Bel sudah berbunyi. Semua Siswa dan Siswi berbaris di tempat nya masing - masing. Kecuali Shevanka. Dia masih berada di dalam angkutan umum / Angkot karena dia telat.
"Mang Buruan atuhh!!" Pinta Shevanka kepada Pak Supir Angkot atau Mang Angkot.
"Sabar neng ini teh udah cepet." Ucap Supir itu merespon Shevanka.
Angkot melaju cukup kencang. Bahkan beberapa kali di bunyikan klakson oleh pengemudi lain. Tiba - tiba...
"Tahh Eupp Mang!!!"
Angkot itu berhenti mendadak. Semua penumpang terbawa kearah depan karena adanya Hukum Newton.
"Alah siah neng tong tiba - tiba." Omel Supir angkot itu.
"Udah mang ntar aja. Ini ya."
Shevanka yang terburu - buru langsung membayar ongkosnya dan berlari masuk ke dalam pagar sekolah. Pagar pertama berhasil dia lewati. Tapi tidak pagar kedua di dekat lapangan sekolah. Shevanka disuruh untuk berdiri di depan karena telat. Dia menahan malu setengah mati karena hanya dia yang dihukum disana.
"Loh? She?"
* * *
1 jam berlalu. Shevanka masih saja berdiri di lapangan menghadap ke arah tiang bendera dan menghormat. Keringatnya sudah semakin bercucuran.
"Anjir aku udah gak tahan lagi."
Shevanka hampir terjatuh tapi tiba - tiba ada yang menahannya.
"Saya temenin ya."
"Kak Ares?"
Sontak seluruh isi sekolah langsung menjadikan mereka pusat perhatian. Areska membantu Shevanka berdiri dan langsung ikut menghormat di samping Shevanka. Banyak sekali anak gadis yang mengigit bajunya karena gemas dan iri.
"Aku mau telat aja deh!"
"Kak Ares mau juga dong di temenin!"
"Kak Ares aku mau jatoh nih! AAAaaa!"
Bermacam - macam jenis teriakan gadis yang Areska dengar. Tapi dia hanya fokus melihat Shevanka yang sedang menghormati tiang bendera.
"Kalau kamu cape, kamu duduk aja. Saya yang ganti."
"Mana bisa gitu kak."
"Bisa. Bentar."
Areska pergi meninggalkan Shevanka masuk ke dalam kantor guru dan itu membuat Shevanka bingung. Tak sampe 5 menit, Shevanka melihat Areska keluar Bersama dengan guru yang menghukumnya tadi pagi.
"She, kamu boleh ke kelas. Biar Areska yang bediri disini." Ucap guru itu menyuruh Shevanka menurunkan tangannya.
"Lah bapak gimana sih? Kan yang salah aku pak. Ngapa jadi orang lain?"
Pertanyaan itu membuat gurunya terdiam sejenak dan menatap Areska tidak yakin. Guru itu menarik nafas sedalam - dalamnya dan mulai berbicara kembali.
"Sekarang Bapak tanya. Kamu kesini buat apa?" Tanya guru itu dengan nada sehalus kapas.
"Belajar pak." Jawab Shevanka menunduk.

YOU ARE READING
19.10.19
Любовные романы10 tahun kemudian... Aku telah mencapai mimpiku, menjadi seorang Sutradara terkenal. Film ku telah ditayangkan dimana - mana. Bahkan sekarang aku bisa merasakan bahagia. Tapi, Bagaimana dengan mu? Masihkah kamu mengingatku? Bahkan ketika aku menuli...