Hari minggu adalah hari yang sangat cocok untuk berlibur. Cuaca yang cerah dan udara yang sejuk memberi semangat untuk beraktivitas.
Langit memiliki rencana untuk bermain golf hari ini. Sebelum bermain, Langit menyengarkan badannya terlebih dahulu. Langit mandi dan sarapan agar memiliki tenaga saat bermain golf nanti.
Setelah semuanya selesai, Langit segera pergi dari rumahnya dan menuju lapangan golf tersebut. Terlihat tidak terlalu banyak pengunjung yang berada di sana membuat suasana semakin tenang. Langit segera menyiapkan semua hal yang ia butuhkan untuk bermain golf. Sekiranya sudah siap semua satu persatu bola golf dipukul menggunakan tongkat golf olehnya.
Langit memang tidak terlalu pandai bermain golf, tetapi ia menyukai olahraga itu karena, dulu ayahnya adalah seorang pemain golf sebelum ayahnya meninggal. Langit sangat menyayangi ayahnya, jika ia rindu kepada ayahnya ia akan bermain golf. Oleh sebab itu, Langit ingin sekali pandai bermain golf.
Langit bingung, bagaimana dia bisa belajar bermain golf? Langit bisa saja menyewa pelatih agar bisa mengajarkannya, tetapi Langit seperti tidak ada waktu untuk itu.
Sudah ada beberapa bola golf yang Langit pukul dari tadi, hari semakin siang dan udaranya semakin panas. Langit mengambil minum dan beristirahat sejenak untuk merilekskan tubuh nya. Di rasa sudah rileks, Langit menuju ke mobilnya untuk kembali pulang kerumahnya.
Setelah perjalanan singkat Langit pun tiba di rumahnya. Langit langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya kembali. Di rasa sudah bersih dan segar kembali, Langit beranjak ke kamarnya, ia akan menghabiskan waktu siang dan sorenya hanya didalam kamar saja, kecuali waktu malam ia akan pergi nongkrong bersama teman temannya.
Sekarang Langit sangat bosan, Langit mengambil PS kesayangannya itu, lalu ia memainkan PS nya sendiri.
Adzan berkumandang, Langit segara menaruh PS nya dan bergegas mengambil sajadah beserta sarungnya dan pergi menuju masjid dekat rumahnya. Meskipun terlihat seperti anak yang tidak punya agama, Langit sebenarnya adalah anak yang sangat rajin beribadah.
“Jangan pandang orang dari cover nya, soalnya orang bukan buku” — Langit
Setelah pulang dari masjid, Langit merebahkan dirinya di atas kasur, matanya sangat ngantuk sekarang. Perlahan matanya tertutup hingga ia pulas dalam tidurnya.
Tak sadar Langit tertidur cukup lama, sekarang jam sudah menunjukkan pukul 17.30. Langit kembali mandi lagi dan menuju masjid untuk shalat maghrib.
Sepulang shalat maghrib, Langit segera merapihkan perlengkapan yang akan ia bawa esok ke kampusnya. Langit menyiapkan perlengkapan itu sekarang karena, setelah ia pulang nongkrong nanti ia ingin segera tidur.
Semua perlengkapan sudah beres, Langit mengambil dompet serta jaketnya lalu pergi ke tempat biasa ia nongkrong bersama teman temannya.
Sudah ada 5 orang temannya yang menunggunya di sana. Teman teman Langit juga tidak kalah tampan, rasanya saya ingin berada di tengah tengah mereka haha.
Memesan berbagai minuman dan makanan dengan jumlah yang lumayan banyak. Sambil mengobrol dan tertawa ria, Langit berserta temannya melahap makanan dan minuman yang ada di meja tersebut.
"Lo kenal dia gak?" Ucap Rendra, salah satu teman Langit sambil menunjukkan foto seseorang di hp nya.
"Junior kita kan?" Langit menjawab.
"Iya, lo kenal?" Tanya Rendra kembali.
"Tau nama sama orangnya aja, gak deket" Jawab Langit
"Siapa namanya?" Ucap Ravael ingin tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT BIRU
Подростковая литератураTentang Langit dan Biru, senior dan junior, cool boy and cute boy, pandai bermain golf dan tidak terlalu pandai bermain golf. Banyak perbedaan diantara mereka, dan hanya ada satu persamaan yaitu gender. Cinta mereka abadi atau hanya sebatas pertemu...