Malam kemarin kamu hadir dalam mimpi untuk kesekian kali dengan jeda waktu yang hampir panjang. Aku tidak tahu kenapa penyebabnya. Namun yang jelas, saat aku membangunkan diri, aku berdoa untuk khawatirku atasmu. Atas ketidakbaik-baik saja mu. Atas apa yang tidak bisa terucapkan dengan jelas. Atas diam yang kau pilih.
Mungkin, kamu akan berpikir ketika membaca ini. Jelasnya, ini memang tulisan sengaja aku buat untukmu dengan caraku sendiri. Dengan bahasa yang aku rangkai demi menjaga kenyamanan pun ketenanganmu. Meski aku tahu ini panjang, bukankah ini tulisan kedua yang aku buat setelah hari itu kamu pernah berkaca-kaca? Maaf, aku mulai kepedean.
Hari ini, ada hal dimana aku ingin membagikan sebuah cerita. Tapi aku tidak tahu bagaimana cara memulainya. Intinya, ketika ada yang terjadi kepadaku, aku mengingatmu. Aku pun benar-benar merindukanmu hingga beberapa hari yang lalu menahan untuk tidak mengatakan kebenaran itu sebentar. Ah, sial. Aku gak cukup mampu memang.
Kepada kamu; terimakasih sudah memilih menyayangi. Terimakasih, karena perempuan itu adalah aku. Jangan lupa, bahwa ada tempat pulang yang siap menerima keluh kesahmu, yang tak bosan mendengar semua ceritamu. Ada peluk untuk merangkul dinginmu. Dan ini hal yang ingin aku katakan; aku nggak ingin menunggu sampai badai yang kau tanggung reda sepenuhnya. Aku ingin kau beri bagian menemani juangmu menyelesaikan rumit yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Pulang
Poetry[Kumpulan Prosa Senandika] Rank #1 puisisastra [19-03-22] #3 quotesoftheday [19-03-22] #21 senandika [19-03-22] "Jauh yang tak bisa menenangkan resahmu. Namun semoga jauh bisa menggenggam erat doa dan pelukan tereratku. Salam titik dua bintang, aku...