***
Menjadi pelayan bar ternyata lebih sulit dari dugaan Jeongin.
Apa susahnya membawa minuman sembari menebar senyuman pada tamu yang datang?
Itu adalah pikiran naifnya sebelum akhirnya dia diterima di salah satu bar tersibuk di jantung kota Seoul.
Pekerjaannya menuntut Jeongin untuk selalu profesional, tetap tersenyum walau dia merasa terintimidasi dan tidak nyaman dengan tatapan-tatapan lapar beberapa pengunjung yang seolah siap untuk menariknya paksa sebagai penghangat ranjang mereka.
Seseorang menyentuh lengan dan pinggangnya?
Jeongin hanya bisa tersenyum canggung sambil sedikit demi sedikit mengambil langkah menjauh.
Menampar dan memukul pengunjung itu?
Pilihan yang buruk, untuk bosnya yang gila uang, pengunjung adalah raja, dan mereka bebas melakukan apa saja selagi mereka datang membawa uang.
Sebagian besar Jeongin berhasil menghindar dari tangan-tangan tanpa sopan santun itu, tapi sebagian lagi dia harus terjebak dalam keadaan yang menakutkan.
Seperti saat ini, minuman yang dipegangnya adalah minuman termahal yang ada di bar itu-bisa seharga setengah gaji Jeongin dalam sebulan.
Dan ruangan yang dia tuju adalah ruangan yang hanya orang-orang yang lahir dengan sendok emas saja yang mampu untuk memasukinya.
Lutut Jeongin sedikit gemetar, sialan dengan Felix, dia tiba-tiba saja menghilang sesaat setelah tamu reguler bermarga Seo itu datang.
Padahal yang bertugas membawakan pesanan di lantai VIP ini adalah pemuda berbintik matahari itu, awas saja nanti, akan Jeongin adukan dia memakan gaji buta!
Setelah menyiapkan mentalnya, Jeongin memberanikan diri untuk mengetuk pelan pintu kokoh didepannya.
Pintu itu berderit, membuat Jeongin yang tidak menyangka akan ada yang membuka pintu, sedikit terkejut dan mundur beberapa langkah.
Sosok yang ada didepannya sekarang adalah seorang pemuda, beraura tegas bagaikan seorang alpha dari kawanan serigala.
Wow lihat lengan dan dada bidang itu! Jeongin yakin dia akan pingsan jika tidak sengaja menabraknya!
"Hi little fox, are u lost?" tanyanya sambil bersender, melipat tangannya didepan dada.
Jeongin menggeleng kecil, kehilangan kata-kata untuk beberapa saat.
Damn! Laki-laki itu memiliki aksen Australia yang begitu seksi! Jeongin membatin sambil mencoba menenangkan jantungnya yang berdebar kencang.
"Permisi tuan, saya Jeongin, saya membawa minuman pesanan anda" balas Jeongin sopan.
"Ah Jeongin, nama yang indah untuk pemuda yang cantik. Aku Chan, kalau kau ada waktu, mau ikut bergabung?"
Bukan, itu bukan sebuah ajakan, melainkan sebuah perintah yang absolut.
Belum sempat Jeongin menjawab, tangannya sudah ditarik untuk masuk kedalam.
Nafasnya terasa tercekat.
Mereka benar-benar tidak berbohong melabeli ruangan ini sebagai ruangan VIP.
Interior dan fasilitasnya mampu membuat Jeongin membuka mulutnya kagum dan lupa untuk berkedip.
Apa-apaan dengan jakuzi pribadi dan kolam renang itu?!
Dan apa Jeongin tidak salah lihat, disana juga ada sebuah air mancur megah dengan patung-patung malaikat sebagai penghias??
KAMU SEDANG MEMBACA
chain up! hyunjeong
FanfictionSatu kata untuk Hyunjin Dia pangeran yang sempurna Tapi tidak untuk Jeongin, yang terkurung dalam eratnya genggaman posesif si pemuda Hwang Apakah melarikan diri adalah cara yang tepat? read on your own risk warn dark!hyunjin stokholm syndrome hyunj...