869/1738

53 24 70
                                    

Rembulan bersinar terang dengan bintang yang menemaninya. Malam ini cuaca sedikit lebih dingin dari biasanya, Narachia berjalan seorang diri. Melewati kabut malam yang entah kapan hilangnya. Seharusnya Nara tidak berjalan sendirian di tengah malam seperti ini, ini tidak bagus untuk kesehatannya, tapi tidak untuk mentalnya.

Dirinya sangat membutuhkan kesunyian, ketenangan, dan kebebasan. Narachia bukan lah gadis seperti kebanyakan. Dirinya lebih senang menyendiri, bukan tidak ingin bergaul tapi mereka yang menjauh. Apa karana mereka tau tentang keluarganya yang kini sudah hancur?.

Untuk saat ini Narachia tidak memiliki seseorang yang bisa di jadikannya tempat bersandar di kala dirinya merasa sendiri di dunia ini. Meskipun saudara nya kebanyakan dari keluarga mamanya. Tetap saja tidak ada satu pun yang dari mereka ingin menemaninya. Jangankan menemani mereka saja tidak tahu menahu tentang rusak nya keluarga ini.
Berjalan tanpa arah, mungkin akan menjadi hobi barunya. Tidak perlu berucap jika dirinya lemah, Narachia adalah gadis kuat nan tangguh. Tapi semua itu tertutup dengan rasa trauma nya.

Hidup di keluarga yang tidak menginginkan nya membuat ia tersiksa.
Jika disuruh memilih Narachia lebih baik tidak dilahirkan kedunia, meski itu tidak akan pernah terwujud. Mama Nara atau bisa dipanggil dengan Nilam sangat membenci dirinya, Nara sendiri tidak tahu apa yang membuat ibu kandung nya seperti itu.
Ibunda Sekar bisa di katakan jauh lebih baik dari pada mama Nilam. Walau beliau adalah isteri kedua dari ayahanda Fattah.

Nara hanya tinggal seorang diri dirumah besar yang di berikan ayah Fattah ketika umur legal Nara. Mama Nilam memutuskan untuk ikut dengan suami barunya dan ayah Fattah pergi ke negara lain untuk meneruskan bisnisnya itu.

Semakin lama dirinya berjalan semakin dekat pula tujuannya. Narachia sangat pintar memilih waktu dan tempat. Terlihat saat ini dirinya tengah berdiri di atas pembatas jembatan.

Tinggal selangkah saja maka ia akan segera menyusul sang kakak. Nara sudah dari lama merindukan pelukan dari sosok Keenan, sang kakak.
Sejak hari kematian kakaknya, Nilam menjadi lebih kasar terhadap Narachia, bukan hanya tidak di beri makan tapi juga di suruh membersihkan seluruh bagian rumah.

Jangan tanya selelah apa dirinya, ia harus membersihkan rumah sebesar itu sendirian tanpa adanya ART atau pun lainnya.
Fattah juga ikut berubah, dirinya menjadi gila kerja, tidak ingin meninggalkan sedetik pekerjaan saja. Sebenarnya Fattah memang seperti itu sejak dulu, tapi setelah kepergian Keenan, Fattah sudah jarang pulang ke rumah. Karena Fattah yang menjadi gila kerja ini, membuat Nilam berpikir aneh aneh terhadap dirinya, seperti selingkuh, main dengan jalang ataupun yang lainnya.

Jadi tak ayal jika Fattah pulang akan ada keributan. Kejadian itu berlangsung selama lima tahun lamanya.

Dari tahun ke tahun Narachia hanya bisa pasrah terhadap kehidupan nya yang sekarang. Jika kalian ingin tahu Keenan adalah sumber kebahagiannya, bukan hanya dirinya yang merasa kehilangan, orang tuanya juga ikut merasakan.

Narachia tidak sebodoh itu untuk lompat begitu saja, ia juga melihat situasi apakah masih ada kendaraan yang berlalu lalang, jika tidak ada maka ia akan segera melancarkan aksinya itu.

Takut takut jika ia akan berhasil di temukan dan hidup kembali,itu sama sekali tidak lucu. Dan sampai juga masanya, saat ini tidak ada satu pun kendaraan yang melintas, itu yang membuat Nara berani untuk berdiri di pembatas itu.

Tapi takdir berkata lain, Nara hendak melompat dan akan terjun kebawah, dirinya merasa ada yang memegang tubuh nya larat memeluk dirinya. Ini sudah kesekian kalinya ia gagal dalam melancarkan aksinya.

Dengan geram Nara menoleh ke arah belakang dan melihat siapa orang yang berani mengganggunya kali ini. Sosok orang yang sangat Nara kenal, Hafuza Lutfan. Cowok satu satunya yang berhasil membuat jalan pikir Nara berubah setelah Abizar Bin Hasbi.

Kedua laki laki itu berhasil membuat jalan hidup Nara lebih baik. Mereka akan selalu hadir jika Nara membutuhkan nya. Sampai saat dimana mereka tidak bisa hadir kembali. Di karenakan mereka harus mengikuti orang tuanya untuk pindah negara. Ini juga salah satu faktor penyakit Narachia bertambah parah.

“ GILA LO CI, udah berapa kali gue bilangin jangan pernah nyentuh nih jembatan kenapa si lo ngeyel, kalo lo mau nyusul bang Keenan nunggu waktunya ci, disini masih banyak yang mau lo hidup “

“ Iya fan, hidup dalam kesengsaraan, meraka hanya mau liat gue tersiksa liat gue sekarat, dan lo tau mereka gak mau ngelihat gue BAHAGIA LAGI FAN “
Ucap Nara emosi, dengan penekanan di akhir kalimatnya.

Lutfan tidak sanggup jika Nara seperti ini, Lutfan tau jika Nara tersiksa tapi kenapa harus cara ini yang di pilihnya. Lutfan memutuskan untuk menarik tubuh Nara ke dekapannya, seharusnya ia tidak melakukan hal ini.

Tentu, karena Nara tidak suka jika dirinya di peluk orang lain. Nara ingin sekali di peluk tapi tidak dengan lawan jenis yang jelas jelas belum muhrim dengan nya. Entah otak Nara sudah rusak atau bagaimana, dengan cara dirinya mencoba aksi tadi, itu sudah termasuk perbuatan tercelah.

"Fan lepasin mau gue gebug lo?! "

“ Diem, gue tau ini gak boleh tapi ini demi ke baikan mental lo “

“ Kebaikan dari mana SETAN, lo sama gue belum mahram kalo lo lupa “
Nara mengatakannya dengan melepaskan pelukan Lutfan. Lutfan yang merasa di perlakukan seperti itu merasa kesal. Apa bedanya sama yang di lakukan Nara tadi?.

“ Anjing gue ingetin nih ya, dengan cara lo mencoba untuk bunuh diri itu sama saja dosa dan itu kalo lo lupa "

Setelah Lutfan berkata seperti itu, Nara menundukkan kepalanya. Jika di hitung hitung ini ke enam kalinya dia melakukan aksi itu.

Lutfan, Abizar tau tengang keluarga nya, mental nya yang rusak dan juga kehidupan nya yang berantakan. Mereka sudah berteman sejak duduk di kelas 1 SMP, tapi mereka baru tau kenyataan pahit dari hidup Nara saat berada di kelas 2 SMP.

Saat itu mereka tidak sengaja melihat Nara yang tengah menangis. Mereka ingin membantu tapi apa daya mereka, jika yang membuatnya menangis adalah mamanya sendiri. Mereka yang melihat saja meringis apa lagi Nara yang jelas jelas merasakan rasa sakitnya itu.

Kejadian itu terjadi ketika nilai Nara turun, hanya turun beberapa angka sudah dipukuli apa lagi ketika nilainya turun drastis? Sudah tinggal nama aja dia.

Terlepas dari cara mereka bertemu walau tidak sengaja, tidak membuat ketiganya berpecah selama Abizar dan Lutfan berada di Indonesia.
Sudah memasuki hari selanjutnya walau fajar masih malu untuk menampakkan wujudnya. Narachia dan Lutfan masih berada di daerah jembatan itu.

Lutfan memutuskan untuk berada di sana lebih lama. Menurut Nara jembatan ini memiliki makna yang dalam. Bermula dari dirinya yang sering melihat sunset bersama Keenan, sampai kecelakaan yang menimpa Keenan dan Narachia.

Nilam menganggap jika kecelakaan itu terjadi karena Nara. Saat itu ia ingin sekali melihat sunset bersama Keenan di jembatan itu. Siapa sangka jika hari itu adalah hari terakhir Nara melihat sunset dengan sang kakak.

“ Gue udah nelpon Abizar dia bakal nyusul kesini “
Ya memang sedari tadi Abizar terus menghubungi nya tapi ia abaikan. Dan baru sekarang ia balas. Terdengar dari nada bicaranya jika Abizar tengah kesal kepada dirinya.

“ Martabak nya di tunggu ummi “

“ Martabak apaan dah, perasaan gak ada martabak martabakan “

“ Ummi “

“ Yaela bilang kali dari tadi, yang jelas gak usah pendek pendek kek umur lo “

“ Ummi nunggu “

“ Narachia, jembatan martabak kang ujang sekarang gak pakek lama “

Degg

---------

HAIIIIIII
MASIH PADA BANGUN KAH? oh ngak? yaudah

Lihatt lihattt aku bawain apaa??

Iyaa cerpen lagi, maaf untuk long novelnya belum aku up. Rada takut soalnya, oiya nih ada yang baca AU ngak? Klo pada baca aku juga bikin cerita di twitter siapa tau mau mampir
@aneysiu on twitter yyaa

Maaf ganggu malamnya semoga kalian baik baik semua yaa ^^
Selamat malam semuaa

EpipHanyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang