Epilog

87 24 6
                                    

5 Years Later

"Menurut rumor, sosok Razan ini ada di dunia nyata. Jika boleh tahu, itu benar atau tidak?"

Di podium, dengan kamera diberbagai sudut yang menyorot padanya. Ia tersenyum mendengar pertanyaan satu itu. Senang karena banyak yang antusias dengan karya novelnya yang digarap menjadi film berjudul Good Person.

Tepat waktu ini, adalah pertemuan primernya dengan penggemar novel Good Person. Mengadakan meet and greet diselingi pembahasan tokoh-tokoh bersama artis yang akan memerankan karakter dalam film Good Person.

Anjana, penulis buku Good Person menarik ujung bibirnya hingga membentuk sebuah kurva menawan.

"Benar. Sosok Razan ada di dunia nyata."

Seisi podium heboh, tidak menyangka jika tokoh Razan benar-benar ada di dunia nyata. Para artis yang memainkan peran dalam film Good Person juga diam-diam kaget.

"Jika kisahnya, apa diambil dari kisah nyata juga?" Satu pertanyaan lolos dari orang yang berada di barisan tengah, mewakili rasa penasaran yang lainnya.

Anjana mengetukkan jarinya pada lutut, mengedarkan pandangannya ke seluruh podium. Mengharapkan seseorang ada disalah satu bangku, mendengarkan ia menceritakan sosoknya.

Anjana menjawab, "Sekali lagi, benar. Good Person diambil dari kisah nyata."

Sorak-sorai kagum terdengar dari berbagai arah, namun tak lama, mereka diam ketika Anjana melanjutkan ucapannya.

"Sosok Razan, bahkan Melody. Mereka ada di dunia nyata dan kisah mereka juga memang benar terjadi di dunia nyata."

"Kebaikan Razan yang asli bahkan tidak bisa saya jabarkan lewat rangkaian kata-kata indah dalam buku, karena sosok aslinya adalah versi yang jauh lebih baik, tidak, mungkin yang terbaik lagi dibanding yang ada dalam novel."

"Kesabarannya, keteguhannya, juga kesetiaannya. Bila harus mencari, saya tidak yakin ada orang yang bisa menyandingkan sosok Razan ini. Mungkin persentasenya 1:1000? Ya, sesulit itu." Ujar Anjana dengan tatapan mengarah pada lelaki bermasker hitam yang berada pada bangku paling belakang.

"Silahkan, pertanyaan lainnya." Lanjut Anjana mengalihkan tatapannya.

"Apa ini kisah nyata dari Kak Anjana?"

Anjana berlagak seperti orang berpikir, tersenyum misterius. "Rahasia."

"YAAHH." Seru semua orang disana.

Pertanyaan lain diajukan secara bersamaan dan tidak beraturan, semuanya sama-sama ingin bertanya.

"Kalau begitu, jika Kak Anjana jadi Melody, apa yang akan kakak katakan pada Razan?"

"Apa tokoh asli Good Person ada yang hadir disini?"

Dua pertanyaan itu yang menjadi pilihan Anjana untuk ia jawab.

"Pertanyaan yang menarik sekali. Jika saya jadi Melody, apa yang akan saya katakan pada Razan?"

Anjana menerawang jauh.

"Mungkin ini yang akan saya katakan; eum, Razan. Terimakasih atas waktu yang kamu luangkan untukku selama ini. Terimakasih untuk selalu disisiku meski kamu terkadang sakit hati karena hal itu. Bahkan seribu kata terimakasih, aku tidak yakin apa itu masih cukup untuk kukatakan padamu yang dulu tidak pernah kemana-mana."

Sekali lagi, manik mata Anjana tepat menatap mata lelaki itu yang dibalik maskernya, Anjana tahu, ada senyuman yang dilayangkan padanya, yang tanpa sadar membuat Anjana ikut tersenyum.

Good Person | Lee Haechan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang