[ Prolog - Never Date A Doctor ]

442 34 1
                                    

"Nam Soyeon? Apa Ibumu sengaja memberimu nama tersebut agar kau tampak penuh pesona dan berkarisma lalu menjadi pusat perhatian?"

Kuroda Ryuhei menatap Soyeon dengan ragu dari tempat duduknya di stasiun perawat sebelum akhirnya berdiri menjabat tangan Soyeon. Dia seorang pria jangkung berambut blonde dan berkulit putih. Wajahnya ramah dan sering tersenyum memperlihatkan gigi rapinya.

"Baiklah, aku adalah penyelamatmu di sini," dia memperkenalkan diri. "Kuroda Ryuhei. Aku akan menjadi mentormu agar kau bisa bertahan hidup di neraka ini sendiri dalam waktu beberapa minggu."

Dia bercanda, Soyeon yakin itu, tapi sulit untuk menemukan gurauan dari ucapannya ketika tempat ini benar-benar menyerupai neraka. Ada sekumpulan dokter, perawat, sekretaris dan transporter di mana-mana, semua berkumpul bersama-sama saat pergantian shift. Tidak ada tempat duduk dan hampir mustahil untuk mendengar apapun di tengah semua hiruk-pikuk obrolan dan aktivitas di sini.

"Um, baguslah," ucap Soyeon gugup. Ada suatu perasaan tidak enak saat memulai pekerjaan di tempat baru-sesuatu tentang pertemuan dengan orang-orang baru-yang membuatnya takut dan gugup. Tangannya bahkan berkeringat. Soyeon mulai berpikir ia ini memang pengidap penyakit anti-sosial.

"Ikut aku," ucap Ryuhei dengan mudah. "Aku akan memberimu tur di lantai ini."

Soyeon harus berjalan cepat untuk menyamai langkah Ryuhei, dan saat dia mengajak Soyeon berkeliling, Ryuhei juga memperkenalkan Soyeon ke beberapa rekan kerjanya. Ryuhei terus berkomentar di sepanjang perjalanan mereka, dia menyebutkan daftar siapa-siapa saja yang harus dihindari, di mana tempat untuk menyelinap saat istirahat, dan di mana tempat kau bisa menerima telepon dengan baik di ponselmu. Jujur saja, ini adalah tur terbaik yang pernah Soyeon alami.

"Itu Yoojin." Ryuhei berhenti berjalan dan menunjuk seorang perawat laki-laki yang tingkahnya seperti seorang perempuan, tapi Ryuhei tidak memperkenalkannya langsung pada Yoojin. "Kami memanggilnya Little Johnny, tapi dia tidak tahu kenapa." Dan Ryuhei juga tidak memberitahu Soyeon kenapa. Dan Soyeon berharap, julukan tersebut tidak ada hubungannya dengan selangkangan Yoojin.

"Kenapa kau memanggilnya seperti itu?"

"Aku tidak tahu, dia pendek dan mirip Elton John. Jadi, Little Johnny, kelihatannya cocok."

Soyeon menahan tawa di balik telapak tangannya. Julukan itu sangat pas, dan kenyataan orang lain akan berpikiran macam-macam tentang sesuatu yang bearada dibawahnya, membuat semua ini semakin lucu.

"Aku juga berpikir begitu!"

"Ya, semua orang berpikir sama," Ryuhei meyakinkan Soyeon. "Dan Vivi adalah Little Bug, tapi kau bisa tahu langsung alasannya, Vivi bisa berada dimanapun, kapanpun, seperti serangga."

Vivi adalah seorang perawat berdarah Tionghoa dan berambut coklat muda, dia periang dan senyumannya selalu menulari banyak orang. Mereka sudah berkenalan, dia langsung berlari ke arah Soyeon ketika Soyeon pertama kali masuk rumah sakit ini untuk memastikan mereka bisa berkenalan langsung. Dia memiliki kepribadian yang menyenangkan, dan menurut daftar Ryuhei, Vivi adalah orang yang boleh Soyeon ajak berteman.

Ryuhei tiba-tiba menatap Soyeon. "Kita perlu mencari nama baru untukmu," ujarnya.

"Oh, tidak usah," Soyeon menolak. Ia mencoba untuk bersikap sopan, tapi hal terakhir yang ia inginkan adalah mendapat julukan memalukan di hari pertamanya bekerja. "Soyeon saja tidak apa-apa."

"Kau akan menyukainya, aku janji." Dia menepuk punggung Soyeon. Soyeon meringis sambil menggosok bahunya.

"Aku suka namaku," gerutu Soyeon.

"Tidak masalah kalau kau menyukai namamu, perawat Nam. Bukan itu intinya." Ryuhei menggosok dagunya sebelum menarik Soyeon berjalan. "Aku akan memikirkannya nanti."

Bagus sekali.

Soyeon terus mengikutinya ketika mereka memantau pasien. Hari ini, Soyeon dibimbingnya; tapi besok, ia akan mengambil alih seluruh pasien sementara Ryuhei duduk santai bermalas-malasan dan membiarkan Soyeon melakukan semua pekerjaan, Ryuhei juga dikenal sebagai "aku-pemalas-dan-beginilah-caraku-mengorientasi-anak-baru". Dan itu memang benar.

Mereka melewati ruangan penyimpanan obat, saat Soyeon melihat Ryuhei tiba-tiba dia membeku. Seorang dokter cantik berambut hitam berkilau dan tinggi semapai melewati mereka. Dia mengenakan jas lab putih-semuanya terjadi begitu cepat, Soyeon tidak bisa melihat tulisan yang tertera di jasnya-dan sebuah stetoskop menjuntai anggun di lehernya. Dia sangat elegan dalam balutan celana panjang dan sepatu hak tingginya.

Saat dia melewati mereka, matanya bertatapan dengan Ryuhei. Mereka berdua sepertinya bermusuhan.

"Ryuhei," ucapnya pendek saat dia mengangguk, tatapannya mematikan. Ryuhei bergidik mendengar nada suaranya, dia berusaha menjaga mulut besarnya untuk tetap tertutup.

Setelah dokter tadi menghilang dari pandangan, Soyeon langsung mendekatinya. "Itu─" ucap Ryuhei dengan jijik, "─adalah dokter paling egois yang bisa kau temui di sini. Kalau aku jadi kau, aku tidak akan repot-repot mencari tahu namanya." lanjutnya.

Tapi, sekarang Soyeon semakin penasaran.

"Kenapa? Apa yang dia lakukan?" Soyeon bertanya penuh semangat. Soyeon selalu haus dengan gosip-gosip di rumah sakit.

"Dia itu sangat menyebalkan," ucapnya kasar. "Dia pikir dia itu dewa karena gelarnya. Pfftt."

"Baiklah, siapa namanya?" Tanya Soyeon lagi. "Aku mungkin harus memanggilnya nanti."

"Baiklah, kalau kau memaksa, dia dokter Hell, err, maksudku dokter Mitsuki." Ucapnya.

Soyeon mengangguk paham.

Soyeon tahu satu atau dua hal tentang dokter-dokter brengsek yang pernah ada, karena Soyeon telah bekerja bersama mereka selama bertahun-tahun. Skenarionya selalu sama-seorang dokter memulai karirnya sebagai seorang yang sederhana dan baik, lalu mereka mulai menyelamatkan beberapa nyawa, mendapat gaji yang besar, dan tiba-tiba mereka berpikir mereka adalah penguasa kampus-err, rumah sakit. Dan kadang-kadang mereka menjengkelkan. Dan suka menghina orang lain. Terutama, saat mereka berpikir mereka lebih baik dari perawat-mereka berpikir pekerjaan mereka kurang penting-mereka pikir mereka juga tidak menghabiskan waktu dua belas jam sehari untuk menyelamatkan nyawa.

Yang lebih mengganggu Soyeon adalah ketika mereka berpikir mereka seksi, padahal tidak sama sekali. Dan ketika mereka sedikit di atas rata-rata, maka hanya Tuhan-lah yang tahu, tidak akan ada tempat yang tersisa setelah mereka menjejalkan ego besar mereka di dalam ruangan.

Soyeon sudah bersumpah untuk tidak akan pernah lagi berkencan dengan seorang dokter. Secara teori, prospek kerja mereka benar-benar bagus, tapi pada kenyataannya mereka sombong, kasar, dan biasanya tidak menarik.

Tapi, itu sebelum Soyeon mendapat pekerjaan di Rumah Sakit The Grimm, dan dibimbing oleh Perawat Kuroda Ryuhei, dan diperkenalkan dengan seorang yang luar biasa arogan, luar biasa tampan, dan luar biasa seksi, Dokter Baek Gyeol.

Ini semacam kiamat kecil bagi Soyeon, atau kalian bisa menyebutnya sebagai 'awal mula ketika hidup Soyeon tidak lagi masuk akal'.

***

Re-upload sebab akun pertamaku hilang. Tolong dukung aku di akun ini juga. Aku agak down karena akun pertamaku kena hapus sama google karena ngga pernah di upgrade. 😞

DOCTORS ORDER | BAEK GYEOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang