BAB 1
Bosku, Bruce Davies, CEO dari Davis and Birch Advertising, berdiri di ambang pintu dengan mulut terbuka karena terkejut. Aku tidak mengatakan apa-apa. Tidak bisa. Alex membungkukkan tubuhku diatas meja, rok pensil hitam pendekku dinaikkan hingga ke pinggul, payudaraku tumpah keluar dari jaket yang ku kenakan, putingku meninggalkan jejak di atas kertas penghisap tinta, dan penis besarnya mendorong kedalam vaginaku, membuatku merasa seperti penyanyi opera. Alex terengah-engah di belakangku, ia mencengkram erat pinggulku. "Jangan bergerak." Bentaknya sambil meningkatkan kecepatannya. Pantatku mengejang terhadap pangkal pahanya ketika ia mengisiku lagi. Bagian bawah kemejanya menggelitik punggungku. "Oh, Glory." Suaranya berupa bisikan yang serak ketika kemaluannya semakin mengeras di dalam diriku. Aku menggeliat dan mendekat, untuk bisa merasakannya lebih banyak lagi."Aku tidak bisa berhenti, Babe, tidak bisa." Aku menegakan otot-ototku, membelai kemaluannya untuk menunjukan bahwa aku baik-baik saja, bahwa aku ingin ia meneruskannya, bahwa aku merasakannya. Tangannya yang licin meluncur disepanjang pantatku ketika ia berusaha mempertahankan cengkramannya. Dan kemudian ia datang, tubuhnya menyentak melawan pantatku ketika ia memuntahkan benihnya. Aku senang karena telah memperingatkannya untuk menggunakan kondom. Ini terasa seperti ia membuka tutup hydran dan dia tidak bisa menutupnya kembali. Akhirnya, ia masih sedikit bergetar, kemudian diam. Tangannya beristirahat di atas punggungku. "Ketika kau sudah selesai di sini Ms. James, aku ingin kau menemuiku di ruanganku." Ujar Mr. Davies sebelum mundur dan menutup pintu. "Maafkan aku soal itu," ujar Alex sambil menarik keluar miliknya, menarik rokku menutupi pantatku yang terekspos, dan mulai memperbaiki pakaiannya. "Hey, apa mau dikata?" kataku, bukan hanya untuk menenangkannya, tetapi memang karena tidak ada yang bisa di katakan. Aku adalah Glory James, akunting junior, tetapi sebagian besar diriku, atau memang diriku, adalah asisten Mr. Davies. Aku tidak menulis berkasnya, atau mengetik korespondensiya, atau melakukan sesuatu seperti itu. Ia mempunyai asisten lain untuk melakukan semua hal itu. Aku menangani hal-hal yang tidak bisa ia lakukan karena tidak memiliki waktu lebih, seperti penelitian pendahuluan latar belakang klien, dan angka penjualan atau produksi yang ia butuhkan atau sentilan kontrak sebelum hukum mengakhiri mereka. kadang-kadang aku menjemput klien dari airport dan memastikan mereka untuk tinggal dengan baik, dan terkadang aku membawa mereka makan malam atau minum ketika Mr. Davies ada keperluan mendadak. Itulah yang terjadi dengan Alex di sini. Alex dan mantan istrinya mendesain dan membuat sepatu, mereka bekerja di bidang fashion dan baru-baru ini merambah ke jalur furnitur. Mereka mencari biro iklan. Disitulah aku masuk. Ada beberapa permainan kata-kata dengannya, tetapi bercinta dengan Alex bukanlah sebuah kesengajaan. Maksudku, itu tidak termasuk dalam deskripsi pekerjaanku. Hanya saja aku menyukainya. Dia adalah pria besar yang merawat tubuhnya, ia cerdas, membaca buku, bukan hanya majalah perdagangan dan surat kabar. "Apa kau akan baik-baik saja?" tanyanya ketika kami berdua sudah merapihkan pakaian dan menghabiskan tisu basah yang ku letakan di dalam laci mejaku. "Kau mau aku berbicara kepadanya?""Tidak. aku baik-baik saja," kataku, tersenyum tulus kepadanya. Aku sudah bekerja dengan Davies selama dua tahun tanpa komplain apapun. Aku selalu menyelesaikan seluruh perintahnya dengan baik, dan ia akan terus memberikanku lebih banyak tanggung jawab. Itu berarti ia suka caraku menangani pekerjaanku. Jika ia tidak memaafkan kesembronoanku kali ini, itu berarti ia berada di bisnis yang salah. Lagi pula, ini diluar jam kerja, dan bercinta dengan klien bukanlah sesuatu yang buruk. Alex menarik tubuhku mendekat, menawarkan sebuah kenyamanan. Dia mencium bagian atas kepalaku. "Aku tidak yakin, tetapi jika ia memecatmu, kau bisa bekerja bersamaku, dan aku akan memindahkan bisnis periklanan ini kepada biro iklan yang lain,"Aku menyandarkan kepalaku ke kemeja biru mudanya, menghirup aroma maskulinnya dan kehangatan yang terpancar dari dadanya. "Dan jangan biarkan dia menggertakmu untuk melakukan apapun yang kau tidak inginkan," Ia menarik tubuhku sedikit dari dadanya, hingga ia bisa melihat wajahku, dan aku bisa melihat makna perkataannya dari matanya. Aku mengangguk. "Aku akan menunggu di sini," katanya, kemudian membalikan tubuhku menghadap pintu. "Tidak," kataku. "Kau kembalilah ke hotel, aku akan menghubungimu nanti,"Ia berdiri disana, tidak bergerak. "Sungguh," aku meyakinkannya. "Aku bisa menangani masalah ini,""Glory," ia memulai. "Aku bisa menangani ini Alex, sungguh." Kataku, kemudian mengambil berkas yang membuat kami di sini. "Dan bawalah ini. Bacalah semuanya, dan katakan padaku apa pendapatmu. Aku akan menghubungimu. Paling lambat besok pagi menjelang siang." Aku mendorongnya dan berkas itu keluar pintu. "Aku bisa menunggu, dan kau bisa pergi ke hotel bersamaku," bujuknya. Aku tertawa. "Terima kasih, tapi sungguh, aku harus meluruskan ini dan aku membutuhkan waktu sejenak. Aku ingin kau pergi, oke?" kau harus tegas dan jelas kepada beberapa pria. Alex menyenangkan, tetapi aku sedang tidak ingin menjalin sebuah hubungan. Meskipun sebenarnya kau harus memberikannya penghargaan. Dia tidak seperti bajingan lain yang langsung lari seperti tikus ketika melihat tanda kesulitan. Aku berjinjit dan menekan bibirku ke bibirnya. Aku bisa merasakannya melembut dan menyatu dengan bibirku. "Itu bagus," kataku di bibirnya, dan itu memang benar, meskipun aku tidak sampai datang. Mungkin itu berkaitan dengan intrupsi kedatangan Davies. "Kau sangat baik," kataku, dan menyelipkan ujung lidahku diantara bibirnya. Ia menangkup pantatku dan meremasnya. "Sekarang pergilah," kataku tegas kemudian mendorongnya keluar pintu. Aku menatapnya untuk beberapa saat, memastikannya berjalan ke lift bukan berbalik keruangan Davies. Ketika aku mendengar suara ding dari lift, aku menutup pintu ruanganku dan bersandar pada permukaannya yang keras untuk menenangkan nafas dan kegelisahanku. Kemudian aku berjalan menuju pintu lain di sisi ruanganku, yang mengarah langsung keruangan Davies.