2. Luka

112 10 0
                                    

"Aamiin..."

Hiks hiks~

Chanyeol merangkul pundak Jennie lalu ia usap usap, berusaha menenangkan istrinya yang sedang menangis. "Udah Ma..."

Saat ini, Chanyeol, Jennie, Mark dan Heejin sedang berada di depan sebuah kuburan dengan nisan bertuliskan nama Park Jee Yeon. Anak ketiga Jennie dan Chanyeol yang meninggal karena mengidap penyakit necrotizing enterocolitis. Penyakit yang sering terjadi pada bayi prematur.

Bukannya berhenti menangis, tangisan Jennie malah semakin kencang. Melihat itu, hati Chanyeol terasa semakin sesak. Ia langsung membawa istrinya ke dalam pelukannya. "Sabar Ma, nanti Jee ikutan sedih liat Mama nangis kaya gini..."

Drrrttt...

Heejin melirik handphone ibunya yang kebetulan ia pegang untuk melihat siapa yang baru saja mengirim pesan. Niat hati ingin mengabaikan pesan itu tetapi isinya mengundang Heejin untuk membuka aplikasi gmail untuk membaca pesannya lebih lengkap.

From: haihai@gmail.com
To: jennieeeee@gmail.com

Udah ga usah nangis terus, mending sekarang pulang atau jalan-jalan ke mana gitu, puas-puasin main sama keluarga karena waktumu tinggal 25 hari lagi hihihi...

Deg!

Heejin melotot, jantungnya mendadak berdetak dengan kencang. Ia segera mengedarkan pandangannya ke sekeliling area pemakaman. Berusaha mencari sosok yang sedang memata-matai keluarganya. Namun nihil, di area pemakaman itu hanya ada keluarganya saja.

Walaupun Jennie dan Chanyeol belum memberi tahu tentang pesan dari orang misterius itu pada kedua anaknya, tetapi ketika membaca kalimat 'Karena waktumu tinggal 25 hari lagi...' membuat Heejin overthinking. Ia merasa kalau sebentar lagi ia akan kehilangan orang yang paling ia sayang.

"Kenapa Dek?" tanya Jennie sambil mengusap air matanya.

Pandangannya beralih ke arah handphonenya yang dipegang anaknya. Jennie segera mengambil handphonenya dari tangan Heejin. Sepertinya ia sudah tau apa penyebab anaknya itu terkejut.

"Liat Pa, dia ngirim lagi!" kata Jennie sambil menunjukkan handphonenya pada Chanyeol.

Karena selama 4 hari ke belakang Jennie tidak mendapatkan pesan apapun, ia mengira kalau memang benar orang itu hanya iseng mengirim pesan aneh itu pada Jennie.

Mark sontak merapat ke Jennie. Ingin tau apa yang dimaksud ibunya itu.

"Emang apa sih Ma?" tanya Mark sambil ikut melihat handphone Jennie.

Jennie maupun Chanyeol tidak menjawab pertanyaan Mark, kedua orang tuanya itu buru-buru mengedarkan pandangannya ke sekeliling area pemakaman, sama seperti yang dilakukan Heejin tadi.

"Udah yuk pulang," kata Chanyeol. Nada bicaranya terkesan buru-buru.

"Tapi Pa--"

Ucapan Mark terpotong karena ayahnya itu menatapnya dengan tajam.

"Nanti diceritain di rumah."

~ Unexpected ~

"Terus gimana dong Ma? Heejin takut hiks~ Mama jangan tinggalin Heejin yaa hiks~"

Setelah menceritakan semuanya pada kedua anaknya, Mark Heejin langsung memeluk Jennie sambil menangis. Takut kalau ibunya itu memang sebentar lagi akan meninggal dunia.

"Tenang sayang tenang, Mama di sini, ga akan ke mana-mana dan ga akan kenapa-napa, udah ya jangan nangis terus, nanti cantik sama gantengnya ilang," kata Jennie sambil menatap kedua anaknya bergantian.

"Ini menyangkut nyawa Ma, Heejin takut hiks~" kata Heejin dan diangguki Mark.

Jennie mengusap kedua rambut anaknya. Ia juga takut, belum siap meninggalkan keluarga yang sangat disayanginya itu.

"Besok Papa pasang cctv di depan rumah, biar ketauan siapa yang mata-matain kita."

~ Unexpected ~

"Ih masa habis sih? Perasaan kemaren masih banyak," gumam Heejin frustasi karena barang yang dari tadi ia cari tidak ada.

Sudah lima belas menit yang lalu Heejin mencari kertas folio di tumpukan buku-bukunya. Namun nihil, kertas folio yang seingatnya masih banyak itu hilang bagai ditelan bumi. Bahkan selembar pun tidak ada.

Ia mulai membereskan buku-bukunya yang berserakan di lantai dan segera berjalan ke kamar kakaknya.

Cklek!

"Abang."

"Paan?" tanya Mark tanpa mengalihkan pandangannya dari buku tugasnya.

"Idih, jutek amat."

Mark menghela napas. Ia memutar kursi belajarnya menghadap Heejin.

"Apaaa adekku yang cantiiiik?"

Heejin nyengir. "Hehe, minta kertas folio dong Bang."

Mark kembali memutar kursinya ke arah semula sambil bilang, "Ga ada, habis."

"Yaudah kalo gitu anterin gue beli."

Mark menatap Heejin. Dahinya mengernyit. "Tumben banget minta dianterin, biasanya beli sendiri."

"Takut Bang, takut orang yang mata-matain kita ngikutin gue. Terus nanti kalo gue diculik terus dibunuh gimana? Nanti lo ga bisa berhenti nangisin gue."

"Idih pede banget! Yang harusnya dijaga itu Mama, bukan elo."

"Abang ih! Apa susahnya sih nganterin gue?!"

"Iya anjir iya, ambilin jaket gue tapi," kata Mark sambil menulis pekerjaannya kembali. Katanya nanggung, tinggal dikit.

Mark menutup bukunya, lalu mengambil jaket di tangan Heejin.

"Udah selesai?" tanya Heejin melongo.

"Udah, lo lupa kalo gue pinter?"

Heejin memutar bola mata malas. "Sombong amat!"

~ Unexpected ~

"Mampir ke samping ya Bang, hehe," kata Heejin sambil melirik minimarket yang letaknya di samping toko buku yang baru saja Heejin datangi.

"Beli apa?"

"Biasalah, es krim."

"Gue juga beliin ya."

"Boleh, tapi pake uang lo."

"Maksudnya traktir gue ih, kan gue udah nganterin lo."

"Ck, punya abang perhitungan banget! Yaudah iya gue beliin!" kata Heejin kesal sambil berjalan ke minimarket dengan menghentak-hentakkan kakinya.

Mark tersenyum senang. Ia langsung mendorong motornya ke parkiran minimarket.

Namun belum sempat Heejin masuk ke dalam minimarket, tiba-tiba saja ia ditubruk oleh anak laki-laki yang baru saja keluar dari minimarket tersebut.

"Eh, maaf Kak maaf, saya buru-buru," kata anak laki-laki tersebut sambil menyatukan tangannya di depan dada.

Bukannya marah, Heejin malah fokus ke arah tangan anak laki-laki itu. Di sana, terdapat beberapa luka baru seperti habis disundut rokok.

"Tangan kamu kenapa dek?" tanya Heejin khawatir.

"Ng-nggak Kak gapapa," kata anak itu sambil menyembunyikan tangannya di belakang tubuhnya.

"Bohong, luka baru ya? Harus cepet diobatin, takut kenapa-napa," kata Heejin sambil memegang kedua lengan atas anak laki-laki itu.

Namun,

•~• •~• •~•

To be continue

UnexpectedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang