1 - Blue Sky

2.4K 274 26
                                    




JANGAN PLAGIAT YA! TOLONG HARGAI KERJA KERAS PENULIS. TERIMA KASIH^^


__________________________


"Ketika dia tersenyum, aku merasa seluruh pembuluh darahku berdesir cepat. Kamu tahu 'kan jenis senyuman yang membuat seluruh inderamu melemah?"

-Askara Janoom


***

Kara menarik dirinya sebelum ciuman itu berubah menjadi liar tak terkendali. Dia menarik napas, berusaha meraup oksigen sebanyak yang ia bisa. Jantungnya berdetak tak karuan. Jadi, begini rasanya dicium perempuan?

"Would you be my girlfriend?"

Apa? Kara mengerjap bingung. Baru saja dia dicium teman sekamarnya, sekarang malah ditembak. Dia tidak sedang bermimpi, kan? Pasalnya kalimat itu baru saja diucapkan oleh Rubina Shaveera, gadis paling cantik di sekolahnya dengan segudang penggemar dan setumpuk prestasi. Dia pasti sedang bermimpi. Pasti!

"Kalau kamu nggak mau jawab sekarang, aku bakal kasih waktu kamu untuk berpikir." Rubi beranjak dari tepi tempat tidur, lalu berjalan ke arah pintu keluar. Diraihnya gagang pintu, namun sebelum membuka pintu itu, ia berbalik menatap Kara yang masih membeku di tempatnya. "Aku bakal tunggu kamu, Askara."

Kara menelan ludah, seketika tubuhnya lemas saat akhirnya Rubi keluar dari kamar mereka. Ia benar-benar perlu waktu untuk memproses semuanya. Ini terlalu... tiba-tiba? Entahlah. Sudah sejak kelas satu mereka menjadi room mate di sekolah berasrama menengah atas khusus perempuan ini. Itu artinya sudah tiga tahun ia mengenal Rubi dan menjadi semakin dekat tiap harinya.

Kara menyentuh bibirnya. Jadi, begini rasanya dicium perempuan? Rasanya aneh dan mendebarkan, tapi Kara menyukai sensasinya.

***

"Morning, Aksara Cinta!"

Kara yang sedang mengerjakan PR Biologinya hanya menjawab singkat. "Askara Janoom!"

Mungkin ini sudah kesekian kalinya Kara meralat ucapan Airi, dan dia tidak akan pernah lelah meralat, sama seperti Airi yang tak akan pernah lelah memanggilnya demikian.

Airi tertawa sekilas, lalu meletakkan buku-bukunya di atas meja. "Masih pagi gini Rubi udah rajin banget latihan voli di lapangan, sampe bikin koridor rame banget sama cewek-cewek berisik penggemar fanatiknya. Tapi gue nggak munafik, sih, dia emang jago banget volinya."

Begitu mendengar nama Rubi disebut, entah mengapa jantung Kara berdetak cepat, ia sampai takut detakkannya terdengar oleh Airi.

Semalam, begitu Rubi kembali ke kamar setelah satu jam menghilang, Kara pura-pura tidur untuk menghindari kecanggungan apa pun yang sudah pasti terjadi setelah ciuman itu. Pagi ini pun Rubi bangun pagi sekali, ketika Kara bangun gadis itu sudah rapi dan hanya berkata dia hendak berangkat lebih dulu, kemudian menghilang di balik pintu.

Mungkin juga Rubi ingin menghindari keanehan di sekitar mereka.

"Kara!"

"Apa?!"

"Lo lagi ngerjain apa?" Airi mengintip buku tulis Kara. "Gila! Lo baru ngerjain? Kalo ketahuan Sirly si Student President yang teramat bangga sama jabatannya itu, bisa dilaporin lo ke Bu Sandra karena ngerjain PR di kelas."

"Selesai." Kara menutup bukunya, lalu menoleh memandang teman sebangkunya yang cerewetnya itu. "Nggak bakal ketahuan, tapi kalo sampe ketahuan, gue udah tahu siapa pelakunya." Ia menatap Airi dengan tatapan mengintimidasi.

Blue Sky (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang