruku di sini. Namun sayangnya bayangan Arka tetap tak bergeming.
Aku mencoba bertahan dengan doa-doa yang kulamatkan di sepertiga malam. Aku memohon diberi rasa lupa tersirat dalam doaku kepada Tuhan, jika aku tak diizinkan dipertemukan dengan Arka.
Saat aku menemukan akun media sosialnya, kuanggap ini adalah jawaban dari doa-doaku. Karena aku yakin dia tidak tahu betapa aku selalu merindunya. Salah aku juga tidak pernah berterus terang dari semula," pikirku.
Aku mulai mengikuti akun miliknya tanpa pernah aku chat Arka sama sekali. Aku hanya mengikuti dan pembaca setia status-status yang dia buat.
Aku terus menjalani kehidupan seperti biasa. Kebiasaan menuliskan namanya di buku harianku masih berlanjut tanpa dapat aku kendalikan.
Ketika rutinitasku semakin sibuk di Fakultas Seni Musik di salah satu Universitas Negeri di kota Bandung. Perlahan-lahan aku mulai mengabaikan nama Arka dalam pikiran dan juga hatiku. Hanya ketika aku berdoa di tengah malam, namanya kulapalkan.
Namun, di suatu hari tanpa pernah terpikirkan sedikit pun di benakku, benar-benar membuatku bahagia luar biasa. Walaupun sudah berlalu delapan tahun dia hadir dalam hatiku, hingga lupa karena kesibukan. Arka chat aku di salh satu media sosial.
"Ini Aluna anak SMA Dirgantara? Masih ingat denganku Arka?" tanyanya. Kebetulan malam itu aku sedang bersama sahabatku Kalya. Aku salah tingkah. Untung aku pernah bercerita tentang Arka pada Kalya, jadi dia memaklumi kegugupanku.
"Duh ini gimana Kal? Apa yang aku harus jawab?"
"Jawab aja seperlunya dulu yang dia tanya!" jawab Kalya sambil tersenyum geli. Aku mengiyakan kata-kata Kalya.
Singkat cerita aku dan Arka mengobrol lewat chat, dan tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Aku menyudahi percakapan kami dan memberikan nomor HP-ku padanya.
"Tidur nyenyak malam ini ya! Delapan tahun penantian akhirnya terjawab!" goda Kalya. Aku hanya mampu nyengir sebagai jawabannya.
Keesokan hari Arka menghubungiku lewat gawaiku. Itulah awal kami mulai intens berkomunikasi, yang akhirnya kami berjanji untuk bertemu di langsung.
Pertemuan pertamaku dengan Arka, aku lebih dulu sampai di tempat yang telah kami sepakati. Dari jauh aku melihat laki-laki berambut panjang, kurus, seperti perempuan, tapi aku yakin itu adalah Arka. Dia tersenyum saat sudah mengenaliku.
Arka dan Aku sudah banyak berubah. Kami sama-sama beranjak dewasa, tapi tetap saja masih sedikit canggung saat mengobrol dan bingung bagaimana mencaikan suasana. Akhirnya kami menghabiskan waktu untuk dinner dan hanya membicarakan masa lalu saat kami sama-sama di SMA, sampai menunjukan pukul sembilan malam, Arka mengantarku pulang ke kost-an.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cinta Aluna
Romance"Ahh... Perasaan ini?" Aku terus memikirkan perasaanku terhadap Arka. Aku akhirnya tahu kalau Arka sedang menjalin hubungan dengan orang lain. Aku bimbang, karena Arka seakan memberiku sebuah harapan. Aku benci dia bersikap begitu, terkadang aku in...