AKU...

2.1K 54 23
                                    

"Aku pulang...!!"

"Dari mana Ari? Kok sampe sore baru pulang?"

"Eh, iya bu.., tadi ada dosen yang minta tolong memeriksa hasil ulangan anak-anak kemaren."

Sahut ku sambil mencium tangannya yang mulai keriput dimakan usia.

"Kamu udah makan nak?
Sana makan dulu.
Tapi ibu cuma masak tempe goreng sama lalapan sayur aja.
Ga apa ya?
Soalnya uang belanja untuk bulan ini sudah berkurang buat bayar cicilan kompor yang kemaren."

"Ga apa bu.. lagian aku tadi udah makan, ditraktir Yunda bu.."

"Ya sudah, kamu ganti pakaian gih.."

"Baju siapa bu?"

Kuperhatikan ibu yang sedang menggunting pola kertas untuk bahan jahitannya.

"Punya anaknya bu Yati, katanya buat undangan dua minggu lagi."

"Ooh..."

Aku tak begitu mengerti tentang pakaian wanita.

Hahaha..
Aneh.. padahal aku wanita.
Tapi aku benar-benar cuma tau baju kaos, kemeja, dan celana jeans.
Karena memang cuma itu yang aku punya.

"Aku ke kamar dulu ya bu.., ibu jangan terlalu memaksa bekerja bu.., aku ga mau ibu sakit lagi karna kelelahan."

"Iyaa.. Arii.., ni juga baru mulai.
Tadi selesai masak ibu sudah istirahat."

Ku tinggal kan ibu yang melanjutkan menggunting kain bakal baju yang sudah di ukurnya.

Kami hanya tinggal berdua setelah papa meninggalkan kami saat aku berumur 13 tahun.
Ibu dan aku saat itu benar-benar terpuruk.
Disaat aku masih sangat membutuhkan kasih sayang dua orangtua, papa tiba-tiba saja menghilang entah kemana.

Yang tertinggal darinya hanya rumah yang kami tempati ini, sebuah mobil dan motor yang juga telah terjual untuk menutupi kebutuhan hidup aku dan ibu. Penggantinya adalah dua buah sepeda untuk alat transport aku dan ibu.

Tapi ibu memang sosok yang hebat. Tanpa menghiraukan harga dirinya, beliau banting tulang kerja serabutan pada awal papa menghilang.

Semua pekerjaan dilakukannya.
Dari mulai mencuci pakaian kerumah-rumah orang, menjaga anak, hingga yang terakhir beliau kursus menjahit bersertifikat.
Setelah mahir beliau menerima jahitan pakaian dari tetangga-tetangga sampai sekarang.

•••••

Oh ya. Namaku Andien Indriara, aku juga sampai sekarang tidak tau kenapa lbu memanggilku Ari, begitu juga papa ku dulu.

Tapi teman-temanku dari kecil banyak yang memanggil aku Andien.
Kecuali Yunda.
Ya Yunda. Sahabatku dari SMP itu juga memanggil ku Ari.

Aku termasuk orang yang beruntung. Disaat ekonomi keluarga ku terpuruk aku malah sering dapat pekerjaan sampingan dari dosen2 ku dan dari teman2 yang sudah mulai merintis usahanya diluar kampus.

Memang hanya job2 kecil. tapi dengan itu malah aku tidak pernah meminta uang pada ibu untuk biaya kuliah ku. Dan ibu sendiri tau tentang kebiasaan ku tersebut.

Semenjak aku masuk SMU, aku berusaha mencari uang sendiri.
Kehidupan ku diluar sekolah dan diluar rumah cukup keras.
Berbekal kemampuan taekwondo yang kupelajari dari kecil, aku menjelajahi terminal besar dikota ku.
Dari mulai ikut memanggil calon penumpang bus, jadi kondektur, ngamen, sampai jadi supir angkutan kota aku jalani. Tak jarang aku terlibat perkelahian di terminal itu.

Dari situ aku malahan punya pengikut yang tidak sedikit.
Anak-anak gelandangan, anak-anak pengemis, bahkan preman-preman tanggung yang pernah ku kalahkan malah sering memberi uang padaku walau aku tak pernah memintanya.

Tapi itu dulu, sebelum aku kenal dunia kampus.
Sekarang aku menemukan cara mendapatkan uang dengan lebih baik, aman dan ridho.

•••••

Setelah berganti pakaian dan menunaikan kewajibanku kepada Tuhan, aku membaringkan tubuh keranjang sembari mengingat sahabatku Ayunda.

Aku ingat pertama kenal Ayunda waktu kelas satu SMP.
Saat itu kami didudukkan di satu meja oleh wali kelas kami dulu.

FLASHBACK

"Hei.. aku Saptyas Ayunda, biasa dipanggil Yunda. Nama kamu siapa?"

Cewek disebelah ku menyapa sambil menyodorkan tangannya.
Sekilas ku lihat gadis manis ini dengan binaran mata yang seolah ikut membagi kebahagiaan kepada orang yang berbicara dengannya,

Apalagi ditambah wajah putih dan hidung mancung serta senyumnya yang tulus.

"Hai.. aku Andien Indriara. Biasa dipanggil Andien, tapi kalo dirumah aku dipanggil Ari. Terserah kamu mau manggil apa.."

Sambil kusambut uluran tangannya yang kurasa sangat lembut ditelapak tangan ku.

"He.he.he.., kok aneh sih? Kalo gitu aku juga manggil Ari deh"

Aku tanpa sadar masih terpukau dengan wajah manis teman sebangku ku ini.

"Ri.. kamu ok..??

"Eh.. ya..ya.. im ok"

Astaga.. apa yang terjadi pada diriku ini?
Aku gugup.
Aku tidak pernah merasakan hal ini sekalipun.

Hingga kesadaranku datang untuk ngelepasin tangannya yang masih terasa hangat dalam genggamanku.

Yunda hanya tertawa kecil melihatku.
Mungkin dia melihat kegugupan ku saat perkenalan barusan.

Aku maluuu....

TO BE C

AKU KAU DAN DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang