Namra

133 29 6
                                    

Namra keluar dari apartemen, mengunci pintunya dan bersiap pergi. Namra tinggal sendiri di apartemen ini. Ibunya tinggal bersama kakek dan neneknya di desa. Namra pindah ke kota ini untuk berkuliah. Dia mendapatkan beasiswa penuh karena dia berprestasi di SMA. Ia kerap mewakili sekolahnya di kejuaraan dan selalu pulang membawa piala.

Apartemen Namra adalah apartemen sederhana dengan lima tingkat. Disediakan satu lift dan tangga untuk memudahkan orang-orang menuju lantai masing-masing. Namra tinggal di lantai tiga. Ada dua lorong menghadap jalan dan menghadap gedung lain. Namra mendapatkan kamar yang langsung menghadap jalan. Setiap lorong terdapat lima kamar. Kamar Namra terletak di tengah-tengah urutan kamar.

Sudah beberapa bulan dia pindah ke apartemen ini, dia hanya tau tetangga sebelah kanannya. Seorang kakek yang jarang keluar rumah. Pemilik apartemen tinggal di lantai dasar. Unit sebelah kirinya selalu tertutup rapat. Jadi, dia tak tahu apakah unit itu ada penghuninya atau tidak.

Namra berjalan menuju stasiun. Jarak apartemen dan universitasnya agak jauh jadi dia harus berangkat lebih pagi agar tidak terlambat. Namra berdoa agar tidak ada penguntit hari ini. Sejauh ini dia aman-aman saja, tidak merasakan kehadiran penguntit. Namra mempunyai indra pendengaran yang super sensitif, jadi dia bisa mendengarkan suara kecil sekalipun orang lain tidak mendengarnya. Itulah mengapa ia sadar ada yang menguntitnya.

Namra sampai di kampusnya dengan aman dan segera menuju kelas pertamanya. Dia kuliah bisnis, ingin membuat bisnis sendiri jika dia sudah lulus nanti. Agar kehidupannya tidak susah seperti sekarang. Keluarga Namra bukannya keluarga yang tidak berkecukupan, tetapi mereka sangat pas-pasan dan Namra bertekad untuk membuat hidupnya lebih baik.

Senyumnya terbit saat melihat temannya, Onjo, sudah duduk di kelas. Namra segera menghampiri Onjo. Onjo tidak sendiri, pacarnya, Cheongsan juga duduk di sebelahnya. Cheongsan dan Onjo sudah berpacaran sejak SD. Setidaknya itulah yang mereka ceritakan pada Namra.

"Hai." Namra menyapa mereka dan duduk di sebelah Onjo. Onjo yang sedang mengobrol dengan Cheongsan mendongak dan tersenyum pada Namra.

"Ah, Namra, udah dateng. Tau ga sih, Ra? Hari ini kelas kita digabung sama kelas B. Biasanya kan kita sendiri-sendiri kelasnya. Jadi rame deh."

"Bagus, Jo. Biar Bu Park banyak pilihan buat nunjuk anak lain. Nggak gue aja."

"Ra, wajar lu ditunjuk terus soalnya lu pinter." Onjo menimpali dengan tertawa. Obrolan mereka terpotong karena Bu Park yang datang dan mempersilakan mahasiswa kelas B untuk masuk bergabung di kelas A.

Bu Park menjelaskan dan mengajak berdiskusi anak didiknya. Dia menunjuk seseorang, Lee Suhyeok. Jawabannya sangat tepat dan membuat Bu Park tersenyum puas. Namra akan mengingat nama itu. Mungkin dia bisa jadi teman diskusinya. Materi pun diakhiri oleh Bu Park dengan memberikan tugas. Beberapa mahasiswa mulai meninggalkan kelas. Bersiap ke kelas berikutnya atau rehat sejenak jika tidak ada kelas lanjutan. Onjo mulai membereskan alat tulisnya ke dalam tas. Namra pun begitu.

Cheongsan mengajak kedua gadis itu makan. Mereka bertiga pun berjalan ke kantin. Setelah memilih makanan, mereka mencari meja yang kosong. Mereka pun menuju meja kosong di pojok kantin. Ada seseorang yang sudah duduk di sana. Lee Suhyeok.

"Hai, boleh gabung?" Cheongsan menyapa dan meminta izin untuk bergabung meskipun itu meja milik kantin. Suhyeok yang sedang mengunyah makanan hanya mengangguk dan mempersilakan mereka duduk tanda menyetujui.

Cheongsan dan Onjo duduk bersebelahan di seberang Suhyeok, sementara Namra duduk di samping Suhyeok.

"Permisi." kata Namra sambil duduk. Mereka pun makan sambil mengobrol. Lebih tepatnya mereka bertiga Cheongsan, Onjo, dan Namra. Kemudian Cheongsan memperkenalkan dirinya dan juga kedua gadis yang datang bersamanya kepada Suhyeok. Tidak enak karena merasa seperti mengucilkan Suhyeok.

Suhyeok di lain pihak tidak banyak bicara dan balas memperkenalkan diri. Setelah dia selesai makan, dia pun berpamitan dengan cara menganggukkan kepala dan tersenyum sedikit kepada Namra dan kawan-kawan kemudian berlalu.

Namra masih ada dua kelas setelah kelas Bu Park. Di kelas terakhir ini dia ternyata sekelas dengan Lee Suhyeok. Onjo dan Cheongsan tidak mengambil mata kuliah tambahan ini, jadi hanya dia yang hadir. Namra duduk sendiri. Ya, dia memang tidak dekat dengan banyak orang.

Namra pulang menuju apartemennya ketika sudah petang. Kelas terakhirnya berakhir pada pukul 17.00, butuh waktu setengah jam untuk sampai di apartemennya. Namra berjalan ke stasiun. Ia menghela nafas. Ya, ia merasa dikuntit lagi.

to be continued

Halo, jangan lupa berikan feedback, kalau ada masukan juga boleh banget ditambahin ke komen. Thank you ♥

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm The Mafia [Namra Suhyeok AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang