Aku menghela nafas setelah 10 menit berdiri menatap bangku taman sekolah yang basah ditimpa hujan. Dimata orang lain, mungkin bangku yang terletak di taman sekolah ini tidak ada apa-apanya. Tapi bagiku, setiap sudutnya menyimpan cerita lama, yang mestinya tak pernah kubuat jika aku tau akhirnya.
Payung yang kugenggam seakan tak berguna karena air-air hujan ini serasa ingin memelukku lebih dekat. Memaksa masuk dan mengusir payung ku yang terus menghalangi.
Memutuskan untuk menjatuhkan payungku,kemudian membiarkan setiap helai rambutku basah dengan perlahan. Diserbu rintik air yang seolah memberi ku ingatan yang dalam.
Ingatan tentang hujan,
Tentang bangku ini,
Dan tentang setiap alunan nada gitar yang kumainkan untukmu.
how do i tell you i need you?
when you steal the breath in my lungs
my body shake till the blood in my face
make me awkward smile and turn around.
Aku tau, aku terlambat ya? Tidak pantas bagiku untuk memetik gitar ini kembali setelah sekian lama. Setelah waktu yang ia habiskan untuk menunggu ku disini. Kurasa, ia sudah lelah menunggu dan menyerah.
Waktu akan terus berjalan bukan? Untuk sekarang, kubiarkan air-air hujan ini membasahi ku dan melodi gitarku untuk waktu yang lama.
Sampai pada akhirnya, kedatangan seorang gadi yang berdiri didepanku membuatku membisu. Gadis dengan sorai mata lembut itu menjatuhkan payungnya sepertiku. Melihat manik mataku dalam setelah aku mengangkat kepala.
Senyumku kembali.
Kutegakkan badanku dan ku balas menatap nya dalam.
"Kamu gak berubah ya,"
Kataku,
kepada bayangannya yang memudar dengan perlahan.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
I Just Make Your Name as A Title
RomanceTentang hujan, gitar, dan setiap alphabet yang ada di namamu.