7

70 17 4
                                    

CERITA KARIN dan MAHESA



Karin pov.
─────

"Loh? Mahesa?"

"Karin?"

Di sini awal mulanya aku dekat dengannya. Mahesa Kalendra anak sulung dari 2 bersaudara. Papanya adalah teman bisnis papaku, namun hubungan mereka cukup dekat.

Aku dan papa berada di salah satu hotel besar karena mendapat undangan acara dari papa Mahesa ini. Ulangtahun putrinya yang ke 15 tahun, adik Mahesa─Madina Kalendra. Kukira dia tidak akan datang ke acara adiknya karena mungkin asik bermain dengan kawan-kawannya, Sekala dan Aryan.

"Kok bisa di sini?" tanya laki-laki itu.

"Bokap gue diundang sama bokap lo." jawabku yang hanya dibalas oh-ria darinya.
Saat itu aku masih belum ada rasa apapun padanya, karena saat itu juga aku benar-benar mengobrol panjang lebar dengannya.

Aku ingat saat itu dia mengajakku berkeliling di sekitar area acara sambil membawa segelas jus ditangannya. Keren juga nih cowok, pikirku.

"Kapan-kapan main keluar bareng, mau?" ajaknya tiba-tiba sambil menatapku. Aku yang baru memperhatikannya langsung terpaku dengan wajahnya. Jujur, Mahesa memang tampan apa lagi dengan gaya berpakaiannya saat ini. Kemeja hitam biru bermotif yang dimasukkan ke celana jeans hitam panjang miliknya. Terkesan badboy haha.

Aku tersadar dan menjawab, "Boleh".

Tapi ternyata, itu bukan awal yang baik untukku masuk dalam perasaan dan suatu hubungan yang disebut 'pacaran'. Apalagi pacarannya dengan laki-laki bernama Mahesa Kalendra.

 Apalagi pacarannya dengan laki-laki bernama Mahesa Kalendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi. Aku memergokinya menatap sahabatku, Wintara. Awalnya aku memang positive thinking, mungkin saja Mahesa melirikku tetapi dia malu-malu. Tapi ternyata memang tidak salah lagi, dia sedang memperhatikan Wintara.

Ini sudah 1 tahun kami berpacaran dengan segala suka-duka yang aku rasakan dari menjalin hubungan dengan seorang Mahesa. Mahesa menyatakan perasaannya padaku di taman dekat sekolah setelah kami pulang sekolah hari itu. Tentu saja aku mau jadi pacarnya.

Kami menjalin hubungan dengan baik awalnya, tetapi makin kesini sifat Mahesa mulai terlihat jelas olehku.
Buaya darat, aku rasa itu julukan yang cocok untuknya dan para laki-laki yang suka melirik juga menggoda perempuan sana sini.

Setiap kutanya, "Ngapain sih gombalin cewek kayak gitu?" dia bakal selalu jawab,
"Bercanda doang sayang. Aku mau lihat reaksi kamu, soalnya kamu gemes kalau lagi cemburu kayak gini."
Ya tentu rasa kesal, cemburu, dan marahku perlahan mereda karena ucapan manisnya.

Hanya saja tidak dengan setelah kejadian ini.

Hari itu, aku pergi menuju kantin untuk membeli minuman karena haus setelah berlari keliling lapangan pada jam pelajaran olahraga. Kantin sangat sepi karena saat itu masih jam pelajaran kedua.

Sekala. ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang