Alin Debara

2 0 0
                                    

Cahaya matahari mulai muncul di permukaan bumi, pertanda pagi telah datang. Suara kicauan burung dan dinginya pagi menambah suasana pagi semakin nyata.

Seorang gadis dengan rambut sebahu sedang duduk di depan kaca dan memoles bibir dengan lipcare. Pukul 6 pagi, ia sudah siap dengan seragam sekolahnya.

Namanya Alin Debara, usianya baru 15 tahun namun jangan ditanya soal otak dia juaranya. Menaiki kelas 11 Alin sudah memenangkan banyak olimpiade matematika.

Baju putih di balut rompi kotak warna biru dan rok abu, serta dasi yang telah dipakai rapi.

Menuruni tangga dan menuju meja makan.

"Selamat pagi!!"

"Pagi sayang"

Andin, mama Alin yang sangat sayang padanya. Membawakan segelas susu coklat kesukaan Alin dan menaruhnya di meja makan.

Alin duduk dan langsung meminum habis susu tersebut.

"Pelan pelan sayang," ucap mama Andin yang sedang mengambil makanan untuk Ayah Alin.

Yoga Dewa Debara, ayah Alin turun dari tangga sembari memakai dasi kebiasaannya memang.

"Pagi sayang"

"Pagi pah"

Lalu dari arah kamar depan muncul wanita cantik dengan kacamata bulatnya menuju meja makan. Riskiana Debara, kakak perempuan dan satu satunya punya Alin. Baru saja lulus S1 di ISI dan kini bekerja sebagai seorang desainer.

"Weh cantik kali adekku ini," seraya mencubit pipi sang adik.

"Hiss apa sih, gaje!" Solot Alin.

Melirik pada jam tangan, pukul setengah tujuh, "Dahlah mah pah, Alin berangkat dulu ya Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam"

°°°°
Tak lama Tamara Rosalina, teman sebangku Alin datang dan langsung menghebohkan kelas.

"Hai gesss, Tamara datangg!!!"

"Woi lu bisa ga si gosah treak treak." Saut Boni anak lelaki gembul yang duduk di bangku pojok.

"Aelah bacot lu!." Dasar Tamara yang tidak tahu diri.

"Eh Lin PR matematika kemaren gimana? Lu udah kelas kan ya, bagi doang!!!" Ucapnya dengan tampang memelas kepada Alin.

Alin yang sedang bermain hape pun memutar bola mata malas, kemudian mengambil buku matematikanya di lacj dan memberikannya kepada Tamara.

°°°°°

Trinkkk......

Bel istirahat berbunyi, Alin dan Tamara berjalan beriringan menuju kantin.

"Weh lu bisa ga si Tama!!!!! Ra! Jalannya pelan pelan ya... aku ini kan pendek kan ya, jadi mohon untuk tidak melangkah panjang-panjang."

Tamara yang dua langkah lebih di depan pun langsung melangkah mundur dan menyamaratakan gerakan kakinya dengan Alin.

"Heheh iya iya sorry."

///

Suasana di kantin yang begitu ramai, para siswa siswi SMA Semsta berbondong-bondong mengerubuni sang penjual makanan guna mengisi perut.

Alin dan Tamara sampai di kantin, mereka berjalan bersama kemudian duduk di bangku pojok dekat dengan tembok dan penjual seblak.

"Mang seblaknya dua ya!" Seru Tamara dengan suara lantangnya.

"Siap neng!"

Alin sendiri sudah duduk anteng di bangku kantin. Kemudian ia mengangkat kepalanya, tanpa sengaja matanya berpapasan dengan seorang pemuda berkacamata. Rasanya matanya tidak bisa berpaling dan terus mengikuti pergerakan lelaki tersebut, hingga lelaki berkacamata itu menghilang dari pandangan.

"Heh!" Ucap Debara mengagetkan Alin.

"Apasih.." Alin mendengus kesal hingga mengerutkan kening.

"Apasih... Apasih.." Debara mengikuti perkataan dengan memanyun manyunkan bibirnya.

Kemudian Debara tersenyum, "hehe kamunya si ga fokus ke aku."

"Seblaknya siap neng." Pak kumis si penjual seblak datang dengan membawa seblak spesialnya.

Alin dan Tamara serempak menengok, dan tersenyum ramah kepada pak Kumis.

.
.
.

Keep smile: daoz

Temaram (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang