Rotasi Waktu

19 2 0
                                    

Saya menyadari, di usia saya yang menginjak seperempat abad, banyak hal yang telah dilalui. Suka-duka berlalu silih berganti meninggalkan kenangan yang masih melekat dalam ingatan. Berada di dalam fase di mana orang-orang terbiasa menyebutnya dengan istilah Quarter Life memang tidak mudah.

Waktu bergerak lebih cepat dari apa yang pernah kita tunggu-tunggu sejak kecil. Impian-impian masa kanak-kanak yang ingin segera tiba dalam suatu waktu tertentu mungkin pernah kita lakukan. Seperti saat kejadian-kejadian yang mulai terekam dengan jelas di dalam memori tubuh kita, atau biasa dirasakan di masa kanak-kanak, kini telah bergerak melewati fase-fase yang tanpa kita sadari berlalu bersamaan dengan gambaran takdir kita yang telah digariskan.

Pada masa itu, saya membayangkan betapa serunya bermain bersama kawan-kawan tanpa menghiraukan waktu. Semua berjalan begitu lambat tanpa beban pikiran berat yang memikirkan esok akan seperti apa, dan bagaimana. Setiap pagi diisi dengan hal-hal yang menyita banyak waktu jika dilakukan pada usia saya saat ini. Ya ..., apalagi selain bermain.

Aroma gorengan tempe ditemani nasi hangat yang pulen masakan mamah menjadi asupan awal sebelum menjalani hari panjang di kala libur sekolah datang. Tak lupa, tangan senantiasa memegang remote TV supaya tak ketinggalan tayangan kartun yang menghiasi kenangan masa kecil.

Saat sinar surya mulai beranjak naik, suara-suara riang mengganggu konsentrasi saya yang tengah asyik memandangi tayangan kartun favorit. Sepiring sarapan yang telah habis tak menyisakan butiran nasi tertinggal di atas karpet merah saat saya memutuskan untuk meninggalkan tayangan favorit saya.

Momen itu, mungkin menjadi saat yang ditunggu saudari saya. Lantaran, saya begitu menguasai tayangan kartun kesukaan saya hingga tak ada celah untuk digantikan dengan tayangan lain kesukaannya, selain saat saya meninggalkan remote untuk pergi ke tempat lain. "Satria." Nama panggilan yang akrab didengar saat saya berada di lingkungan rumah.

Suara teman-teman saya memanggil dari depan rumah dengan halaman tanah yang tidak begitu luas tak berpagar. "Main, Yuk." Ajakan mereka dengan bahasa dan dialek Banyumasan (Ngapak) yang khas. Dengan terburu-buru, saya meninggalkan rumah. Pergi menuju ke tanah lapang di pekarangan milik teman saya.

Jangan bayangkan tanah lapang itu berupa hamparan tanah dengan rerumputan hijau yang menyejukkan mata. Tanah lapang di sini dipenuhi oleh akar-akar barisan pohon rambutan yang masih rimbun. Pekarangan itu memang tempat yang nyaman bagi saya dan teman-teman menghabiskan waktu untuk bermain seharian.

Saat itu juga, ada momen lucu yang sebenarnya saya tak begitu ingat dengan jelas. Namun, menurut cerita yang diceritakan orangtua saya, kakek saya pernah memiliki seekor anjing yang digunakan untuk menjaga halaman rumah. Momen itu terjadi ketika teman-teman saya tidak berani mendekat ke depan rumah lantaran anjing kakek saya senantiasa menggonggongi mereka.

Saya sering menceritakan hal itu pada teman-teman saya ketika menjelang remaja, saat kami masih sering berkumpul sebelum terpisah mengejar impian mereka masing-masing. Tak ada kesedihan yang terjadi dalam setiap perpisahan kami. Karena, saya sadar setiap orang bergerak dalam periode waktu masing-masing.

Saya sangat bersyukur, masa kanak-kanak yang saya laui begitu menyenangkan dalam kehangatan lingkungan keluarga yang hangat. Serta, teman-teman yang senantiasa menghabiskan waktu dengan bermain bersama.

---

"-setiap orang bergerak dalam periode waktu masing-masing."




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tata Surya WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang