Happy Birthday, Lili!

2.7K 208 23
                                    

Tuk!

Lisa menghentikan aktivitas membaca novelnya, sedikit terkejut karena suara yang tiba-tiba terdengar. Ia kemudian menoleh ke sumber suara yang diyakini berasal dari jendela kamarnya. Mencoba untuk memastikannya terlebih dahulu, Lisa menunggu sampai suara itu terdengar lagi.

Tuk!

Benar saja. Senyumnya merekah seketika. Ia tahu betul siapa yang ada di balik suara itu. Dengan bergegas, Lisa turun dari ranjangnya dan berlari menuju jendela yang terletak tepat di samping meja belajarnya. Ia menyibakkan tirai berwarna putih polos yang menutup kaca jendelanya, membuat gadis bermata hazel tersebut mengerjapkan matanya ketika tiba-tiba sinar kekuningan menyorot ke arahnya.

Lisa terkekeh ketika menangkap pergerakan seseorang di bawah sana yang menyorotkan senter ke arahnya. Ia kemudian membuka jendelanya lebar-lebar, membuat rambutnya seketika tertiup angin malam.

Seseorang yang sedari tadi berdiri menunggu Lisa membuka jendelanya pun akhirnya menyunggingkan senyum lebar. Ia kemudian menaruh senternya di tanah untuk melambaikan tangannya pada Lisa dengan bersemangat.

Senyum Lisa tak kalah lebar. "Nini!", panggilnya dengan teriakan yang tertahan sembari melambaikan tangannya.

"Lili! Happy birthday!", gadis bertubuh kecil yang bernama Jennie itu menunjukkan kue cokelat kecil di tangannya dengan lilin di atasnya. "Ayo turun, Lili!"

Lisa mengangguk bersemangat sembari mengisyaratkan Jennie untuk menunggu dan tidak berisik. Jendela kamar beserta tirainya kembali Ia tutup rapat, kemudian Ia segera mengenakan hoodie kuning favoritnya yang menggantung di belakang pintunya.

Dengan langkah mengendap, Lisa berhasil keluar dari kamarnya, menuruni tangga, hingga sampai di pintu belakang rumahnya. Ia menggenggam knop pintu dengan hati-hati, sebisa mungkin membukanya tanpa mengeluarkan suara. Bagaimana pun, ini pukul dua belas malam. Bisa-bisa Ia dicecar habis-habisan jika orang tuanya memergoki dirinya keluar rumah tengah malam begini.

Meski jarak antara pintu belakang dengan kamar orang tuanya cukup jauh, Lisa masih bisa mendengar suara dengkuran ayahnya, yang mana artinya akan sangat mungkin jika orang tuanya juga dapat mendengar suara ketika pintu dibuka.

Krieeettt!

'Sial!', Lisa mengumpat dan berhenti sejenak dari aksinya, hendak memastikan bahwa kedua orang tuanya tidak terbangun.

'Grrrkkk!'

Lisa tersenyum. Ayahnya masih mendengkur. Ia kemudian segera menutup pintu dan berlari menuju tembok yang membatasi halaman belakang rumahnya dengan halaman belakang rumah Jennie, menempelkan kedua telapak tangan dan telinga kirinya.

"Nini?", Lisa memanggil untuk memastikan bahwa Jennie masih di sana.

"Cepetan, Lili! Lilinnya udah mau habis!"

Lisa langsung menaiki tembok dengan tergesa. Tangan panjangnya dengan mudah menggapai ujung tembok dengan sekali lompatan. "Hai.", sapa Lisa sesaat setelah kepalanya berhasil menyembul dari balik tembok.

Jennie menahan tawanya. "Hati-hati turunnya."

Baru saja diberi peringatan, tubuh Lisa tiba-tiba terperosok ke semak-semak yang berada di halaman belakang rumah Jennie.

Jennie seketika menaruh kue cokelatnya dan berlari menghampiri Lisa yang ternyata tengah tertawa terbahak tanpa suara.

"Lili, you okay?", Jennie bertanya dengan nada khawatir.

Masih dengan tawanya, Lisa bangkit dan membersihkan tanah-tanah yang menempel di celananya. "Aduh, sakit banget. Untung kamu doang yang liat.", Lisa kembali terkekeh.

jenlisa one shotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang