Cerita Zombie

29 5 0
                                    


H+2 Tahun

Jalanan dipenuhi oleh mobil yang tak bergerak layaknya lalu lintas yang macet. Bedanya, mobil-mobil tersebut tak berpenumpang. Kalo pun ada, hanya ada satu atau dua mayat yang terduduk di kursi sopir. Beberapa ada yang tersangkut di jendela mobil. Tubuh mereka begitu busuk, bahkan belatung sudah tak lagi menggerogotinya.

Papan bertuliskan turunkan presiden berserakan di depan gedung perwakilan rakyat. Gerbang yang menghalangi sudah rubuh namun tak ada tanda-tanda kehidupan dari dalam gedung. Seolah siapapun yang menyerang tidak peduli dengan nasib negara yang ia tinggali.

Sebuah pasar yang seharusnya ramai dikunjungi penjual dan pembeli kini ditinggal sepi. Keranjang dan keresek berisi hasil belanjaan tertinggal di lantai bersama barang dagangan yang tertinggal di stan penjualannya. Kini stan-stan tersebut sudah kosong setelah di jarah oleh orang-orang yang masih imun. Ada pun dagangan yang sudah busuk duluan ditinggal dan memberi bau busuk ke seluruh bagian dari pasar. Sekarang, mana ada yang mau masuk, mending diam di jalanan saja.

Jalanan ibukota dipenuhi oleh benda mati layaknya gerobak, kendaraan, sampah, dan mayat. Hanya ada satu orang yang kini berada di antaranya. Ia bersembunyi di balik tembok berharap keberadaannya tidak ditemukan oleh mayat-mayat tersebut.

Di dalam bayangan ia bergerak berharap tak ada yang melihat. Langkahnya cepat namun penuh kehati-hatian. Ia mengatur nafasnya dengan sedemikian rupa agar tak terengah-engah dan memberikan posisinya kepada mayat-mayat yang kini tengah berdiri tanpa peduli akan dunia sekitarnya.

Krang adalah suara yang mengema di sepanjang jalan. Selagi perhatian mayat-mayat berjalan sempoyongan menuju asal suara tersebut, ia segera berlari menuju sebuah pintu yang terletak di gang kecil di balik sebuah bus.

"Aman."

Ia masuk setelah seorang pria botak berotot mengecek tubuhnya mulai dari rambut, wajah, ketiak, lengan, dada, perut, selangkang, paha, lutut, hingga kaki. Di dalam, terkumpul berbagai macam manusia. Mereka masih bernafas dan berpikir. Mereka saling bersenda gurau dan berbincang dengan satu sama lain tanpa menghiraukan apa yang terjadi di luar. Berpesta seolah dunia ini tak akan berakhir.

"Gimana? Sudah dipasang?"

Seorang pria dengan rambut pendek yang tersisir rapi dan kemeja hitam serta celana jeans berdiri di hadapannya.

"Bagus," ia menyalakan sebuah layar yang berada di atas meja, "kalo gini kita bisa mantau keadaan diluar tanpa harus ngeresikoin satu orang buat mantau." Ia mengalihkan perhatiannya pada orang yang telah membantunya. "Kerjamu lumayan. Ketika semua ini berakhir, kamu sudah saya jamin hidupnya bakal nyaman."

***

H+1 Jam

Suara tembakan senapan api menjerit dan memekikan telinga orang-orang yang ada di sekitarnya. Meski begitu, orang-orang tetap berlari. Tembakan senapan api yang meluncurkan peluru ke tubuh orang-orang mati itu meredam suara teriakan minta tolong dari orang-orang yang panik dan tercabik-cabik. Orang-orang yang mati itu seharusnya sudah mati tetapi mereka malah meloncat kesana kemari dan berlari menerkam orang-orang yang berada di sekitarnya.

Meski semua usaha telah dilakukan, militer bersenjata pun tak dapat membendung mayat-mayat tersebut. Bukan karena mereka tidak kompeten atau semacamnya, mereka cuma kalah jumlah. Bukan pula kalah jumlah karena orang tidak mau berpartisipasi dalam misi membela negeri, tapi mereka cuma senasib dengan para penentang orde pemerintahan ini.

Polisi dan militer yang tengah memblokade para pendemo tiba-tiba terjatuh tak sadarkan diri bersamaan dengan sejumlah besar orang-orang yang membawa papan yang menuntut penurunan presiden.

Dalam waktu setengah hari, sebuah negri runtuh.

***

H+3 Tahun

Mereka memanggil tempat ini Utopia. Tanah paripurna impian semua orang. Meski begitu, faktanya tempat ini dipanggil sedemikian rupa karena tak ada lagi tempat yang aman. Mayat hidup mungkin sudah tak lagi merayap di tanah pertiwi. Sayangnya, jejak mereka masih tertinggal.

Siapa yang berani melangkahkan kaki ke tanah yang penuh virus dan bakteri malah mati dan hidup lagi menjadi mayat hidup yang maunya menggigit orang lain.

Sayangnya, hal itu bukan satu-satunya masalah yang dihadapi oleh Utopia.

***

H+3.5 Tahun

Utopia runtuh.

***

H+??? Tahun

Ia berdiri di tengah reruntuhan masa lampau, mencari secerca harapan berupa benda-benda antik semacam smartphone, perhiasan, atau hal hal yang orang gunakan di awal abad ke-21. Meski mereka sudah tak berguna, mungkin saja benda-benda tersebut bisa di daur ulang atau dijual ke kolektor-kolektor barang antik.

Ia melangkahkan kakinya untuk menelusuri reruntuhan tersebut. Kemudian yang lainnya berdatangan. Satu per satu mereka masuk dan tak ada yang kembali keluar.

Cerita ZombieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang