Halo, I'm Yara Mutiara, then you call me Yaya. Tak pernah lepas jauh dari pantauan orang tua, jadi disinilah aku, bekerja di salah satu cabang perusahaan yang letaknya tak terlalu jauh dari jangkauan rumahku.
Bosan rasanya, ingin lepas dan mencoba suasana baru, jauh dari orang tua, merantau ke negeri orang, tapi ahsudahlah orangtuaku tak memberi restu.
"Astaghfirullah." Kataku kaget setelah teman senasip dan sepenanggungan jiwa raga menepuk pundakku dengan senyum merekah tanpa rasa dosa telah membuat jantungku mencelos karena kaget.
Yah biasalah, rentang waktu antara Sabtu dan Minggu itu rasanya seperti dua abad. Jadi, beginilah kami.
Hampa rasanya jika tidak ada ghibah yang kami bawa setiap selesai weekend.
Apalagi yang bisa menghibur para budak perusahaan bidang marketing ini selain perguncingan hangat, apapun jenisnya kami terima.
"Sumpah kau?" tanyaku kaget
Bela nama temanku, dia mengangguk meyakinkan.
Oh Tuhan
Apakah ini keajaiban. Belum pernah seumur hidup seorang Yaya mendengar Bapak terpuji dan terhormat a.k.a Bara Adyatama kencan bersama seorang wanita.
"Masih muda atau udah rentan?" tanyaku lagi memastikan.
Kali ini Bela memukul kepalaku, "Muda, seumuran kita sih kayaknya." Tebak Bela.
Apa yang harus kurasakan, hati ini rasanya seperti nasi campur, antara senang tapi juga miris. Senang karena akhirnya dia bertemu dengan sosok-yang-mungkin-akan-jadi pendamping hidupnya.
Tapi sedih, bukan sedih karena aku mencintainya, big no. Tapi sedih jika diriku ada diposisi perempuan itu.
Membayangkan hidupku akan dipenuhi dengan wajah monoton Bara yang selalu hidup tak pernah pisah dari layar laptop itu.
Iuhhh
Imajinasiku saja enggan membayangkan
Masa bodolah, semoga saja setelah ini ada perubahan dari Bapak Bara terhormat, bukan wajahnya tapi otoriternya sebagai seorang pemimpin.
Well, aku membenci nya bukan tanpa alasan. Mungkin ini terdengar tidak rasional tapi percayalah jika kalian ada diposisiku maka tidak ada alasan untuk menyukai atasan ku yang satu itu.
I'm marketer. Bekerja dibidang marketing sangatlah amat melelahkan, selain tekanan target, tekanan jantung juga cukup menguras jangka waktu usiamu dimuka bumi.
Bagaimana tidak, jika target belum tercapai maka otakku akan pusing tujuh keliling mencari cara agar target bisa mencapai kata bonus.
Tapi bagaimana bisa tercapai jika mangsa yang diburu tidak tepat.
Ahsudahlah, intinya target yang diberikan tidak sesuai dengan terjal ombak yang kami jalani dilapangan.
Salah siapa lagi kalau bukan salah seorang Bara Adyatama. Si laki-laki gila kerja bagaikan kuda itu.
Mau protes? Tentu tak semudah yang dibayangkan, kami sudah pernah menyuarakan isi hati kami tapi tanpa basa basi dia langsung menolak dengan tegas.
Wajahnya boleh selembut kulit bayi tapi hatinya sekeras batu aki.
"Cantik, Ya." Ucap Bela dan aku hanya mengangguk. Wajar sih kalau calonnya itu cantik, secara dia juga tidak jelek hanya sifatnya saja yang tidak bisa dianggap manusia.
Andai saja dia bukan atasanku yang menyebalkan bukan tidak mungkin aku jatuh cinta.
"Kau jumpa dimana, Bel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pilihan
ChickLitMy name is Yara Mutiara, so call me Yaya. Life is simple, mau hidupmu damai maka jangan pernah mencintai orang lain sebelum orang itu mencintaimu Cover: Credit by Pinterest