Chapter 1 : The Exam
7 tahun lalu, 203 TC, Sazar ..
Kuda berwarna coklat dengan rambut putih itu berhenti di depan rumah jendral Baron. Penunggangnya segera menuruni kuda tersebut, disambut oleh dua orang pelayan rumah mansion itu. Dengan ramah, Franco menyerahkan kudanya kepada dua pelayan yang menyambutnya. Mereka akan mengurus kudanya dan menurunkan barang-barangnya.
Franco segera masuk ke dalam rumah dan berjalan menuju ruang keluarga dimana ayahnya sedang duduk bersantai sambil memoles pedangnya yang dahulu ia gunakan untuk menghabisi musuh saat ia masih menjadi pimpinan utama kemiliteran Negara Qing.
Begitu sampai di hadapan ayahnya, Franco menyapa ayahnya. “Ayah!”
Miquel yang melihat anak lelaki pertamanya muncul di ambang pintu pun segera berdiri dan meletakkan pedangnya di atas meja di sebelah tempatnya duduk. Di wajahnya hanya ada seulas senyum yang biasa-biasa saja. “Sudah pulang, nak?”
Franco mengangguk. “Lulus. Sersan. Saya ditempatkan sebagai pembimbing kadet baru.”
Miquel menghirup teh susu hangatnya. “Lumayan .. untuk pemula.”
Franco tersenyum pahit. Ia tidak puas dengan jabatan itu. Ia berharap ia ditempatkan di garis depan, sehingga dapat berada di tempat yang lebih menjanjikan.
Miquel mengetahui perasaan anaknya yang kurang puas dengan apa yang telah dicapainya. Kemudian ia bercerita. “Dahulu aku bergabung dalam kemiliteran hanya karena ayahku .. yang juga kakekmu, adalah jendral besar Baron.
Tapi bagusnya kemiliteran di Qing, siapapun keluargamu, darimanapun kau berasal, kau tetap harus mulai dari 0. Karena perang bukanlah soal keturunan. Setiap orang memiliki integritasnya sendiri-sendiri. Biar waktu yang membuktikan, apa tempat yang pantas untukmu.”
Franco duduk di kursi di sebelah ayahnya. “Ayah .. aku berusaha semampuku. Aku pun percaya bahwa pembimbingku melihatku dan tertarik padaku. Tapi kenapa aku hanya menjadi seorang pembimbing kadet baru? Seakan… mereka tidak membutuhkanku di medan perang yang sesungguhnya.”
Dan ia menambahkan “Aku merasa cemas karena telah mengecewakanmu.”
Miquel hanya menaikkan kedua alisnya sambil menghela nafas. “Nak, selama kau baik terhadap saudara-saudaramu, baik terhadap negaramu, dan menjadi orang baik dan benar dimanapun kau berada, … kau tidak pernah mengecewakan aku.”
Franco tidak tersenyum. Ia menunduk. Petang itu cahaya sinar matahari yang tenggelam masuk melalui jendela terbuka rumah keluarga Baron. Warna oranye yang hangat menghiasi ruang keluarga mereka. Ditambah pemandangan indah dari balkon terbuka itu, suasana sore hari yang cerah itu benar-benar menakjubkan.
Tak lama, terdengar suara langkah gaduh memasuki kediaman keluarga Baron. dan muncullah seorang pemuda tanggung berambut hitam lebat dan gondrong. Alisnya tebal seperti bentuk golok. Matanya tulus dan berani, menunjukkan kemurnian hatinya. Bibirnya mengatup rapat dan mantap, siapapun melihatnya pertama kali, berdecak kagum bahwa pemuda ini secara alami, bisa dipercaya.
Suaranya cukup kuat dan menggelegar, menyapa dua orang lelaki yang sedang duduk di ruang tamu. “Hai ayah, hai, Franco. Sudah kembali kau dari kamp?”
Franco tampak tidak terlalu senang melihatnya. “Bau sekali kau. Mandi keringat seperti biasanya.”
Miquel tersenyum melihat putra bungsunya. “Habis turun bukit lagi, Lando?”
Lando memilih untuk lebih merespon ayahnya. “Yap. Seperti biasanya. Sepertinya nanti malam akan ada pesta penyambutan kepulangan Franco. Untung aku belum mengisi perutku sejak tadi siang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Legend of Yu-Guo (draft)
ФэнтезиDahulu kala, bangsa Latin melintasi pegunungan Casdans yang berbahaya dan misterius dan sampai di sebuah negeri yang begitu eksotik dan indah dimana kebudayaannya sangat berbeda dari kebudayaan asal mereka. Negri itu kini terpecah menjadi dua negara...