Hujan

72 0 0
                                    

"aku suka banget sama hujan, kalau boleh jujur"
"kenapa, kamu ga takut basah?"

"enggak" kataku, menyampingkan rambut.
"karena dia selalu datang disaat yang tepat, disaat kebanyakan orang hampir menyerah sama masalah hidupnya. seolah ngasih tau ke kita kalau setiap hal yang berasal dari sesuatu yang gelap, kaya awan mendung itu, gak selamanya punya maksud buruk ke kehidupan kita."

aku menunjuk awan mendung yang mengambang diudara, dia mengikuti arah jemari ku seiring dengan hujan yang turun ditempat kami berteduh. aku lalu terdiam. ada kenangan yang terlintas dikepala secara tiba-tiba. meskipun tidak begitu jelas, dia bisa melihat ada satu tetes air mata yang turun dipipiku, mengalir pelan seperti hujan disore itu.

"aku titip sweeterku ya" pintaku sambil melempar sweeter secara spontan. yang aku lanjutkan dengan melompat kecil ke depan. aku membaur bersama hujan, merentangkan kedua tangannya seperti seorang gadis kecil tanpa beban. dia masih terdiam memandangku hangat. aku sadar dia memperhatikanku dan mengetahui apa yang kusembunyikan.

"aku tau dia tidak ingin siapapun melihatnya menangis" monolog dirinya.

MONOKROMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang