______________________
"𝒜𝓀𝓊 𝓈𝒶𝒽𝒶𝒷𝒶𝓉𝓂𝓊, 𝓈𝓊𝒹𝒶𝒽 𝓅𝒶𝓈𝓉𝒾 𝒶𝓀𝓊 𝒶𝓀𝒶𝓃 𝓂𝑒𝓃𝒿𝒶𝑔𝒶𝓂𝓊"
________________Sudah sebulan dirinya harus menjalani pengobatan di sebuah rumah sakit ternama. Terkadang dia berdoa agar cepat pergi saja daripada terus menahan rasa sakit ini. Melihat orang bisa bernafas dengan bebas, tidak merasakan sesak di dada, tidak merasakan bagaimana rasanya batuk terus menerus sampai keluar darah segar. Tetapi di sisi lain, ia harus bersyukur karena bisa masih hidup meski di bantu alat alat medis.
Miya Atsumu, hanya bisa terbaring lemah, dengan seseorang yang sangat berarti darinya sedang menyuapinya. Ia terpaksa kala pria itu memaksanya untuk makan. Atsumu melahapnya pelan, cukup lama. Karena energi Atsumu semakin lemah. Pria itu adalah sahabatnya sendiri. Sakusa Kiyoomi.
Sakusa sering bertanya kepada tuhan, mengapa dirinya begitu pengecut? Bukan, lebih tepatnya kenapa dirinya sangatlah sulit? Mencintai sahabat nya sendiri yang sedang berperang melawan penyakitnya. Kenapa dirinya harus jatuh cinta kepada sahabat dekat nya sendiri?
Ingat, banyak orang yang bilang. Meski kita punya cinta, tapi dunia punya norma. Bukan hanya dunia, tetapi tuhan juga mempunyai aturan. Dia dan Atsumu bagai bulan dan matahari. Jika matahari terbit, maka bulan akan tenggelam, maka sebaliknya. Jika bulan terbit, maka matahari akan tenggelam. Ya mereka tidak akan bisa bersama.
"Sedikit lagi." Pinta Sakusa, agar Atsumu membuka mulutnya lagi. Namun, Atsumu menggelengkan kepalanya lemah, ia tidak sanggup untuk mengunyah makanan lagi. Sesak, perih, pengap yang ia rasakan kala mengunyah makanan.
"Maaf, aku sudah tidak bisa."
"Baiklah."
Pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok dirinya yang lain. Sudah pasti itu adalah adik kembarnya. Miya Osamu. Osamu berjalan mendekati Atsumu, lalu menyapanya hangat, membuat Atsumu ingin tertawa. Karena, Osamu tidak pernah lembut kepadanya. Jika melihat dirinya menjadi lembut seperti ini kelihatan sangat lucu di matanya.
"Tsumu, kau tidak menghabiskan makananmu lagi?"
"Maaf Samu, aku tidak bisa memakannya lagi."
Osamu melirik Sakusa yang hanya bisa menatap Atsumu dengan pandangan khasnya yang terlihat seperti tidak mau kehilangan sosoknya. Osamu menepuk bahunya lalu berterima kasih karena ia sudah mau menjaga Atsumu kala dirinya sedang sibuk untuk mencari biaya pengobatan Atsumu.
"Terima kasih Sakusa-san."
"Tidak apa apa Osamu, aku sahabatnya. Sudah pasti aku akan menjaganya."
Sahabat ya..... Sakusa hanya bisa tersenyum pahit dengan apa yang ia ucapkan sendiri. Atsumu tersenyum hangat, betapa ia sangat bersyukur memiliki orang orang yang sangat baik kepadanya. Ia tidak menyangka jika di akhir hidupnya, orang yang berharga baginya menemaninya.
Jika bisa, Atsumu ingin hidup lebih lama lagi. Seperti orang lainnya. Seperti dirinya waktu dulu. Lalu apa yang bisa ia lakukan. Jika takdir berkata seperti itu maka apa daya, Atsumu tidak bisa melawannya. Kanker yang sudah ia alami sejak masuk SMA semakin parah. Ia dapat merasakan sakitnya.
Apalagi saat sang dokter mengatakan jika dirinya sudah menderita penyakit kanker paru paru stadium dua. Rasanya dunia Atsumu berakhir, apa ia masih ada harapan untuk hidup atau tidak? Dokter pernah menjawab "Jika tuan Atsumu mengalami pengobatan sekarang, mungkin kankernya tidak akan lebih parah lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR LOVE (SakuAtsu)
Short StoryBagai bulan dan matahari, kau dan aku tidak akan pernah bersama. Jika kamu bulan maka carilah bintang mu. Sekuat apapun kita bertahan jika takdir berkata lain kita bisa apa? Kamu dan duniamu, aku dan dunia baruku. ___________SakusaxAtsumu__________ ...