2. CHAPTER 1

37 32 17
                                    

Komennya 🤗🌼

Ini cerita baru aku, semoga suka yyaa.
Follow dulu sebelum membaca yyaa kawan.

Selamat membaca🤗

...

Juandra berada di balkon kamarnya memandang lurus ke depan. Ia tidak bisa apa-apa selain duduk diatas kursi roda. Juandra menatap kearah bawah yang disana ada kakaknya yang siap akan berangkat ke kampus.

Juandra tersenyum tipis. Ia beralih menatap HP nya. Ia kembali mematikan HPnya dan mendorong kursi roda masuk ke dalam kamar.

"Kapan gue bisa kembali beraktivitas seperti semula? Gue pengen kuliah lagi seperti dulu" gumamnya lalu menghembuskan nafas. Pandangannya teralihkan pada foto dirinya dan teman-temannya.

Juandra beralih bangkit dari kursi rodanya dan baring diatas ranjang dengan wajah yang pucat. Ia mengambil sebotol obat dan meminumnya. Setelah itu ia mulai memejamkan matanya.

"Kapan pengobatan anak saya berlangsung lagi, dok?" tanya mama Juandra——Leona.

"Saya tidak tau pasti. Tetapi, ibu bisa membawa Juandra untuk melakukan terapi medis." jawab dokter kepercayaan keluarga Juandra. Leona menghela nafas lalu memandang dokter itu.

"Sudah tiga tahun lebih kami melakukan pengobatan untuk Juandra. Tetapi hasilnya selalu mengecewakan, saya ingin anak saya sembuh dari penyakit ini, dok. Saya mohon lakukan yang terbaik untuk anak saya," mohon Leona pada dokter itu. Dokter itu menghela nafasnya.

"Saya akan melakukan yang terbaik, buk." ujar dokter itu dan mengikuti Leona menaiki anak tangga satu-persatu.

Ceklek

Pintu kamar Juandra dibuka oleh Leona. Tampak anaknya sedang tertidur dengan lelap, Leona menatap Juandra dengan tatapan sendunya dan mempersilahkan dokter untuk masuk.

Dokter mulai memeriksa kondisi Juandra. Karna tidurnya terusik, Juandra pun membuka matanya dan menatap dokter kepercayaan keluarga nya dan Leona bergantian.

"Kenapa juandra tidak dikirimkan ke Singapura saja? Saya takut nantinya terjadi sesuatu padanya. Kalian harus mengambil tindakan lebih cepat," ujar dokter membereskan peralatan nya.

Juandra menatap Leona dengan tatapan sulit diartikan dan beralih menatap dokter "Dok, apa saya belum boleh untuk keluar rumah?" tanya Juandra. Dokter dan Leona saling pandang satu sama lain.

"Kamu belum boleh keluar dari rumah." jawab dokter. Terlihat jelas dari wajah Juandra yang menampilkan kekecewaan nya.

"Saya sangat ingin keluar rumah, dok. Saya hanya ingin beradaptasi seperti semula," ujar juandra dengan sendu, Leona duduk dipinggir ranjang dan mengelus rambut anaknya dengan sayang.

"Sayang, jika kamu keluar rumah itu sangat berbahaya untuk kamu. Berdiam diri didalam rumah itu lebih menyenangkan," Leona mencoba menenangkan anaknya, Juandra menatap wajah sang mama.

"Kapan Juandra boleh keluar?" tanyanya, Leona tersenyum manis kepada Juandra.

"Nanti. Sabar ya? Mama yakin kamu pasti bisa keluar kok." ujar Leona

"Kalau begitu saya permisi dulu, buk. Semoga cepat sembuh Juandra" dokter itu pergi meninggalkan kamar Juandra. Leona mengelus rambut anaknya dengan lembut lalu memeluk tubuhnya dengan erat.

"Kamu harus sembuh, sayang. Mama yakin kamu pasti bisa, semangat ya? Mama juga nggk mau Juandra berdiam diri didalam kamar seperti ini. Mama mau Juandra berkumpul dengan teman-teman Juandra seperti dulu, mama mau lihat Juandra yang dulu" Leona meneteskan air matanya diceruk leher Juandra. Pria itu mengelus punggung mamanya dengan sangat lembut, lalu melepaskan pelukannya.

JUANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang