Prolog 1 - BLOOD ASTER
Tulisan itu tercetak tebal diatas sebuah meja, pria Nishimura itu yang menggores dengan samurainya. “Barang lama, entah masih berguna apa engga. Yang pasti benda ini pernah putusin nadi bokap.”
Kalimat itu disambut tawa.
Kalian akan bertanya, apakah pantas?.
Apakah pantas meneriaki bahkan tertawa diatas penderitaan orang lain. Di dalam Blood Aster, kisah pedih itu akan menjadi ajang bertukar cerita. Siapa yang paling sedih dan tragis akan di traktir minum selama sebulan oleh si pertama bercerita, dan semua orang tampak antusias dengan pria Nishimura itu karena tau kekayaan yang dia peroleh dari ayahnya yang terbunuh sangatlah banyak.
Jadden melempar borgol ke atas meja, melepaskan dirinya dari dua pria yang sedari tadi memberikan pelayanan istimewa terhadapnya. ”Itu barang yang nahan gue dulu di balkon, sementara di kamar ada Mama yang lagi di perkosa terus di bunuh.” Jadden nama dari gabungan Jadena dan Denada, nama sang Ibunda dan dirinya. Gadis kuat yang bahkan mencari kenyamanan pada traumanya.
Oke, semua orang bersorak untuk kisah tragis itu.
Ethan Lee, nama itu ia ambil dari nama sodara kandungnya yang menjadi salah satu korban 11 september yang menggemparkan itu. Nama aslinya Hera, tapi gadis itu lebih suka semua orang memanggilnya Ethan. Kehilangan sodara kandungnya menjadikannya pribadi yang berbeda dan bergabung dengan orang-orang ini, dan kini semua orang memandanginya.
Ada banyak wajah baru disana, dan mereka pasti sangat penasaran dengan kesedihan di level mana yang gadis itu duduki. Ethan tertawa kencang. ”Bukankah nama Ethan sudah bisa menjadi bukti.” Seseorang perlu menjelaskannya nanti.
Tepuk tangan dan sorakan keras yang dia dapat, senyum itu turun saat tak mendapatkan perhatian dia.
Dia, pria dengan topi yang menutupi sebagian wajahnya di sudut ruangan. Fokus pada kopinya di tengah semua orang kini meneguk bir, suasana kini kembali hening. Menunggu satu lagi orang yang akan menyetorkan kisahnya.
Deringan ponsel itu menarik perhatian semua orang, William menatap layar ponselnya.
Suasana hening itu masih berlanjut, baik Rei dan Ethan juga Jadden menjatuhkan pandanngan mereka pada sosok Bos. William bangkit setelah menerima panggilan dari Komandan Justin, melangkah mendekati meja utama. Melempar sebuah anting yang berperan sangat besar dihidupnya yang hancur.
Dan kini semua orang tau siapa pemenangnya.
---
Ethan menghampiri William, melihat wajah tampan yang telah lama dia kagumi itu terlihat lelah. Membuka tutup botol dari air mineral yang dia bawa kehadapan William. “Kamu harus kurangi minum kopi, air putih lebih baik.”
William tersenyum, dengan senang hati menerima air itu dan meneguknya setengah. William menatap botol itu, dia teringat seseorang di rumah. Apakah dia sudah tidur? Apa bibi sudah membuatkannya susu?.
"Kamu juga harus mengurangi minum-minuman di dalam sana." Mengembalikan sisa air tadi untuk Ethan minum, how cute!.
Raut gelisah itu dapat di tangkap Ethan. ”Kamu tau, aku bisa membantu menjaga Willy.”
William menatap tepat pada manik penuh ketulusan itu. ”Saya tidak mau merepotkan kamu.”
”Tentu saja ga gratis, aku sudah bosan tinggal di agensi. Beri aku satu kamar, aku akan bekerja dari sana.”
Selama ini memang William tak pernah bisa tenang menitipkan Willy pada siapapun kecuali Bibi Wina, mungkinkah dia harus setuju pada tawaran gadis Lee ini.
”Oke, pagi besok kamu bisa bawa barangmu ke rumah.”
Begitu mudah, mulai besok setiap paginya dia akan selalu dapat melihat wajah tampan itu untuk menyambut hari. Rasa sukanya pada William bermula saat pria itu memberikan kesempatan hidup yang lebih layak, membawa Ethan kepada Komandan Justin untuk tempat tinggal dan pekerjaan yang mengikat keduanya. Tak hanya mereka berdua sih, ada Jadden dan Rei. Dan sekali lagi William yang membawa mereka pada Justin.
Rei dengan sempoyongan berjalan keluar dibantu oleh Jadden yang memapahnya, bersumpah sial dengan keadaan Rei yang menyusahkannya.
Mata mabuk itu bertemu langsung dengan mata yang lebih tajam, William mengeluarkan batangan nikotin itu dari dalam sakunya. Melihat hal itu Rei segera menyodorkan pemantik yang telah menyala kehadapan wajah William.
”Tolong Bos gunakan ini-”
Ethan segera merebut pemantik itu. ”Hei, be careful.” Ethan membawa api kecil menyala itu ke ujung rokok William.
“Dia terlihat sudah sangat mabuk.”
Rei tertawa menggeleng. “Ani, aku ga mabuk Bos. Buktinya kamu masih ada satu, mesk kini matamu ada empat.”
”Aish, ” keluh Jadden. ”Jika bukan kamu yang traktir malam ini mana mau aku susah payah kayak gini.”
Deringan ponsel Ethan mulai menginterupsi keempatnya, dari Justin. Ethan pikir kali ini mereka juga harus mendengar.
”Cepat berkumpul, Ketua kalian mengalami kecelakaan bersama istri dan juga pengasuhnya”
Ketua dan Bibi Wina.
***
4/30/24
12:55 AMWilliam de Luna
(Kim Sunoo)Comingsoon
Btw Cover ku bagus kan, kalian bisa hubungi jasa dibawah ini untuk pembuatan cover identik seperti cover ku.
COVER SHOP PLATFROM🐈⬛🪽
Meyediakan jasa layanan pembuatan COVER 2D/3D, VISUAL TOKOH, BOOKMARK, LOGO, FOTO PROFIL, WALLPAPER dll.
Contact Centre :
- wa : 081615727140
- instagram : @covershoplatfrom
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD ASTER - 𝐒𝐮𝐧𝐒𝐮𝐧𝐠
Mystery / Thriller𝐒𝐮𝐧𝐒𝐮𝐧𝐠 𝐒𝐮𝐧𝐨𝐨 𝐒𝐮𝐧𝐠𝐡𝐨𝐨𝐧 𝐆𝐢𝐫𝐥 Elena Benjamin Park mau tidak mau dijodohkan dengan seorang pria biasa, dia dengar calonnya adalah seorang pekerja serabutan, bekerja menjadi apa saja dan sangat biasa. Ingin sekali menolak, tapi...