1.suara kapten

44 30 20
                                    

Perhatian!
Semua alur yang ada dicerita ini, hanyalah fiksi belaka.dan dimohon untuk menjadi pembaca yang bijaksana.
Adapun jika terdapat kesamaan watak/karakter tokoh dengan cerita manapun, itu hanya kebetulan dan tanpa disengaja karena semua yang ada dicerita ini itu murni dari hasil pemikiran.
Dengan hormat,aku meminta siapapun yang baca cerita ini untuk tidak membawa nya ke dunia real,karena ini hanya cerita fiksi dan tidak ada sangkut pautnya di dunia nyata.
Terimakasih..

Selamat membaca...

***

Pagi hari masih menunjukkan pukul 04.00.salah satu kebiasaan untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah di masjid dekat rumah.kebiasaan ini sudah berlaku sejak kedua orang tua mereka masih ada.

Raka Herman Danendra selaku kakak tertua kini sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil menyesap kopinya sebelum pada akhirnya...

"SEMUANYA BANGUNNN"membangunkan seluruh penghuni rumah ini,tentu dengan high note nya.setelah nya turunlah Diyas Satria Adiwijaya dengan penampilan yang acak-acakan.

"Pagi mas"sapa diyas ikut duduk dan dengan tidak sopan nya ia minum kopi raka hingga habis."pagi, yang lain kenapa belum pada bangun?"

"Nggak tau aku mas,bentar"diyas berjalan menuju lemari dekat tv guna mengambil sebuah toa."eh eh mau ngapain kamu"Raka nunjuk nunjuk diyas yang sudah menemukan barang yang dicarinya.

Bukan apa-apa,hanya saja raka masih trauma karena diyas dulu pernah membangunkan para abangnya menggunakan toa dengan teriak-teriak pada subuh hari yang mengakibatkan tetangga sebelah datang buat menegur.
Itupun ia lakukan tidak hanya sekali tapi berkali-kali sampai para tetangga capek untuk menegurnya.dan raka masih saja was was dengan kelakuan bocah tengil satu ini.meskipun berakhir di hukum namun tidak ada kapoknya.

"Ini mau bangunin yang lain"jawabnya dengan cengiran khasnya."nggak,nggak boleh bangunin pakai toa kamu mau didatangi tetangga lagi? "Ya nggak papa mas nanti mereka aku kasih tanda tangan hehe"
Sedangkan raka hanya pasrah dengan adik bungsu nya ini.

"tes tes,ABANG ABANG BANGOOOOONNN,SAHOOOOOR SAHOOOOOR,KATA MAS RAKA NGGAK BANGUN DALAM HITUNGAN 10 DETIK BAKAL ADA HUKUMAN!!" Dan seketika langsung pada berhamburan keluar kamar dengan keadaan yang berbeda-beda.ada yang hanya koloran, rambut sarang burung,masih bau iler,dan ada yang jalan sambil merem.

Salah satu aturan di rumah ini yaitu kedisiplinan yang sudah diterapkan sejak dulu, almarhum bapak yang menetapkan kedisiplinan di rumah ini dalam hal apapun.

"Cepetan pada ambil wudhu dan bersiap,keburu iqomah nanti"Raka, setelah mereka sampai di ruang keluarga.
"Siap kapten"

"Sahoor pakde,bude sahor"tentunya diyas pelakunya yang mengetuk pintu tetangga, mereka sedang berjalan menuju masjid dekat rumah."sst diem yas,rausah berulah"

Kini mereka sudah pulang dari masjid dan sedang bersiap melakukan rutinitas selanjutnya yaitu pelatihan fisik entah itu lari, push up,dan sebagainya.kebiasaan ini dilakukan sejak almarhum bapak masih ada.

Raka berada dihalaman dengan baju olahraga yang biasa ia pakai dan jangan lupakan peluit yang bertengger rapi dilehernya.

"SEMUANYA SEGERA BERKUMPUL!" Perintahnya tegas.
Semua tetangga sudah mengetahui kebiasaan mereka ini jadi tidak akan protes jika mereka berteriak.

1

2

3

"Apakah semuanya sudah ada?"
"Siap,ada kapten"jawab fajar aryandra,kakak tertua ketiga.

"Baik, kegiatan kita hari ini lari keliling desa 20 kali,apakah kalian siap?"
"Siap"

Raka didepan dengan gilang, dibelakangnya ada fajar dengan aldo,angga jefri,arya nevan,dan bagas diyas.

"Bang"
"Bang jep" Jefri mahavira rafandra
"Hm"bukanya nggak mau menjawab,hanya saja ini sudah peraturan.
"Nanti sibuk nggak"
"Hm"
"Bang gue serius in-
"Diyas peraturan nya apa?"teriak raka dari depan.
"Siap.tidak boleh bicara saat sedang pelatihan kecuali ada tetangga nanya"sedangkan bagas berusaha mati matian nahan agar tawanya tidak meledak maklum humornya sangat rendah.

"Selamat pagi para pejuangnya jenderal"sapa pakde paidi yang sedang mencabut rumput dihalaman."Pagi pakde,semangat kerjanya"Raka melambaikan tangan"siap kapten"

"Pakde mbak Aya nya ada,lagi ngapain?"diyas sambil teriak yang dibalas kepalan tangan oleh pakde"mau apa kamu diyas,dasar bocah iki"

Dulu pernah suatu kejadian diyas dan abangnya sedang pelatihan lari dan ada mbak Aya yang sedang menyapu halaman,diyas keluar barisan guna menemui mbak Aya dan menggoda nya untuk pacaran,alhasil mbak Aya baper kaya orang gila dirumah,yang menyebabkan semua omongan pakde diabaikan karena memikirkan ucapan diyas sambil senyum-senyum.

Sudah 20 kali putaran dan 20 kali diyas bertanya pada pakde tentang mbak Aya,pakde didalam pun si diyas tetap berteriak.(emang dasar)

Pulang lari pukul 05.30 dan dilanjutkan bersih bersih rumah karena ini hari minggu.ada yang masak buat sarapan,ada yang masih lanjut latihan,ada yang main game,ada yang belajar dan ada ngerusuh, sampai sekarang pukul 07.00.

Dapat dilihat di ruang keluarga ada aldo dan diyas sedang bermain game"KIRI BANG TEMBAK,ITU ADA MUSUH,BURUAN TEMBAK BANG ASTAGFIRULLAH" suara diyas pagi ini sudah menggelegar di seluruh rumah.

"APANYA YANG DITEMBAK MALIH ITU GUE GOBLOK, terus itu lo ngapain jongkok deket tong sampah gitu bukannya bantuin,ada musuh nih"pasalnya dari tadi diyas teriak terus tapi nggak jelas."oh elo toh bang..kirain hehe, efek laper ini makanya gue jongkok, istirahat dulu lah"bocah tengil ini yang sekarang sudah tepar di karpet.

"Apa hubungannya sih,eh lo mau kemana?"melihat diyas berjalan menuju dapur."mau makan,udahan bang main nya mending belajar sono biar lulus jadi polisi"lanjut jalan meninggalkan aldo yang sedang ngedumel.

Diyas datang dan memeluk fajar dari belakang"eh bocah! gue lagi masak ini jangan ganggu,sono jauh jauh"kaget dong lagi masak tiba-tiba ada yang meluk
"Kan biar yang kayak di drama drama gitu loh,cocuit"

"Terserah lo lah,dah sana panggil yang lain suruh makan"fajar menyiapkan makanan ke meja, tentu setelah melepas pelukannya."siap"

Diyas berjalan ke halaman belakang yang terdapat raka dan gilang sedang latihan,gilang latihan dengan raka karena raka lah yang sudah berhasil menjadi tni.

"Bang,mas sarapan dulu"
"Iya bentar lagi yas"setelah mendapatkan jawaban kini ia berjalan menghampiri angga yang sedang menyiram tanaman yang terletak tidak jauh dari raka dan gilang berlatih.

Almarhumah ibuk memang hobi bercocok tanam entah bunga maupun sayur sayuran dan beliau lah yang biasanya menyiram tanaman,namun pekerjaan itu sekarang diambil alih semua anak ibuk dan bapak.

Setelah menyuruh angga,diyas masuk kedalam rumah menuju lantai dua lebih tepatnya kamar jefri dan nevan.

Ngetuk pintu dan langsung masuk"buset, banyak amat bang bukunya,tebel tebel lagi" kagetnya saat melihat jafri duduk dimeja belajar dengan banyak buku didepannya, begitupun dengan nevan namun bedanya dia di kasur.

"Weh bocah ketuk pintu dulu kalau mau masuk,main nylonong aja"omel Jefri, padahal tadi diyas udah ketuk pintu
"Udang bang tadi astagfirullah"
"Ya iyalah tebel, namanya juga buku biologi,lagian kami harus belajar biar jadi dokter"sahut nevan
"Iya deh, suruh turun bang sarapan dulu"ucapnya lalu pergi

Sekarang dia mau ke kamar bagas dan arya ,tapi mereka sudah turun duluan.
merasa sudah semua, sekarang ia turun buat ke meja makan, tenyata sudah pada ngumpul.

"Dah buru makan jangan lupa doa, setelah ini terserah kalian mau ngapain,tapi jangan lupa belajar"Raka selaku yang tertua.





Halo, jangan lupa komen dan vote ya...maaf kalau ceritanya masih garing,bisa dibilang ini prolog.

***

1-03-2022

Sepuluh Pejuang(Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang