"Bagaimana keadaannya?" Tanya lelaki bernama Naren.
Sang dokter menatap Naren sekilas lalu menjawab dengan senyum yang ramah, "Ia baik-baik saja, hanya harus istirahat lebih".
Naren mengangguk, lalu ia kembali bertanya "Apa kau yakin? Tidak ada yang parah? Maksudku kau tahu bukan penyakit anak ini?"
"Ya aku tahu, dia baik-baik saja. Hanya perlu di jaga lebih saja".
"Kapan Aji sembuh? Aji selalu keluar masuk rumah sakit, Aji bosan disini" Setelah beberapa menit dia terdiam, akhirnya ia mengungkapkan isi hatinya. Dua orang dewasa disana hanya melihat saja.
"Sabar ya, kau bisa menunggu lebih lama? Setelah itu kau akan sembuh"
"Aku sakit apa?" Tanya lelaki itu, Aji.
"Untuk itu.. aku tidak bisa memberi tahumu dulu, tapi tenang saja ini tidak parah" Jawab Naren.
"Tidak parah apanya? Aku selalu masuk rumah sakit, saat ditanya hanya itu jawaban Kak Naren" Batin Aji berujar.
"Baiklah, saya tinggal ya. Aji istirahat yang banyak ok?" Aji mengangguk.
Dokter sudah keluar dari ruangan itu, hanya ada Naren dan Aji disana. Sunyi menemani mereka, hanya ada suara jam berdenting.
Kruyuk~
"Kau lapar Ji?" Aji mengangguk lucu sambil memegang perutnya.
"Haha ayo kita makan, kau ingin makan apa? Sekalian aku menghubungi Dimas"
"Apa saja yang penting bisa di makan" Naren mengangguk.
Cafe Neo
Disinilah mereka berada di cafe milik teman Naren, Renjana.
"Kau mau makan apa Ji?" Tanya Dimas.
"Aku ikut saja" Ujar Aji dengan lemah.
"Kau kenapa? Kau baik-baik saja kan?" Tanya Dimas khawatir.
"Aku tidak apa-apa kak, hanya kelelahan" jawab Aji dengan cengiran. Cukup mencurigakan.
"Setelah makan, aku boleh pulang kan kak?" Tanya Aji pelan.
"Tidak boleh"
"Kenapa, aku ingin tidur"
"Tidak boleh, aku tahu kau tidak akan tidur dengan nyenyak dirumah mu"
"Kumohon, aku sudah seminggu ini tidak pulang kerumah, ayah pasti marah. Ku mohon kak"
"Hah, baiklah. Tapi kalau ada apa-apa beritahu aku, mengerti Aji?"
"Tentu"
Setelah selesai makan, Dimas mengantar Aji dengan mobilnya. Ia mengantarkan Aji dengan selamat sampai rumah.
"Ingat perkataan ku Aji, kalau ada apa-apa hubungi aku" Teriak Dimas dari dalam mobil. Sungguh ia sangat takut Aji kenapa-kenapa.
"Siap kak" Jawab Aji dengan sikap hormat.
Mobil Dimas sudah pergi dari perkarangan rumahnya, sebelum masuk Aji berusaha mengatur nafasnya. Sungguh ia takut sekarang.
"Aku pulang.." Cicit Aji sambil membuka pintu rumahnya dengan pelan. Saat masuk ke rumahnya, ia melihat banyak sekali botol-botol alkohol di ruang tamu dan juga bau alkohol yang sangat menyengat. "Kemana ayah?" Batin Aji.
"Ternyata kau masih ingat rumah" Suara dingin seseorang masuk ke dalam pendengaran Aji, membuat anak itu membeku seketika.
"Ayah aku pulang" Ujar Aji dengan sopan, sungguh ia ketakutan.