1 Agustus 2013. 10.45
Helen mengaduk-aduk kopinya memutar. Siapa yang menyangka ia sengaja datang 15 menit lebih awal untuk menutupi rasa gugupnya untuk bertemu dengan Niall. Mungkin dengan datang lebih awal, ia bisa berlatih untuk bersikap wajar di depan Niall.
Tapi, sudah lebih dari 45 menit berlalu, yang ditunggu belum kunjung datang. Helen mengacak rambutnya gelisah, "Apa cuma gue, yang sangat berharap ketemu lo, Ni?" Helen berucap lirih.
Helen menghela nafas berat dan mengambil tas selempangnya. Sudah cukup, ia menunggu. Kalau tidak mau bertemu, ya bilang dari awal. Ia jadi tidak perlu repot-repot bingung memilih baju yang pantas untuk bertemu dengannya.
Langkahnya menghentak dan bibirnya mengerucut kesal, pelayan disana sampai menyingkir takut. Belum sampai di pintu cafe, sebuah tangan menarik dan memutar tubuhnya, Helen yang tidak siap, menubruk tubuh si penarik. Yang untungnya dengan sigap memeluk tubuh Helen yang limbung.
"Jangan masang muka kayak gitu, lo ngebuat takut orang-orang." Kata si penarik lembut di telinga Helen. Ia tidak peduli. Siapa suruh orang yang ditunggunya tidak datang juga, padahal ia yang membuat janji.
Namun ia tersadar, ia susah bergerak. Itu berarti, dia masih di pelukan si penarik misterius ini!
"Maaf, tapi lo siapa ya?" Helen menggeliat berusaha melepas rengkuhan dari orang yang menariknya tadi.
Dia melepas Helen, "Lo lupa suara gue, Len? Huh! Gue udah nyanyiin lo Night Changes dan lo gak inget suara gue? Keterlaluan." Katanya diiringi decakan kesal.
"Ni..all?" Helen menebak ragu. Lagipula, siapa yang tau kalau Niall akan setampan ini. Apalagi mata birunya. Siapapun akan terpesona dengan itu.
"Yap, Niall Horan here!" Niall berucap riang.
"Lo telat, Ni. Gue udah mau pulang tadi." Helen kembali kesal.
Niall terkekeh, "Maaf, gue harus melakukan sesuatu dulu tadi."
"Terserah lo, Ni. Bilang aja lo gak mau ketemu gue, kan?" Helen berucap ketus.
"Astaga Helen! Gue cuma telat! Sejak kapan Helen gue jadi baper gini?" Niall menggeleng heran.
Helen sendiri bingung, untuk apa ia kesal? Bukan masalah jika Niall terlambat untuk bertemu dengannya kan? Toh, ia bukan siapa-siapa Niall, buat apa Niall mengutamakan dirinya di setiap hal?
"Jangan ngambek ah, gue beliin es krim ya?" Niall menoel-noel tangan Helen.
"Lo kira gue anak kecil, dibujuknya pake es krim?" Helen masih merajuk.
"Vanilla deh." Niall masih membujuk.
"Argh. Kenapa lo tau kesukaan gue sih? Yaudah deh, ayuk!" Helen menarik tangan Niall untuk meninggalkan cafe dan mencari kedai es krim di sekitar situ. Sementara Niall tertawa karena berhasil membujuk Helen.
--------
Mereka lucu kan? Iya kan? Lucudong. Hohoo😀😀