Prolog - Amnesia

941 79 12
                                    

Sayup-sayup terdengar suara orang saling berteriak. Mereka memanggil nama seseorang yang masih di luar ruangan. Hal yang pertama terlihat setelah membuka mata adalah wajah ayu dengan balutan senyum.

"Khun, kau mendengarkan kami?"

Banyak suara yang bersahut, namun hanya suara itu yang paling jelas tertangkap indera pendengaran. Itu seperti alunan melodi yang menyejukkan.

"Haus." Satu kata keluar dari mulut pasien yang kering. Lekas terlihat uluran tangan dengan segelas air putih. Ditenggak hingga tak ada sisa.

"Paman, Bibi, bisakah kalian keluar? Dan jangan lupa panggilkan P'Hmo."

"Tapi dia baik-baik saja kan?"

"Ya Khama, tapi perlu P'Hmo untuk memastikannya."

"Baiklah. Ayo-ayo semuanya kita menunggu saja diluar. Biarkan P'Khru yang menemani."

Tiba-tiba ruangan menjadi sunyi. Hanya ada satu orang yang sedang duduk di samping ranjang, dan satu orang yang berbaring linglung.

Pria kecil itu memeriksa kening sang pasien dengan telapak tangannya. Mengecek tancapan infus pada tangan.

"Hai kau mendengarku?"

"Hmm..."

"Baguslah. Setidaknya aku tahu kau tidak bisu ataupun tuli."

Tanpa rasa bersalah dia tersenyum jenaka. Ingin rasanya sosok yang berbaring memaki, namun itu terasa sulit. Bukan hanya karena tubuhnya yang sulit bergerak, namun lebih dari itu, senyum orang lain yang duduk disampingnya mampu menghipnotis akalnya.

"Khun, siapa namamu?"

"...."

Pasien itu tidak menjawab.

"Bagaimana dengan asalmu?"

"...."

Masih tidak ada jawaban.

"Ish... Aku tahu kau tidak tuli. Aku seperti berbicara dengan patung. Kau tahu, paska komamu selama satu Minggu, berbicara itu baik. Setidaknya itu dapat melatih gerakanmu yang kaku." Ocehannya terus mengalir. Sang pasien memandangnya tanpa berkedip. Dia menggemaskan.

"Aku tidak tahu."

"Bagaimana kau tidak tahu? Apa kau amnesia?" Kesalnya, namun- "tunggu, kau benar-benar amnesia? Kau tidak bohong? Oh Tuhan, ini bencana."

Kriett...

"Halo Nong, bagaimana dia?"

"Aow Phi. Halo."

Seseorang datang dengan seragam putih dan tas kecil yang di tenteng. Dia mengambil alih tempat duduk pria yang sudah lebih dulu menempati.

"Aku mengecek suhunya itu sudah normal. Infusnya berjalan baik. Tapi-"

"Tapi apa Nong?"

"Tapi aku pikir dia amnesia."

"Kau terlalu banyak melihat drama."

"Drama apa? Disini saja tidak ada listrik."

"Ah ya kau benar." Dokter itu mengalihkan perhatiannya kepada pasien yang masih bingung dengan keadaan sekitar.

"Baiklah Khun, sekarang biarkan aku memeriksa fisik dan mungkin otakmu. Apakah yang dikatakan oleh guru kita benar atau tidak."

Setelah semua pemeriksaan selesai, mereka berdua pergi dari ruangan yang hanya bersekat kayu tipis. Bahkan untuk keluar dari pintu saja harus menundukkan kepalanya.

"Bagaimana?" Kepala desa di sini atau kami panggil Khama menanyakan keadaan pasien tersebut.

"Lebih parah."

Secrets || YinWar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang