Suatu malam yang sunyi diruntuhkan oleh suara teriakan seseorang yang menggema keseluruh penjuru ruangan. Hal itu membuat seseorang yang tengah tertidur sontak terbangun dan terduduk dengan napas yang memburu.
Setelah berhasil menetralkan deru napasnya, bukannya membaik justru napasnya terasa tercekat saat ia mulai menyadari satu hal.
Dia ada di mana?
Seolah lupa dengan suara teriakan yang mengganggu tidurnya, gadis yang masih terduduk kaku itu kini sedang mencoba memahami keadaan dirinya saat ini.
Seingatnya ia tidur di kamarnya setelah menyelesaikan tugas kuliah, tapi saat ini ia justru terbangun di tempat asing yang ia yakini bukan kamarnya. Kamarnya itu bercat putih dengan banyaknya foto dan hiasan dinding yang tertempel, sedangkan tempatnya bangun saat ini bercat abu-abu tua yang begitu suram.
Tidak ada apapun disana, bahkan gadis itu terbangun bukan di atas kasur melainkan di lantai tanpa alas apapun. Dan lagi Tidak ada jendela ataupun ventilasi udara di ruangan tersebut melainkan hanya ada satu pintu dari kayu yang tampak sudah tua. Namun anehnya udara yang dia rasakan tidak lembab sebagaimana seharusnya, justru sekarang ia merasa hawa di sana sangat dingin.
Kini jantungnya kembali berdetak tidak karuan, berbagai pikiran buruk mulai memenuhi pikirannya. Tapi sedari tadi ia tidak bergerak barang sesenti pun dari tempatnya, ia terlalu terkejut, bahkan untuk mencari tahu dirinya dimana pun ia terlalu takut.
Sampai akhirnya suara langkah kaki seseorang mulai terdengar di telinganya. Tidak hanya langkah kaki satu orang tapi banyak orang dan langkah itu terdengar tergesa-gesa.
Gadis itu mulai bergerak tapi bukan untuk melihat keadaan, melainkan ia bergerak kesudut ruangan lalu memeluk lututnya sendiri, tubuhnya mulai bergetar ketakutan. Dia tiba-tiba merasa panic attack-nya kambuh, dan ia mulai menangis tanpa bisa berteriak walaupun rasanya ia ingin teriak sekencang-kencangnya.
"Aku di mana?"
"Ayah."
"Ibu."
"Tolong."
Hanya gumaman lirih dan bergetar yang keluar dari mulutnya.
Hingga beberapa menit kemudian serangan paniknya mulai mereda tapi saat itu suara langkah kaki masih bisa ia dengar. Entah berapa banyak orang yang ada di sana, karena jika ia perhatikan suara langkah terus terdengar dari arah kiri ke kanan dan ia juga mendengar langkah kaki itu seperti menuruni sebuah tangga.
"Aku ada di mana?" sekali lagi gumaman itu kembali ia lontarkan sebelum dirinya menghapus air matanya, lalu mulai beranjak dari duduknya.
Langkahnya ia beranikan untuk mendekat ke arah pintu. Dengan perasaan takut dan was-was tangannya mulai bergerak untuk mencoba membuka pintu tersebut. Hingga akhirnya..
Cklek.
Pintunya terbuka tanpa terkunci!
"Aneh," pikirnya.
Bukankah jika ia diculik, seharusnya tidak semudah itu ia bisa keluar dari ruangan tersebut? Atau penculiknya lupa mengunci pintu?
Entahlah.
Tidak ingin terlarut dalam pikirannya terlalu lama, ia pun segera membuka pintu lebih lebar, pikirnya ini kesempatan baginya untuk kabur.
Tapi keanehannya tidak hanya sampai di situ, karena saat ia keluar ternyata ia berada di sebuah gedung bertingkat yang mana di sana terdapat banyak jejeran ruangan lainnya dan lagi ruangan yang sebelumnya ia tempati berada tepat di sebelah tangga untuk turun, pantas saja sedari tadi ia mendengar langkah seseorang menuruni tangga.
Belum selesai ia merasakan keanehan dan keterkejutan itu, tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang. Sepertinya keterdiamannya membuat ia tidak sadar bahwa ada seseorang yang berjalan kearahnya dan kini menariknya menuruni tangga.
Gadis itu tidak berontak ataupun berucap sepatah katapun saking terkejutnya, ia hanya berjalan mengikuti orang yang menariknya tanpa henti, hingga tanpa sadar mereka sudah berada di luar gedung.
Sebuah halaman luas dengan banyaknya orang yang berkerumun yang kini ada di hadapan gadis itu. Entah apa yang sedang terjadi karena semua orang yang ada di sana hanya terdiam dengan tatapan datar menatap objek yang ada di hadapan mereka. Ia tidak bisa melihat objek pandang mereka karena terhalang oleh banyaknya orang yang ada di sana.
"Kamu baru pertama kali yah terbangun di tempat ini?"
Suara seseorang di sampingnya membuat gadis itu tersadar dan beralih menatap seorang gadis yang menariknya tadi. Kini satu hal yang juga baru ia sadari jika semua orang yang ada di sini memakai pakaian serba putih termasuk dirinya juga.
Lidahnya terlalu kelu untuk menjawab, tapi ia bisa melihat sudut bibir gadis di hadapannya tertarik hingga menciptakan sebuah senyuman, namun bukan senyuman tulus melainkan senyuman miris?
"Namaku Nabila, nama kamu siapa?" tanyanya lagi.
Gadis bernama Nabila itu masih setia menatapnya, namun entah kenapa suaranya serasa tertahan di tenggorokan, hingga dengan susah payah ia menelan ludahnya sendiri.
Sampai akhirnya ia hanya mampu mengeluarkan satu kata.
"Naraya."
{Bersambung}
Hallo Readers semua. Makasih udah mau mampir di cerita ini😻
Ini cerita dengan genre yang berbeda sama yang biasa aku tulis. Mungkin akan banyak hal yang gak masuk akal di sini karena namanya juga fantasi. Hehe
Semoga suka ya ❤
Next?

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Detected
FantasyApakah ini mimpi? tapi ini terasa begitu nyata. Lalu apakah ini nyata? tapi ini sangat sulit dipercaya.