Api yang keras kepala

6 1 1
                                    

"Aggrrhhh! Kenapa ini terjadi padaku? Bagaimana cara mengendalikannya?!" Seorang gadis berteriak frustrasi di tengah hutan di malam yang gelap.

Gadis itu memejamkan mata untuk meredam amarahnya, tangannya bergerak melingkar menghasilkan api kecil.

Dia membuka matanya dengan senyum lebar yang kemudian meredup setelah melihat api di tangannya padam.

"Padam lagi?" Gadis itu bergumam dengan alis berkerut kesal. Dua tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya.

"Baiklah! Aku akan mencoba lagi, kali ini pasti berhasil!" Seru gadis itu semangat. Tangannya kembali berputar-putar hingga menghasilkan api kecil, lagi.

'Ya, aku tau kali ini akan berhasil!'. Batinnya.

Ketika dia membuka matanya, api itu padam lagi. Bibirnya bergerak menggumamkan sesuatu yang mungkin bisa membuatnya sabar.

"Jika aku ditakdirkan untuk memiliki kemampuan, seharusnya aku bisa mengendalikannya tanpa harus bersusah payah seperti ini."

Tanpa kehilangan kesabaran, ia kembali melakukan hal yang sama berulang-ulang, dan semuanya gagal.

Tangannya mengepal, terdengar suara geraman dari bibirnya. Tanpa sadar tangannya kembali menghasilkan api yang cukup besar dan terus membesar.

Dengan emosi memuncak, ia memukul salah satu pohon di dekatnya hingga ikut terbakar.

"Kenapa harus aku?! Kenapa Tuhan memberikan kemampuan ini padaku?!" Amarahnya tak terkendali, tangannya memukul beberapa pohon secara acak dengan brutal.

"Api tidak berguna!" Api mulai menyebar dan terus membesar.

"Kenapa Tuhan memberiku kutukan seperti ini?!" Hutan yang tadinya gelap dan damai menjadi panas dan berisik karena kobaran api serta teriakan hewan yang menjadi korban.

Ia berhenti berteriak saat tubuhnya merasakan hawa panas yang tidak biasa, matanya bergerak dengan panik melihat pohon-pohon di sekitarnya terbakar.

Sadar akan perbuatannya, gadis itu segera berlari keluar hutan untuk menyelamatkan diri dengan hati yang dipenuhi rasa bersalah.

' Apa yang baru saja aku lakukan? Dasar bodoh! Banyak hewan yang mati karena api keras kepala ini! Bagaimana aku mengendalikan kekuatan tak berguna ini?!'

***

"Anak itu kemana lagi?" Gumam seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di kursi depan rumahnya.

Wajahnya terlihat sedang mengkhawatirkan sesuatu, tangannya saling meremas pertanda dia sedang gelisah.

Matanya yang biru terus melihat kesana kemari guna mencari putrinya. Nihil, apa yang harus diharapkannya di malam gelap gulita seperti ini?

"Ini sudah sangat malam, kenapa dia belum pulang juga?" Wanita itu terus menggumamkan pertanyaan entah pada siapa.

"Dia sung...."

Dug!

"Aww!"

Wanita tadi langsung menoleh pada asal suara. Disana, di luar halaman rumah, ada seorang gadis berambut panjang sedang terduduk sembari memegangi lutut yang sepertinya terluka.

Kedua matanya membelalak saat menyadari bahwa gadis itu adalah putrinya. Ia pun segera menghampiri dengan tergesa-gesa.

"Blue! Kau darimana saja-- astaga! Lututmu terluka!" Ucapnya khawatir setelah sampai di samping sang putri.

Relation AmicaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang