001

47 3 2
                                    

Setiap waktu memeluk dirinya teramat lama pun panjang durasi yang dimilikinya. Maka, singgah pergi menghalau pada suatu tempat adalah pilihan tepat. Baginya, memberi sesuatu yang menyenangkan untuk dirinya sendiri adalah keharusan, berarti teramat. Pun sekalian untuk memanjakan mata serta menenangkan pikiran sebab terlalu pusing dengan segala peliknya dunia bisnis. Ada tiga tempat yang terpilih selalu. Sudah diputuskan secara resmi masuk dalam kamus kehidupan Kim Namjoon. Pilihan pertama, jatuh pada Museum galeri seni. Menurut Namjoon, lukisan-lukisan yang menempel rapi pada dinding terlihat begitu indah, bagaimana tangan seseorang begitu luar biasa mampu menciptakan sebuah karya seni menakjubkan, dengan cerita yang selalu tersemat pada setiap goresan cat warna-warni itu, sungguh mengagumkan. Jadi, tidak hanya menonton sebuah lukisan saja, tetapi juga memaknai betapa bermakna setiap gambar yang tercipta dibalik itu. Sejarahnya terkadang membuat seluruh badan merinding total. Cerita-cerita yang mampu melonjakkan sebuah perasaan. Kadang sedih mengharukan, kadang senang menyenangkan, kadang juga kesal karena terlalu keji perlakuan. Pilihan kedua, ada pada perpustakaan. Seperti yang kalian ketahui, buku adalah jendela dunia. Ratusan jendela yang bisa mengantarkan dirimu pada sebuah kehidupan baru yang selalu berbeda dari setiap jendela yang kau buka. Menyelami berbagai pandangan dunia yang di kemas menarik dengan alur tak terduga. Membaca adalah terpenting. Sesuatu yang berharga. Dengan membaca, apa yang tidak tahu menjadi tahu. Menambah ilmu pun wawasan menjadi lebih luas lagi. Menyikapi sesuatu lebih sederhana. Namjoon juga suka mencium aroma buku baru, harum alami yang segar seperti pintu menuju surga, kemudian jika pintunya di buka---sampul buku itulah surga sesungguhnya. Begitu indah. Ketiga yang terakhir, sungai han. Tempat ternyaman untuk bersantai. Biasanya, Namjoon akan menyewa sepeda, kemudian bersepeda mengelilingi area sungai han. Teramat menyenangkan, sungguh. Kalau tidak, dirinya akan duduk di bawah rindang pohon dengan secangkir kopi hangat dengan telinga yang tersumpal rapat dari kabel putih yang mampu membuat Namjoon menjadi penyanyi seketika.

Kali ini, sabtu sorenya terisi menempati Museum Seni. Barangkali ada beberapa lukisan baru yang mampu memberikan selembar tatanan baru bagi akal cerdasnya itu. Pola pikir yang semakin lebih berkembang lagi. Tentu saja, ilmu baru merangkap dalam kungkungan otak Namjoon itu yang selalu ia cari. Dan betul saja, sesuai dugaannya. Ada tujuh lukisan baru terpajang di dinding putih sebersih kapas. Ah, iya akhir pekan minggu ketiga. Namjoon lupa, tetapi bersyukur ia pergi dengan tepat sasaran, meskipun sekali lagi ia telat melihat pergelaran pameran.

Menenggelamkan diri dalam ruangan kotak yang luas berdesain elegan. Namjoon berdiri menyandar pada dinding, dengan kedua tangan terlipat erat di depan dada bidangnya. Mendadak Namjoon menelan ludah kasar, kala wanita di depannya tengah mengambil dompetnya yang jatuh ke bawah. Membungkukkan dada serendah mungkin. Rok pendek di atas lutut menjadi sedikit ikut terangkat. Wow, Namjoon jadi ingin mengintip seberapa ukuran di bawah perut gadis itu. Sepertinya cukup untuk lima jarinya masuk sekaligus kedalam miliknya.

Sial! kenapa pikirannya jadi seburuk itu.

Ya Tuhan, kalau seperti ini bagaimana Namjoon bisa pergi menjauh dari gadis itu? Bahkan lukisan-lukisan indah yang teramat ingin Namjoon lihat, seketika terlupakan begitu saja. Lebih memilih mengamati gadis berambut hitam panjang yang tengah serius memotret lukisan, meskipun ia memandangi dari belakang tubuhnya---tidak terlihat bagian wajah. Tetapi, itu sudah lebih dari cukup. Tetap menggairahkan kok.

Awal mula tidak seburuk itu berakhir. Sebenarnya, Namjoon benar memandangi lukisan perumahan itu, dari jarak sedikit jauh. Namun, mendadak gadis itu muncul, kemudian mengambil alih seluruhnya. Berdiri persis tepat di depan lukisan yang Namjoon amati baik-baik. Pasang matanya melemah, sedikit kesal sebab lukisannya jadi setengah terlihat saja, tertutupi pun terhalangi oleh tubuh gadis ramping itu. Sejurus kemudian, tepat saat gadis itu membawa seluruh rambut hitam tebal yang tergerai di belakang menuju depan dengan gerakan pelan hati-hati. Bulatan mata Namjoon membola nyaris akan keluar dari peradabannya tinggal. Mulutnya melongo terperangah takjub. Leher jenjangnya sungguh terekspos sempurna. Indah. Lebih indah kalau Namjoon beri kecupan berkali-kali sampai menimbulkan bekas merah kepemilikannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dissemble || KNJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang