Malam itu.

18 5 4
                                    

"Pa, Theo tuh gapapa kan? Udah seminggu ga keluar kamar loh."

"Mama, sayang... Theo masih butuh waktu buat nyembuhin dirinya sendiri. Biarin kita kasih waktu selama yang dia butuh, tugas kita cuma men support dia disaat dia sudah mau bicara sama kita"

"Tapi kan..."

Aku mendengar pembicaraan itu dari balik pintu kamarku.
Pagi itu hujan rintik rintik. Aku belum keluar kamar selama satu minggu, aku cuma keluar kalau mau ke kamar mandi. Bahkan makan, mama selalu membawakannya ke kamarku. Badanku terasa sangat lengket, mungkin itu karena aku belum mandi selama 3 hari.

Aku masih belum bisa merasakan kakiku. Rasanya gemetar kalau dipakai berdiri, seakan goyah ingin jatuh. Kamarku sangat kotor, baju bergeletakan dimana mana, putung rokok berjatuhan, bahkan asap rokok yang menggumpal seperti kabut dikamar ku. Aku belum mengatakan satu kata pun kepada keluarga ku semenjak malam itu.

19 Juni.

Hari terakhir libur semester. Suara klakson terdengar sampai kamarku. Aku segera turun dan pamit dengan orang tuaku. Aku dan Dean akan pergi menonton film di bioskop malam itu. Aku dan Dean sudah bersahabat dari awal SMA. Aku, Dean, dan Andi adalah sahabat dekat hanya saja malam itu Andi harus menjaga adiknya dirumah, jadi malam itu cuma aku dan Dean.

Kita menyalakan radio dengan volume paling keras. Kita ikut bernyanyi dengan lagu yang disetel di radio.
Sebelum sampai di bioskop Dean berhenti di swalayan daerah dekat rumahku.

"Eh, beli jajan dulu yuk eo!" Eo adalah nama panggilan teman temanku padaku. Namaku Theo, sehingga agak sulit untuk orang orang memanggil namaku.

"Aissshhh... ntar mau ditaruh mana? Emang boleh bawa masuk makanan dari luar?" tanyaku pada Dean.

"Halahh boleh boleehh. Ntar sembunyiin aja di jaket. Dah yuk, beli aja dulu masalah ketahuan atau engga masalah belakang."

Aku sudah mengingatkannya malam itu. Perasaanku sangat tidak enak, terutama saat memasuki swalayan itu.

"Selamat datang." Sambut pegawai swalayan itu.

Aku hanya mengangguk dan lanjut mengikuti Dean dari belakang. Kita memilih lumayan banyak snack dan minuman.

Tiba tiba ada suara yang mengejutkan semua pelanggan swalayan.

"Semuanya duduk, jangan ada yang bergerak!!!"

Aku dan Dean langsung menunduk, kita berusaha untuk mengintip dan melihat apa yang sedang terjadi.

"Anjir, kayaknya ada perampokan." bisik Dean.

"Haduuu, gimanaaa inii De???" balasku dengan nada panik.

Kita sempat terdiam beberapa saat. Ketakutanku membuat aku mematung.

Perampok itu terlihat meminta semua uang yang ada di kasir. Aku hanya bisa melihat dua orang yang memakai topeng, tapi sepertinya ada satu orang lagi yang sedang menunggu di mobil.

"Heh heh... kamu, kamu mau ngapain? Sini kamu." Terdengar suara salah satu perampok yang terlihat marah.

Ternyata salah satu dari pelanggan swalayan berusaha untuk menelpon polisi. Perampok itu menarik tangan ibu-ibu pelanggan itu tadi dan mengancam akan menembaknya. Ya, perampok itu punya senjata api.

"Fuck!" kata Dean sambil ingin berdiri.

"Heh, elu mau kemana?" Tanyaku sambil menarik tangan Dean.

"Ni perampok udah kurang ajar, mereka udah nyakitin si ibu ibu itu."

"Terus elu mau ngapain? Mau nyelamatin? Woy sadar woy, mereka bawa pistol. Udah plis duduk aja dulu." Pintaku ke Dean dengan suaraku yang sudah gemetar dan air mata sudah mengucur deras.

Sempat Dean duduk dan berfikir, tapi kayaknya otaknya udah gabisa untuk dibuat berfikir dengan sehat. Dean berdiri dan berlari ke arah dua perampok itu dan berusaha untuk menyerang mereka. Aku sangat terkejut. Secara tiba tiba Dean berusaha untuk merebut pistol salah satu perampok itu, sementara perampok satunya sedang mengumpulkan uangnya. Pertarungan itu cukup intens, terdengar suara para pelanggan yang berteriak ketakutan. Aku gatau apa yang dia pikirkan waktu itu. Tapi aku hanya mematung.

DORRRRRR.... Saat suara itu terdengar di telingaku, rasanya aku sudah mati saat itu. Tangannya tergeletak disana, dan aku hanya bisa merangkak sambil menangis memohon kepada mereka untuk tidak menembakku.

Kedua perampok itu langsung melarikan diri. Dan aku hanya berlutut disamping tubuh Dean. Aku meletakkan kepala Dean di kakiku dan memeluknya erat.

"Dean... Deann.... Kamu gapapa...kamu gapapa... plis tetep bangun ya..."

"Eo..."

"Bentar ya De, bentar lagi ambulance dateng. Oke?"

"Eo... jagain adik gue ya."

Dalam situasi kepanikan itu aku tidak paham sama apa yang barusan Dean katakan.

"Eh, lo jagain dia sendiri oke? Lu pasti bisa, tahan dikit lagi ya De plis."

Saat itu terdengar sirine ambulance dari kejauhan. Warna merah dan birunya serasa seperti cahaya putih yang siap menyelamatkan Dean.

Aku melihat Dean dengan wajah yang lega, namun dia kembali menatapku dengan tatapan yang dalam. Dia meraih sesuatu dari kantong celananya dan memasukkan ke kantong jaketku. Dia menatapku dan mengangguk, beberapa detik sebelum paramedis masuk, Dean menutup matanya. Aku hanya bisa panik dan menunggu paramedis melakukan pekerjaannya.

"Mohon maaf."

Jantungku serasa jatuh. Permintaan maaf dari paramedis membuatku lemah dan terjatuh. Pengelihatanku mulai kabur, dadaku mulai terasa sesak, badanku sudah terlentang di lantai. Namun aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya.

Aku terbangun di Rumah Sakit dengan rasa kepanikan yang tinggi.

"Eo, eo... tenang, ini mama sayang."

Tampaknya kepanikanku membangunkan mamaku yang lagi menjaga aku waktu itu.

Beberapa hari berlalu dan aku dikeluarkan dari Rumah Sakit. Namun sekarang aku masih di posisi yang sama. Aku belum keluar kamar selama satu minggu. Aku terus menerus meminta izin tidak masuk, aku tidak mau menemui teman teman yang berusaha untuk menjengukku. Putung rokok berada dimana mana, kamarku dipenuhi oleh asap dan tumpukan baju.

Tapi semua itu seketika berubah, sampai aku bertemu dia.

______________________________________

Halo guyss, gimana bab pertama menurut kalian? Udah penasaran belum apa yang bakal di lakuin Theo selanjutnya. Siapa perempuan yang akhirnya berhasil merubah hidup Theo? Jangan lupa kasih vote ya biar mimin semangat nulisnya!!!

follow ig @rrerealatas

Two Broken WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang