12. Confession

541 52 8
                                    

Bukan hanya Johan yang mengantar Jungkook kembali ke kediamannya. Park Jimin juga turut membuntuti sahabatnya itu sampai ke rumah. Pun ada alasan lain yang membuat pria Park itu sampai rela memacu mobilnya menuju appartement Jungkook. Ia penasaran, dan ingin mempertanyakan perihal kalimat yang sebelumnya pria Jeon itu lirihkan beberapa saat yang lalu, setelah kepergian Kim Taehyung.

Park Jimin tentu merasakan ada sesuatu besar yang telah terjadi diantara kedua sahabatnya itu. Dan hal tersebut berhasil mengusik ketenangannya. Maka dari itu, tanpa pikir panjang, Jimin turut masuk ke dalam kamar Jungkook yang sudah terkapar diatas ranjang.

Kedua netra sabit itu menyapu ketiap sudut ruangan yang didominasi warna hitam. Mencari sesuatu yang setidaknya membuat hatinya lega barang sedikit saja. Ia tidak ingin persahabatannya dengan kedua pria itu berantakan hanya karena masalah wanita. Sudah cukup Jimin melihat keterpurukan Jungkook selama satu tahun belakangan ini. Ia tidak ingin lagi melihat tatapan sengit dan membunuh antara Kim Taehyung dan Jeon Jungkook.

"Apa yang kau lakukan disini?" suara serak itu berhasil mengintrupsi keberadaan Jimin disana.

"Tetaplah disana. Aku akan menyuruh maid untuk membuatkan sup pereda mabuk," ujar Jimin yang setelahnya hendak melangkah pergi.

"Park Jimin." Pria Jeon itu mengubah posisinya. Menyandarkan kepalanya di headboard ranjang seraya menatap Jimin sayu.

"Kau sampai datang ke appartementku seperti ini, pasti ada sesuatu yang begitu penting yang ingin kau bicarakan. Katakan ada apa," imbuh Jungkook.

Hembusan napas berat terdengar mendayu begitu tenang kala pria Park itu memposisikan dirinya dengan nyaman untuk berbicara lebih jauh lagi nantinya. Jimin yang sudah paham perangai adiknya itu pun lantas tersenyum tenang. Ia tahu, semabuk apapun Jeon Jungkook, pasti pria itu tidak akan sampai pingsan ataupun benar-benar kehilangan kesadarannya.

"Apa maksud ucapanmu beberapa jam yang lalu. Jelaskan padaku, Jeon," tanya Jimin tak ingin mengulur waktu lagi.

Dapat ia lihat Jungkook yang memalingkan wajahnya sekilas, sebelum menyahuti tanya dari Jimin. "Aku tidak begitu yakin. Tapi aku akan memastikannya."

"Apa ini mengenai Lee Hyuna? Atau, Park Nana?" Tanya Jimin lagi meski sedikit ragu untuk mengatakannya.

Dengan sedikit tenaga yang tersisa, Jungkook turun dari ranjangnya dan melangkah menuju lemari pakaian. Tampak tengah mencari sesuatu, hingga semenit setelahnya pria itu kembali menghampiri Jimin dengan sebuah amplop putih ditangannya.

"Ini adalah data pasien dari rumah sakit yang sama dengan Hyuna dua tahun yang lalu. Johan yang memberikannya padaku. Dan disana tertera dengan jelas jika tubuh yang terbakar itu, bukan tubuh Lee Hyuna. Istriku," lirih Jungkook begitu parau.

Jimin sempat tertegun mendengar pernyataan Jungkook. Pun setelahnya ia segera meraih amplop tersebut dan membukanya. Sedangkan Jeon Jungkook, pria itu berjalan menuju balkon setelah mengambil gulungan rokok dan pematiknya.

"Lalu apa yang membuatmu mencurigai Taehyung?" Jimin bertanya setelah membaca habis isi coretan didalam kertas putih itu.

"Dihari yang sama, ada penerbangan menuju New York atas nama Kim Taehyung. Saat Johan mencaritahu lebih detail lagi, ternyata dia tidak pergi sendiri. Dia membawa seseorang yang dikabarkan baru saja mengalami kecelakaan."

"Lusa aku akan terbang ke New York. Mencaritahu kemana singgahnya keparat itu saat sampai di New York dua tahun yang lalu. Dan aku juga akan mencari rumah sakit yang menangani Hyuna pada saat itu, jika memang benar Kim Taehyung lah yang telah membawa wanitaku," imbuhnya.

***

"Kau tidak bisa seenaknya berbuat seperti ini padaku, Kim. Aku tidak mau kembali kesana. Bahkan aku sudah memulai karyaku disini. Aku tidak ingin pergi dari sini semudah itu!!" Pekik Hyuna berdiri dihadapan Taehyung yang tengah mengemas beberapa barang-barang yang akan ia bawa ke New York.

"Hyuna, menurutlah. Ini juga untuk ketenanganmu, ketenangan hubungan kita jika kau memang masih ingin mempertahankannya," balas Taehyung tanpa menatap Hyuna sama sekali.

"Ketenangan apa yang kau maksud? Aku tidak mengerti apa yang tengah terjadi padamu."

Merasa kesal karena Hyuna yang terus membangkang ucapannya, Taehyung membanting koper yang sudah berisi baju dan barang-barangnya ke lantai. Membuat semua isi didalamnya kembali berantakan. Hyuna juga turut terkejut melihat tindakan Taehyung yang seperti itu. Karena ini adalah pertama kalinya Lee Hyuna melihat sisi Taehyung yang seperti ini.

"Bisakah sekali saja kau mendengarku dan menuruti apa yang kukatakan, huh?! Kau selalu saja membangkang perkataanku, dan melakukan segalanya sesuai kehendakmu! Kau selalu mengambil keputusan tanpa bertanya padaku apakah aku setuju atau tidak. Dan sekarang, aku juga akan melakukan hal yang sama. Setuju atau tidak, kau dan aku akan pergi ke New York malam ini juga."

Kedua hazel itu menatap Taehyung tak percaya. Hyuna termangu ditempatnya. Seperti inilah sosok Kim Taehyung yang sesungguhnya?

"Cepat bereskan barang-barangmu. Kau merusak mood ku saja." Lanjutnya, yang setelahnya menendang koper hingga menghantam pintu. Yang lagi-lagi membuat Hyuna terkejut. Lantas tanpa melirik wanitanya sama sekali, Taehyung langsung berlalu pergi begitu saja.

Hyuna memejamkan kedua matanya erat, seraya tangan kirinya meremas dada kanannya. Entah mengapa rasanya begitu sakit diperlakukan seperti ini oleh Kim Taehyung. Prianya yang lembut dan manis. Dulu.

"Apa yang terjadi dengannya? Dan apa maksud ucapannya tadi. Astaga, aku bisa gila jika terus seperti ini," gumam Hyuna yang selanjutnya melangkah menuju walk in closet.

To be continued ..

Dawn of usTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang