Aku tergerak mencari jawaban
Aku berjalan mencari alasan" — Kunto Aji, 'Selaras'.Mendadak sukma berotasi tiada henti,
Ia berdenyut setiap udara yang membuka matanya,
Setiba di suatu tempat yang diberi nama Mhaans,
Sajak-sajak jauh tertinggal, begitupun Kiens.Setiap kalimat adalah goresan ruh,
Binarnya takkan mengerti mengapa hidup terlalu abadi,
Sayangnya hanya terlalu akrab dengan puisi,
Kiens tiada kemauan dan kematian.Tahun 1961 kala itu sedang banyak peristiwa yang mengancam dan ketidaksenangan; ketidaksengajaan. Hitungan napas yang menjadikan langkah untuk pergi jauh. Tak kemana, hanya sekedar mencari jejak dari kerusuhan peristiwa dalam putaran ancaman.
Kebun itu harusnya panen jagung, atau pisang, oh katanya barangkali alpukat, mungkin juga sawo.
Dus itu berisi serangkaian acara; bernapas lega, membuka mata, memberi seekor hamster makan sampai terlihat ia bermain dalam kandangnya,
Duduk,
Surat-sirat,
Menghabiskan tinta,
Menguras memori,Dan, menurutmu apalagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau Abadi Disini; Ku Titip Rasa Lewat Aksara
Random"Setiap hari aku berjalan-jalan melewati kebingungan sejumlah besar orang, dengan kebebasan dan keheningan sebanyak yang kau temui di jalan kecilmu." -Descartes kepada Balzac, Amsterdam. (Summer Day in Oran Algiers, Albert Camus)